Perkuliahan rasanya tidak lengkap jika tidak ada yang namanya ujian. Biasanya dosen mengadakan ujian sebanyak dua kali, saat pertengahan semester dan akhir semester. Tentu tujuannya untuk mengetahui seberapa paham mahasiswa dengan mata kuliah yang diajarkan selama satu semester.
Saat ujian tiba ada posisi yang paling tidak aku sukai, bukan tentang posisi duduk, tapi posisi ketika dimintai jawaban oleh teman. Mungkin bukan aku saja yang merasakan ini teman yang lain juga merasakan.
Mungkin kalau teman yang tidak dekat dengan kita meminta jawaban bisa saja kita menolaknya, namun kalau yang minta teman yang dekat dengan kita? Diberi jawaban berarti kita mendukung perbuatan salah, tidak diberikan jawaban rasanya tidak enak, belum lagi kalau akhirnya marah kalau tidak diberi jawaban. Padahal belum tentu juga kalau jawabanku benar. Intinya bingung banget kalau diposisi begini.
Memang ada dalil yang menganjurkan untuk tolong menolong yang tercantum dalam Al-quran surah Al-maidah ayat: 2
وَتَعَاوَنُوْاعَلَى الْبِرِّوَالتَّقْوَ وَلَاتَعَاوَنُوْاعَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
Namun, dari ayat di atas jelas sekali bahwa kita dianjurkan tolong-menolong ketika dalam hal kebaikan dan takwa. Tetapi kalau dalam hal dosa kita di larang untuk tolong-menolong.
Dan memberikan jawaban kepada teman itu tentunya termasuk perbuatan dosa. Bukan pahala yang didapat malah dosa yang kita dapat. Meskipun tahu akan hal itu, seringkali aku tetap kalah dengan perasaan tidak enakku, ya karena pada akhirnya aku tetap memberikan jawaban kepada temanku, walaupun jawabannya aku ubah supaya ada bedanya dengan punyaku.
Nur Hikmatul Azizah,
Tanjung Sari Utara, Tambakaji Ngaliyan Semarang,
[email protected]
BACA JUGA Dibully Waktu SD, Sakitnya Masih Terasa Sampai Sekarang lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini