MOJOK.CO – Inovasi teknologi in-display fingerprint diprediksi bakal menjadi tren smartphone di masa mendatang. Vivo V11 Pro menjadi ponsel pertama yang rilis resmi di Indonesia dengan membawa teknologi tersebut.
Tahukah Anda, ponsel komersial pertama yang punya pemindai sidik jari bukanlah iPhone 5s, melainkan Motorola Atrix. iPhone 5s pertama kali dirilis pada tahun 2013, sementara Motorola Atrix rilis lebih dulu pada tahun 2011. Meskipun keduanya menggunakan metode pemindaian yang berbeda, tetapi keduanya sama-sama memanfaatkan sidik jari sebagai pengenal (ID) untuk membuka layar ponsel.
Motorola Atrix kala itu masih memanfaatkan sensor jenis fingerprint scanner. Seiring penggunaannya, sensor tersebut masih memiliki kekurangan yaitu sensitif terhadap kondisi kulit telapak jari. Jika jari pengguna sedang basah, kotor, atau terkelupas, maka pemindai sering gagal mengidentifikasi pola sidik jari.
Kekurangan tersebut kemudian diperbaiki dengan teknologi sensor ultrasonik (capacitive). Salah satu smartphone yang menjadi pionir capacitive fingerprint sensor adalah perangkat iPhone 5s.
Identifikasi sidik jari pada sensor ultrasonik dikenal lebih canggih, yakni sudah bisa membaca hasil pindaian ke dalam bentuk tiga dimensi (3D) sehingga bisa mengurangi tingkat pemalsuan sidik jari. Selain itu, proses pemindaian pada sensor jenis ini sudah tak lagi bergantung pada kualitas kulit jari.
Hampir semua smartphone, baik Android maupun iOS, yang keluar setelah tahun 2013 dilengkapi dengan sensor sidik jari seperti yang digunakan pada iPhone 5s. Berangkat dari smartphone yang sebelumnya hanya dilengkapi dengan kode kombinasi angka (PIN) dan pola (pattern), mulai saat itu banyak bermunculan smartphone yang juga menyematkan sensor sidik jari di bagian belakang bodi perangkat.
Sayangnya, banyak pakar smartphone yang menganggap bahwa peletakan sidik jari di belakang perangkat kurang ringkas. Pada saat yang sama, tren smartphone kekinian mulai menghilangkan atau setidaknya menyederhanakan bagian-bagian yang justru membuat tampilan fisik ponsel menjadi terkesan kurang elegan.
Misalnya bingkai (frame) layar pada smartphone yang terlalu lebar justru akan mempersempit luasan layar smartphone. Supaya layarnya lebih luas, banyak ponsel yang berusaha memiliki luasan layar yang lebih lapang untuk ukuran fisik yang sama. Cara yang ditempuh berbeda-beda, semisal dengan mempersempit ukuran bingkai, memindahkan tombol fisik utama ke tampilan virtual layar, atau dengan cara membuat poni di bagian atas layar.
Beberapa tahun lalu, Samsung dan Apple sempat menggembar-gemborkan jika sensor sidik jari sangat mungkin ditanamkan pada layar smartphone (in-display fingerprint). Namun, dalam perjalanannya, dua pemain besar industri ponsel tersebut malah ditikung Vivo yang lebih dulu memamerkan perangkat Vivo X20 dengan fitur in-display fingerprint.
Meskipun ketika itu Vivo X20 tidak dirilis secara global, tetapi inovasinya cukup menjanjikan. Setelah menyambut inovasi poni pada layar, inovasi pemindai sidik jari pada permukaan layar bakal digadang-gadang menjadi tren smartphone selanjutnya.
Kehadiran Vivo V11 Pro
Setelah sukses menghadirkan Vivo V9 ke Indonesia pada bulan Maret lalu, Vivo kembali merilis dua seri baru sekaligus pada bulan September ini, yaitu Vivo V11 dan Vivo V11 Pro. Uniknya, kelebihan yang ditonjolkan pada seri Vivo V11 Pro adalah teknologi Screen Touch ID yang merupakan adopsi dari teknologi in-display fingerprint.
Sayangnya, teknologi Screen Touch ID tidak tersedia pada perangkat Vivo V11. Sepertinya ini adalah trik ‘kelinci percobaan’ Vivo untuk memperkenalkan teknologi in-display fingerprint kepada pengguna yang lebih luas. Padahal akan lebih sangar kalau bagian belakang kedua seri baru Vivo ini sama-sama tampil elegan dengan menghilangkan lekukan pemindai sidik jari yang biasanya terletak di bawah sensor kamera belakang.
Seperti apakah spesifikasi Vivo V11 Pro satu ini? Dari sisi dapur pacu, V11 Pro ditenagai oleh chipset berjenis Qualcomm Snapdragon 660 dengan kapasitas RAM/ROM sebesar 6 GB/ 64 GB. Chipset sejenis juga pernah digunakan pada Vivo V9 6GB. Chipset tersebut ditopang dengan baterai sebesar 3.400 mAh yang dilengkapi teknologi Dual Engine Fast Charging. Mantap betul, sudah fast charging, masih ditambah dual engine, bro…
Soal kemampuan fotografi, V11 Pro yang punya tagline Perfect Shot, Perfect Moment ini masih mengusung keunggulan di sisi kamera selfie-nya. Kamera selfie yang disematkan pada perangkat ini dilengkapi sensor 25 MP. Sementara kamera utamanya sudah mendukung dual kamera dengan kombinasi 12 MP + 5 MP. Tak cuma itu, beberapa fitur pendukung kamera berbasis kecerdasan buatan (AI) ikut dibenamkan, termasuk AI Low-light dan AI Scene Recognition.
V11 Pro berjalan pada sistem operasi Android 8.1 Oreo dengan antarmuka Funtouch OS 4.5. Aplikasi tambahan lain yang juga ada di perangkat ini yaitu Funmoji, Jovi (asisten pribadi), juga AI Game Mode plus Game Assistant yang sangat cocok dimanfaatkan oleh para gamer.
Vivo V11 Pro tersedia dalam dua pilihan warna, yakni warna nebula purple dan starry black. Selama masa pre order, Vivo V11 Pro dipatok dengan harga Rp 4,999 juta yang bisa dipesan pada situs e-commerce terpilih.
Melihat speknya yang sedemikian menjanjikan, ponsel ini kok rasanya sudah cukup punya kelebihan lain yang bisa dijual selain melalui fitur in-display fingerprint.
Kendati popularitas Vivo masih kalah dibandingkan Xiaomi, tetapi Vivo masih menduduki peringkat empat besar sebagai brand smartphone yang populer di Indonesia, lho. Secara global, saat ini penggunanya sudah menyentuh angka 200 juta. Wow, wow, wow…
Bagaimana, masih ragukah menjajal brand smartphone untuk segmen milenial satu ini?