Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Wisata Kota Lama Surabaya, Tempat Ikonik yang Baru Diresmikan Itu Sudah Diwarnai Komentar Rasis

Adnan Prayuwono oleh Adnan Prayuwono
16 Juli 2024
A A
Wisata Kota Lama Surabaya, Tempat Ikonik yang Baru Diresmikan Itu Sudah Diwarnai Komentar Rasis Mojok.co

Wisata Kota Lama Surabaya, Tempat Ikonik yang Baru Diresmikan Itu Sudah Diwarnai Komentar Rasis (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Belum lama ini Wisata Kota Lama Surabaya diresmikan setelah revitalisasi rampung. Kejutannya, tidak lama setelah launching, sudah ada beberapa fasilitas umum yang digondol maling. Beberapa fasilitas yang hilang seperti kursi besi, kabel, hingga tutup besi trotoar. Entah kebetulan atau tidak, benda-benda yang menjadi target ini sama-sama mengandung unsur besi.

Kota Lama yang diharapkan dapat menjadi magnet bagi perekonomian dan pariwisata Surabaya  ternyata juga menjadi magnet bagi maling besi. Sebenarnya, ada yang lebih parah dibanding fasilitas-fasilitas umum yang hilang itu, yakni komentar netizen. Di dalam kolom komentar postingan soal berita kehilangan itu, tidak sedikit netizen yang menuduh suku tertentu. Itu jelas tindakan rasisme yang nggak bisa dibenarkan.

Komentar rasis  bak bom waktu

Komentar rasis dapat dengan mudah ditemukan di postingan Instagram @aslisuroboyo yang memberitakan soal pencurian kabel di Wisata Kota Lama Surabaya. Salah satunya menuliskan, “Masio gak ono seng ngandani, kabeh wes eroh malinge wong endi.” Artinya kurang lebih, “meskipun tidak ada yang memberi tahu, semua sudah tahu malingnya orang mana”. 

Beberapa komentar lainnya, bahkan menyebut nama suku secara langsung. Sebagian yang lain, menuliskannya menggunakan kode seperti Blok M, Mexico, hingga Inggris Timur. Kode-kode itu merujuk kepada etnis Madura. Bahkan, sebelum adanya kasus ini, etnis Madura mendapat stigma negatif dari banyak orang di media sosial. Etnis Madura selalu dikaitkan dengan tindak kriminal seperti begal, curanmor dan maling kabel– beberapa waktu lalu juga sempat dikaitkan dengan kasus parkir liar di Surabaya. 

Selain kriminalitas, etnis Madura juga seringkali diidentikan dengan kemiskinan dan lingkungan kumuh. Padahal semua stereotip terhadap etnis Madura ini belum tentu benar. Bisa saja itu hanyalah asumsi-asumsi individu yang dibalut dengan emosi dan kebencian. Tidaklah patut menuduh seseorang tanpa bukti yang jelas apalagi menuduh etnis tertentu sebagai pelaku kriminal.

Selain tuduhan-tuduhan dan stigma negatif terhadap etnis Madura, perbincangan netizen di kolom komentar pada akhirnya berujung pada perbincangan seputar antara mana orang Surabaya yang asli dan mana yang pendatang. Etnis Madura dianggap sebagai pendatang dan dikaitkan dengan tindak-tindak kriminal. Saya merasa perbincangan mengenai mana yang asli dan tidak ini adalah perbincangan yang tidak sehat dan kelak bisa menjadi bom waktu yang suatu saat bisa meledak.

Meredam bom waktu bernama rasisme

Kita harus memahami bahwa gagasan tentang yang “asli” itu hanyalah fiksi. Kalau kata Ariel Heryanto dalam video youtube Jakartanicus berjudul “Prof. Ariel Heryanto: Mengapa Kita Membenci?”, kerinduan angan-angan pada yang murni itu tidak hanya pada ras, tapi juga ideologi (bisa juga terkait banyak hal). Ariel juga menegaskan bahwa persoalannya itu bukan hanya mengenai “perbedaan”, tapi pengaduan tentang siapa yang “lebih”. Nah itulah yang dikhawatirkan akan menjadi sumber racun di masyarakat. 

Artinya bahwa keinginan dan harapan angan-angan tentang yang asli atau murni ini bisa mengantar ke tindak kebencian dan diskriminasi (bahkan kekerasan) terhadap yang dianggap tidak atau kurang asli.

Baca Juga:

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Jika merujuk ke persoalan mengenai siapa yang asli dan tidak asli di Surabaya, jangan-jangan yang paling asli itu adalah Pithecanthropus Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus. Pencarian tentang keaslian sebenarnya hanyalah fiksi, ia tidak pernah ada dan tidak nyata. Sesungguhnya semua hal itu adalah hasil dari saling campur-mencampur, maka mustahil mencari yang asli. 

Orang Surabaya tentu adalah hasil dari kawin-mawin penduduk sekitarnya bahkan juga hasil kawin-mawin dengan etnis lain seperti tionghoa dan arab. Daripada menghabiskan uang untuk tes DNA guna mencari suatu keaslian, lebih baik menggunakannya untuk pemenuhan kesejahteraan masyarakat.

Lebih jernih memandang kasus di Wisata Kota Lama Surabaya

Alih-alih menuduh dan menyalahkan etnis tertentu dalam kasus kriminal, kita harus lebih dalam dan jernih memandang kasus ini. Barangkali kriminal bisa terjadi karena efek dari kemiskinan. Kriminalitas  bisa menjadi gambaran sejauh apa kesejahteraan suatu masyarakat terwujud. 

Pada konteks revitalisasi Kota Lama Surabaya, mungkin niat pemerintah baik untuk menaikan perekonomian masyarakat melalui wisata. Namun, barangkali pemerintah kota terlalu sibuk membangun dan memperindah kota hingga melupakan kesejahteraan rakyatnya (itu hanya barangkali ya). 

Sesekali ketika berkunjung ke Wisata Kota Lama Surabaya, cobalah sempatkan mengunjungi Kampung Pesapen, yang letaknya tidak jauh dari situ. Barangkali kita mendapat suatu gambaran tentang kondisi masyarakat yang mungkin saja seringkali luput dari pemberitaan media.

Menyadari bahwa Kota Lama Surabaya adalah melting pot

Memahami kota sebagai melting pot yakni ibarat panci yang meleburkan berbagai identitas etnis menjadi satu. Dalam konteks Surabaya, bisa merujuk ke budaya Arek yang salah satu cirinya memelihara semangat egaliter atau setara. Maka konsekuensinya tidak ada yang merasa dirinya lebih dominan dibanding yang lain. Tidak ada yang merasa dirinya (etnisnya) merasa lebih baik dibanding (etnis) yang lain. 

Pemahaman-pemahaman tersebut setidaknya bisa membantu menangkal perasaan dan perbuatan untuk bertindak rasis terhadap etnis yang berbeda. Adapun selemah-lemahnya iman, yang dapat kita lakukan utamanya di media sosial adalah menahan kedua jempol sejenak sembari memanfaatkan satu-satunya otak yang diberikan Tuhan kepada kita, sebelum mengetik di kolom komentar maupun status.

Penulis: Adnan Prayuwono
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Surabaya Punya Ikon Baru yang Malah Jadi Pusat Masalah Baru, Tak Pernah Bisa Tenang di Kota Pahlawan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Juli 2024 oleh

Tags: isu rasismerasisSurabayaWisata Kota LamaWisata Kota Lama Surabayawisata surabaya
Adnan Prayuwono

Adnan Prayuwono

ArtikelTerkait

Calon Maba Kampus B Unair Siap-siap Stres, Kehidupan di Gubeng Nggak Selalu Elite dan Ideal seperti yang Kamu Bayangkan

Calon Maba Kampus B Unair Siap-siap Stres, Kehidupan di Gubeng Nggak Selalu Elite dan Ideal seperti yang Kamu Bayangkan

7 Juni 2025
Parkir Motor Pakuwon Mall Surabaya Benar-benar Nggak Manusiawi, Bukti Nyata Pengendara Motor Selalu Didiskriminasi

Parkir Motor Pakuwon Mall Surabaya Benar-benar Nggak Manusiawi, Bukti Nyata Pengendara Motor Selalu Didiskriminasi

12 Maret 2024
Hi-Tech Mall Surabaya Masih Aja Hidup Segan Mati Tak Mau Mojok.co

Hi-Tech Mall Surabaya Masih Aja Hidup Segan Mati Tak Mau

22 Oktober 2025
4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Liburan ke Surabaya Mojok.co bandung

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Liburan ke Surabaya

25 Mei 2025
Ironi Mahasiswa Rantau di Surabaya: Musim Kemarau Kepanasan, Musim Hujan Kebanjiran

Ironi Mahasiswa Rantau di Surabaya: Musim Kemarau Kepanasan, Musim Hujan Kebanjiran

8 Desember 2023
Unesa Adalah Kampus Paling Pick Me, Hobi Caper ke Pemerintah, padahal Kampusnya Masih Banyak Masalah

Unesa Adalah Kampus Paling Pick Me, Hobi Caper ke Pemerintah, padahal Kampusnya Masih Banyak Masalah

25 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.