Siapa bilang menjadi asisten dosen atau asdos itu menyenangkan. Saya sebagai mahasiswa ditawarkan menjadi asdos di salah satu mata kuliah sangat menyesal mengambil tawaran tersebut.
Memang benar kalau menjadi asdos ada keuntungan di beri gaji yang lumayan untuk tingkat mahasiswa dan keuntungan lainnya yang bisa berguna untuk masa depan. Tapi, hal itu tidak lagi terlihat sebagai keuntungan kalau menjadi asdos kepada satu dosen yang kerjanya gaji buta alias tidak kerja.
Awalnya, saya berbincang kecil bersama salah satu karyawan Tata Usaha (TU) jurusan saya. Perbincangan itu masih terlihat aman saja sampai di titik dimana kita mulai membahas mata kuliah satu ini. Di awal, karyawan TU jurusan saya ini mendapat tawaran untuk menjadi asdos di mata kuliah ini.
Namun, pekerjaanya saat ini sangat banyak sehingga membuat dia tidak bisa mengambil tawaran tersebut. Tapi anehnya, dosen satu ini tetap membujuk agar karyawan TU ini setuju jadi asdosnya. Berakhirlah karyawan TU ini yang jadi asdos.
Namun, karena saya tipe orang yang tidak tegaan, saya nyeletuk “Saya mau deh jadi asdos. Kasihan ibu.” Pada saat itu saya berpikir kalau menjadi asdos bukanlah hal yang sulit. Apalagi di mata kuliah satu ini, menjadi asdos hanya mendampingi mahasiswa kelas tersebut saat melakukan praktek.
Di lain sisi juga, saya melihat keuntungan dari menjadi asdos itu sangatlah besar. Ya sudah, saya berakhir mengatakan hal tersebut.
Baca halaman selanjutnya…
Penyesalan karena jadi asisten dosen