Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Yang Terjadi Ketika Perempuan Stop Bilang ‘Terserah’

Aniati Tokomadoran oleh Aniati Tokomadoran
13 Februari 2021
A A
Yang Terjadi Ketika Perempuan Stop Bilang 'Terserah' terminal mojok.co

Yang Terjadi Ketika Perempuan Stop Bilang 'Terserah' terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Buat laki-laki, mari sama-sama kita cari tahu tentang jawaban “terserah” yang sering perempuan katakan. Sebenarnya apa yang terjadi sampai perempuan sulit dalam menentukan pilihan dan ujung-ujungnya mereka bilang “terserah”? Memang nggak semu perempuan, tapi banyak yang begini dan stigma ini pun tercipta begitu saja.

Baru beberapa minggu yang lalu saya dicurhatin sama teman, katanya ada temannya laki-laki yang tanya ke dia, “Kenapa perempuan kalau ditanya sesuatu jawabannya selalu terserah?” waktu itu saya jawabnya, “Jangankan kaum laki-laki, kita yang perempuan aja nggak tau alasannya kenapa suka bilang ‘terserah’”. Ya, manusia memang makhluk yang kompleks.

Sepanjang hari saya kemudian penasaran, kenapa untuk menentukan hal sederhana seperti makan saja perempuan sulit menentukan pilihan? Rasa penasaran itu pun terjawab setelah bergabung di grup Ruang Baca Saudari, minggu ini kami membedah buku yang berjudul Mitos Inferioritas Perempuan dari penulis Evelyn Reed. Diskusi dilaksanakan secara online tentu saja, semua berjalan lancar. Kami membahas kondisi perempuan pada zaman dahulu lalu apa saja yang dibentuk untuk perempuan zaman sekarang dalam kehidupan sehari-hari dan siapa yang diuntungkan dari semua ini? Lalu tiba sesi untuk refleksi, di sesi ini beberapa peserta dipilih untuk menceritakan pengalaman mereka sebagai perempuan yang mungkin ada sangkut pautnya dengan pembahasan di buku atau mungkin sekadar curhat.

Buat kalian yang penasaran kenapa perempuan kesulitan untuk menentukan hal sederhana, kita akan bahas ini bersama.

Pertama. “Jangan sekolah tinggi atau punya gaji lebih tinggi dari laki-laki, nanti laki-laki minder.” Iya, kalimat ini bahkan saya dengar dari guru saya, mendengar dari seseorang yang pada waktu itu sangat saya kagumi karena pengetahuan yang dimiliki. Di sini saya justru ingin bertanya, kenapa laki-laki harus minder dengan perempuan yang pendidikannya tinggi? Bukankah lebih asyik memiliki pasangan yang wawasannya luas? Kamu bisa mendiskusikan apa saja dengan dia atau kalau mau ya sekolah aja lagi. Soal gaji yang lebih tinggi nih, kan banyak pekerjaan lepasan atau wiraswasta yang menjadi solusi buat samain gaji. Kehidupan sekarang cukup mahal kalau mengharapkan hanya laki-laki yang kerja, coba diperbaiki lagi mindsetnya. Lebih baik gaji tinggi lebih dari perempuan atau lebih baik cicilan cepat selesai?

Kedua. Jangan lama-lama nunda nikah nanti kedaluwarsa. Pernah dengar kalimat ini? Atau pernah ngomong juga? Ya, dibanding mengajak diskusi dan bertanya kenapa perempuan memilih untuk tidak menikah dalam waktu dekat, yang ada masyarakat malah mengobjektifikasi perempuan dan membandingkan masa kedaluwarasa perempuan dengan Sari Roti yang tak bisa bertahan sampai seminggu.

Kalau nggak dimakan dalam beberapa hari, besoknya akan kedaluwarsa. Saya punya cerita ketika saya mengatakan kepada keluarga bahwa saya memiliki tiga pilihan untuk diri saya di masa depan. Pertama, saya menikah di umur 27 tahun, kedua, saya tidak menikah atau ketiga saya bisa mengadopsi anak nantinya. Tahu apa respons keluarga? Saya dikira masuk dalam ajaran sesat dan kemudian diceramahi tentang pernikahan dan keturunan dalam pandangan agama. 

Hal ini pun berlanjut dalam kurun waktu yang setara 4 SKS mata kuliah, sebab saya harus menjelaskan isu lingkungan, isu perempuan, dan disederhanakan dengan kasus-kasus yang pernah saya baca. Ketika perempuan menentukan pilihan, yang ada perempuan diserang balik bahkan mungkin oleh sesama perempuan. Makanya, terkadang ada yang memilih untuk bilang “terserah”.

Baca Juga:

4 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Perempuan Sebelum Tinggal di Kos Campur

Aturan Tidak Tertulis di Toilet Perempuan yang Perlu Diperhatikan agar Sama-sama Nyaman

Ketiga. Perempuan akan sempurna dengan memiliki anak. Ini adalah masalah perempuan saat ini, mau itu dengan sesama perempuan atau perempuan dengan laki-laki. Saya jadi teringat film dokumenter berjudul Kosong yang disutradarai oleh Chonie Prysilia dan suaminya. Film ini berawal dari keresahan sutradara terhadap tubuh perempuan yang seakan-akan menjadi milik bersama dalam artian diatur oleh masyarakat, dan pengalaman pribadi sang sutradara yang belum memiliki anak. 

Film animasi ini menceritakan berbagai kisah nyata perempuan, alasan, dan usaha perempuan dalam memiliki anak. Judul film Kosong pun terinspirasi dari kisah sutradara yang ditanyai sesosok Mbah yang lewat depan rumah tentang kehadiran anak. Ketika dia menjawab belum memiliki anak malah sang sutradara dikatai, “Oh,ayu-ayu kok gabuk.” (Cantik-cantik, kok kosong.) Di lain interview, saat ditanya mengenai rencana untuk memiliki anak, Mbak Chonie menjawab, “Saya tidak menemukan satu alasan pun yang tidak egois untuk memiliki anak.” Film Kosong merupakan film recommended buat semua, biar pada semakin sadar betapa sensitifnya pertanyaan basa-basi “kapan punya anak?”

Berbicara tentang pilihan memiliki anak, YouTuber Gita Savitri merupakan publik figur yang frontal mengatakan bahwa dirinya dan suami memilih childfree. Di salah satu kesempatan interview dia kemudian bercerita bahwa dia bertanya ke ibunya “Kenapa Mama mau punya anak?” Jawaban Mamanya, “Karena Mama nggak tau kalau Mama punya pilihan.” Iya, tidak semua perempuan menyadari bahwa mereka punya pilihan untuk memiliki anak atau tidak. Kebanyakan dari kita akan mengikuti budaya yang ada tanpa bertanya kenapa saya harus melakukannya.

Childfree sendiri merupakan pilihan untuk tidak memiliki anak. Alasannya macam-macam bisa dari isu lingkungan, bisa juga karena menghargai tubuh perempuan dalam artian yang menentukan untuk siap dan nggak siap hamil adalah perempuan, dan yang terakhir adalah mereka tidak menemukan alasan yang tidak egois untuk memiliki anak.

Selain childfree, ada namanya egg freezing atau pembekuan sel telur. Salah satu perempuan Indonesia yang melakukan egg freezing adalah Ardini Effendi, presenter Q&A di Metro TV.  Dalam tulisannya yang berjudul “Perempuan Punya Pilihan” dia menjelaskan bahwa egg freezing merupakan pilihan bagi perempuan yang ingin merencanakan masa depannya. Jadi tidak ada masalah mau menikah usia berapa, sebab sel telur akan aman terawat dan bisa pembuahan jika perempuan sudah siap untuk menikah. Di negara seperti Amerika, beberapa perusahaan menyediakan asuransi untuk perempuan melakukan egg freezing dan bisa fokus dalam mengembangkan karier. Di satu sisi, pilihan ini menjadi kontroversi karena perusahan yang menyediakan asuransi dan pro-egg freezing dituduh sudah bergerak terlalu jauh bahkan sampai mengatur tubuh perempuan.

Jadi, buat yang masih penasaran kenapa perempuan kalau ditanya jawabannya selalu bilang “terserah”, inilah kenyataan yang ada. Perempuan dan mungkin juga laki-laki tidak menyadari bahwa mereka punya pilihan dalam menentukan hidup. Sistem patriarki sendiri bahkan hadir lebih lama dari kehadiran agama, banyak hal-hal dalam ajaran agama merupakan akulturasi dari sistem patriarki. Oleh karena terbiasa dengan sistem yang ada. kita kemudian membenarkannya, bukan membiasakan hal yang benar. Buat yang ingin perempuan stop bilang terserah saat ditanya, sekarang pertanyaannya saya balik ke kalian, apakah kalian siap kalau perempuan sudah menentukan pilihan?

BACA JUGA Meluruskan Salah Paham Femme Fatale: Perempuan Bukan Sumber Bencana

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 Februari 2021 oleh

Tags: childfreeFeminisPerempuan
Aniati Tokomadoran

Aniati Tokomadoran

ArtikelTerkait

Alasan Perempuan Sangat Suka Makan Seblak

Alasan Perempuan Sangat Suka Makan Seblak

23 Februari 2023
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan

10 Mei 2020
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

29 April 2020
15 Nama Perempuan yang Muncul dalam Lirik Lagu Terminal Mojok

15 Nama Perempuan yang Muncul dalam Lirik Lagu

12 Maret 2022
Yang Terjadi Ketika Perempuan Stop Bilang 'Terserah' terminal mojok.co

Embel-embel Kewajiban Perempuan Membuat Saya Malas Beres-beres Rumah

21 November 2020
Repotnya Orang yang Punya Nama Panjang dan Susah Dilafalkan terminal mojok.co

Nyobain Charm Cooling Fresh, Pembalut dengan Sensasi Semriwing Kebangetan

25 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.