Anggap ini overproud, overclaim, atau halu, terserah. Bagi saya, Wonogiri adalah tempat terbaik dan paling tepat untuk pensiun.
Saya tidak bercanda saat bilang “paling tepat”. Sebab, dari banyak kriteria suatu tempat dianggap sebagai tempat untuk pensiun, Wonogiri punya semua, secara natural dan tidak dibuat-buat. Tidak perlu klaim, tidak perlu footage indah dengan drone, Kota Gaplek sudah memberi semua yang kalian butuhkan untuk pensiun.
Beberapa kali, saya melihat banyak tulisan tentang kota pensiun macam Purwokerto, Cilacap, bahkan Bandung. Tiap membaca, kepala saya pusing. Kok bisa Cilacap jadi tempat pensiun? Purwokerto, apa lagi ini? Dan Bandung, oh Tuhan, Bandung?
Purwokerto sudah kelewat maju. Bandung, oh jelas. Cilacap… well, saya sempat tinggal 1.5 minggu di sana dan kebetulan ini kampung istri saya. Memang banyak tempat yang mashok untuk pensiun. Tapi setelah tinggal agak lama, saya merasa Wonogiri jelas lebih tepat untuk jadi tempat pensiun.
Saya jelaskan dulu, ketimbang kalian ngamuk-ngamuk nggak jelas.
Kota yang “tidak punya apa-apa”
Wonogiri itu adalah perwujudan terbaik “kota yang nggak punya apa-apa”. Sebentar, jangan marah. Para petinggi di Wonogiri jangan marah dulu sama saya. Maksud orang (kota) bilang Kota Gaplek nggak punya apa-apa itu adalah nggak punya Fore, nggak punya Starbucks, bioskop, mall, dan sebagainya. Dan jujur saja, nggak punya itu juga nggak apa-apa.
Tapi kalau misal boleh sotoy, kenapa nggak ada, ya karena kota ini sepi. Wonogiri itu sepi banget kalau udah menjelang malam. Bukan berarti kosong melompong, tapi dunia berjalan amat lambat dan jarang macet. Jelas cocok untuk pensiunan kan?
Ya masak tempat pensiun, tapi gemerlap, isinya mall, waralaba besar, kotanya penuh. Lha ini justru lucu. Orang pensiun ya menikmati hidup lah, masak diajak konsumtif. Ya kalau gitu nggak usah pindah kota.
Ini menurut saya adalah hal yang lucu. Orang pensiun itu, lumrahnya ya menjauh dari gemerlap konsumerisme dan menikmati dunia secara apa adanya. Menghirup udara yang lebih bersih, memandang pemandangan yang lebih indah, dan menjalani hidup lebih lambat. Tapi kok ditawari tempat pensiun yang gemerlap. Iki mikire kepie jane?
Bun, Wonogiri berjalan begitu lambat
Hidup di Wonogiri itu benar-benar lambat. Tidak diburu-buru dunia lah, mudahnya. Saya melihat orang-orang di Kota Gaplek itu hidupnya benar-benar santai. Bukan berarti tak berjuang ya, tapi vibesnya jelas berbeda dengan kota di mana kalian merantau dan mengejar uang.
Sebenarnya, banyak kafe di Kota Gaplek. Tempat hiburan sebenarnya tak kurang-kurang. Tapi bukan berarti kotanya berisik dan gemerlap. Kehidupan tetap tenang, tak penuh kejar-kejaran macam kota besar.
Orang-orang pensiun bakal senang di sini. Waduk Gajah Mungkur memang tidak bening (ya buat apa kalau bening?), tapi memandangi kemerlap pantulan sinar matahari di airnya tetap membuat tenang. Sesekali, Anda akan tertawa melihat sumpah serapah pemancing yang boncos. Lalu Anda akan disuguhi pemandangan nelayan mengangkat jaring. Di belahan Wonogiri yang lain, Anda akan melihat hamparan sawah yang menyenangkan.
Jika mau sedikit usaha, berkendara beberapa jam ke Selatan, Anda akan menemui pantai yang indah. Ah, Kota Gaplek ini begitu indah, dan underrated parah.
Properti murah
Bagi para pensiunan, harga properti akan jadi faktor utama saat pindah. Nah, di sinilah keunggulan Wonogiri: propertinya masih murah. Kau punya uang 400 juta, pusing milih mau rumah yang kayak apa. Rumah saya sendiri “cuma” 190 juta. Kalau di Jogja, rumah saya harganya pasti hampir 4 kali lipatnya, atau malah lebih.
Saya yakin, bakal ada komen bahwa saya “menggoreng” Wonogiri dan nanti bikin orang berbondong-bondong datang, lalu bikin properti mahal. Pertama, nggak ada ceritanya saya ngegoreng properti. Kedua, katakanlah gara-gara artikel ini banyak orang berbondong-bondong pindah ke Kota Gaplek, salahnya di mana?
Perkembangan infrastruktur kota ini lumayan pesat, dan efeknya jelas bikin orang pindah ke sini. Wajar. Ya nggak mungkin dong Pak Jekek selaku bupati (yang masih menjabat) tidak kepengin banyak orang berkunjung ke Wonogiri. Rodo lucu cah pemikiranmu.
Intinya, saya tetap menganggap Wonogiri (dan kota yang sejenis) adalah tempat terbaik untuk pensiun. Nggak gimmick, nggak pakai klaim, nggak kontradiktif. Properti murah, infrastruktur berkembang pesat, sekalipun tak gemerlap sebagaimana kota besar, tak ada masalah.
Lagi-lagi, bukankah itu tujuan pensiun, yaitu menarik diri dari gemerlap dan menikmati dunia sebagaimana adanya?
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Wonogiri, Tempat Terbaik untuk Kalian yang Mendambakan Hidup Tanpa Kecemasan