MOJOK.CO – Supaya dianggap cantiknya effortless, banyak perempuan mengatakan ‘nggak pakek apa-apa’, untuk mempercantik diri.
Dalam beberapa kesempatan, saya pernah bertemu lagi dengan teman perempuan saya yang sudah lama tidak saya temui. Teman saya ini tampak berbeda dibandingkan terakhir kali kami bertemu. Ia tampak lebih berseri-seri, segar, dan kinclong. Setelah saya amat-amati, ternyata wajahnya memang nampak lebih merona dibanding dulu.
Saya, sebagai perempuan yang masih bermuka kusam dan berjerawat, bertanya padanya, “Pakek apa sih, kok bisa glowing gini?” Berharap ia akan menyampaikan sebuah resep rahasia–untung-untung kalau murah–yang dapat diaplikasikan kepada wajah saya yang ehm, begitulah.
Lantas, tahukah, apa jawaban teman perempuan saya ini? Dia menjawab, “Hmmm, cuma pakai air wudhu saja, kok.” Subhanallah…. Iya, po?
Bukan. Bukannya saya tidak mempercayai ibadah wajib dan sunnahnya yang rutin. Hanya saja, tapi kok saya, ya meski ibadahnya nggak rajin-rajin amat ini, nggak merasa ada perbedaan yang serupa? Setidaknya mendekatilah. Minimal nggak terus-terusan tumbuh jerawat, yang mati satu tumbuh seribu dan mengesalkan itu.
Dengan jawabannya itu, saya memilih tidak membantah dan tersenyum masam. Sepertinya percuma memaksanya untuk mengakui.
Pernyataan seperti ini memang tidak dilakukan oleh semua perempuan, kok. Masih ada teman perempuan saya yang bersedia menceritakan resep rahasianya. Namun tidak sedikit yang memilih untuk menjawab semisal, “Rajin bersihin muka aja.” Saya percaya dengan rajin membersihkan muka setelah berkegiatan seharian akan menghambat munculnya jerawat. Tapi, saya kok nggak yakin ya, cuma dengan cuci muka, bisa bikin wajah glowing kayak gitu.
Kecurigaan saya ternyata benar adanya, ketika saya bermain ke kosannya beberapa minggu kemudian, saya amat-amati, produk perawatan di meja riasnya begitu banyak jenisnya? Tetapi, melihat itu semua, saya mencoba berpikiran positif. Oh, mungkin memang dia baru saja beli produk-produk perawatannya yang berjibun itu.
Masalah tidak mau mengaku ini sepertinya memang jamak terjadi. Sebut saja beberapa artis yang jelas-jelas melakukan operasi plastik, ketika ditanya oleh publik, banyak yang kemudian tidak mau untuk mengaku. Kekeuh mengatakan bahwa perubahan itu hanya hasil dari melakukan perawatan biasa. Ya, perawatan biasa, Saudara-saudara.
Sebetulnya, kasus yang terjadi pada Ibu Ratna Sarumpaet kemarin, menjadi contoh yang lain. Bagaimana sulitnya perempuan, mengakui bahwa dirinya telah mengusahakan lebih banyak modal dan tenaga untuk terlihat lebih cantik. Sebenarnya ini hal yang biasa saja, ketika Ibu Ratna tidak mau mengaku keadaan mukanya ketika itu adalah efek setelah ia melakukan sedot lemak.
Mengaku mengeluarkan effort lebih untuk kecantikan saja sudah bikin gengsi. Apalagi jika harus mengakui ‘efek yang sedang buruk’ dalam proses usaha tersebut. Tentu saja, mencari alasan lain memang akan membantu mengurangi rasa malu.
Begitulah, banyak kaum perempuan yang rasanya tidak rela untuk mengakui kecantikan dirinya itu hasil dari permak. Ada keinginan menujukkan bahwa masalah cantik itu memang sudah dari lahir atau setidaknya sudah ada bibitnya.
Di beberapa pergaulan, kalaupun ada yang mengakui usahanya untuk mempercantik diri, pasti nanti juga akan menjadi cibiran perempuan lainnya di belakang. Misalnya dengan bilang, “Oh iya, mbak itu memang sekarang jadi cantik. Ya wajar sih, biaya perawatan yang dikeluarkan juga mahal.” Kemudian dibubuhi dengan, “Kalau uangku sebanyak dia, aku juga pasti bakalan secantik atau lebih cantik dari dia.”
Nah, jadi malah lebih menyakitkan, kan? Susah memang sesama perempuan untuk saling mendukung satu sama lain.
Mengenai ingin nampak ‘cantik dari lahir’ ini, tren make up yang muncul akhir-akhir ini pun mendukung hal tersebut. Dari tren make up no make up look. Di mana, seseorang berusaha make up mati-matian supaya dirinya tidak kelihatan sudah ber-make up, dan wajahnya yang terpampang itu tidak dengan bantuan polesan apa-apa.
Tidak cukup di situ, kemudian muncul lagi tren make up namanya freckles. Tren make up ini memberikan bintik-bintik palsu pada area pipi dan hidung. Untuk apa? Tentu saja keberadaan bintik-bintik hitam ini ingin menujukkan kealamian wajahnya. Sebenarnya, sejak tren make up ini muncul, saya yang wajahnya memiliki banyak bekas jerawat–dan benar-benar ingin hal itu enyah dari muka saya–merasa bahagia meski tak habis pikir juga.
Mungkin karena make up ini sifatnya hanya sementara, kini marak muncul berbagai produk skincare. Yang mengajak perempuan care dengan skin-nya. Supaya wajah nampak sehat dan kuat. Nampak berseri-seri meski baru bangun tidur dan belum cuci muka. Agar selfie yang dilakukan ketika bangun tidur, ketika di upload tidak memberikan kebohongan pada publik jika dibubuhi caption, “Baru bangun tidur nih, masih ngantuk!” Sebuah caption dan foto yang terkadang membuat saya bingung, bagaimana caranya bangun tidur tanpa belek di mata.
Iya sih, perempuan mana yang tidak ingin tampak cantik? Apalagi jika ditambah dengan penelitian yang menunjukkan bahwa laki-laki adalah makhluk visual. Katanya nih, pada lima menit awal, seorang laki-laki itu akan menilai kecantikan fisik perempuan. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Walaupun setiap laki-laki juga memiliki standar yang berbeda mengenai kecantikan.
Jadi, demi lima menit pertama ini, tidak mengherankan jika perempuan ingin terlihat menarik supaya dapat percaya diri. Lantas, menjadi cantik telah menyangkut investasi.
Yang menyebalkan, walau laki-laki itu katanya suka dengan perempuan yang cantik. Namun, banyak diantara mereka yang bilang kalau tidak suka dengan perempuan dengan make up menor, tebal, dan semacamnya.
Woy, kamu kira kalau kami beneran nggak make up sama sekali, bisa tetep cantik semacam Raisya atau Isyana? Pertama, kami memang tidak terlahir dengan wajah secantik mereka. Kedua, kami nggak punya budget banyak untuk melakukan perawatan seperti mereka.
Keruwetan pemikiran laki-laki ini lah yang mungkin menjadikan perempuan ingin cantik namun terlihat effortless. Agar kelihatan, yang alami alami~
Ternyata, masalah ingin kelihatan cantik ini sungguh ribet, ya. Mungkin resep rahasia yang sebetulnya dibutuhkan adalah, kita dapat mensyukuri dulu apa yang ada pada diri sendiri. Memaksimalkan potensi yang ada, untuk mencapai kebahagiaan diri terlebih dulu.
Jadi, tak perlu lagi memaksa menanyakan resep kecantikan teman. Mungkin, memang sebaik-baiknya kecantikan memanglah kepercayaan diri sendiri, yang tidak mudah termakan janji yang diumbar produk-produk mempercantik diri.