Warga Manado Melawan Virus yang Lebih Berbahaya Ketimbang Covid-19

Warga Manado Melawan Virus yang Lebih Berbahaya Ketimbang Covid-19 (Unsplash)

Warga Manado Melawan Virus yang Lebih Berbahaya Ketimbang Covid-19 (Unsplash)

Setelah memutuskan merantau ke Kota Manado, ada hal yang membuat saya terkejut saat mendengarkan teman–teman menggunakan istilah yang cukup asing di telinga. Setiap melihat para perempuan berkumpul untuk bercerita, teman saya selalu berteriak “Uh, karlota lagi, karlota, stop sudah.” Dia seakan memberi kode agar mereka berhenti bercerita.

Bukan hanya dari teman-teman saja saya mendengarkan istilah tersebut. Saat itu saya sedang menggunakan mikrolet menuju pasar. Di sepanjang perjalanan, pak supir memutarkan musik dengan bahasa daerah Manado. Ketika sedang menikmati musik tersebut, tiba-tiba terdengar sebuah lirik yang berbunyi “Ini kisah dan realita Tanta Karlota itudepe nama pagi pagi buta akan jadi cerita nin bole modengar kalo ada masalah.” 

Kini, istilah karlota yang saya dengar dikemas dalam sebuah lagu. Hal tersebut membuat istilah karlota yang terus muncul di telinga saya, rasanya seperti menghantui pikiran ini.

Selain itu, ketika sedang beristirahat di mess, seperti biasa, saya menyempatkan waktu untuk mencari hiburan di Instagram. Lagi-lagi, saya menemukan istilah karlota dalam sebuah postingan yang sempat viral di media sosial. Viralnya postingan karlota terjadi pada saat pandemi tahun 2020 kemarin. Postingan tersebut merupakan hasil unggahan warganet asal Manado yang mengatakan bahwa “Virus korona memang berbahaya, tapi virus karlota lebih berbahaya.” Waduh, ada-ada saja ya, warganet asal Manado ini.

Arti istilah karlota yang jadi perbincangan warga Manado

Seketika saya berpikir sejenak ada apa dengan istilah karlota? Apakah karlota ini sebuah nama? Bahasa daerah? Atau merupakan bahasa gaul orang Manado? Ternyata bukan hanya saya saja yang bertanya-tanya. Terlihat beberapa warganet yang menyambangi postingan tersebut juga ada yang belum paham arti karlota.

Karlota menjadi bahasa yang sangat akrab bagi orang Manado. Karlota atau Carlota adalah sebutan bagi pelaku yang punya hobi ngegosip, kepo, ngerumpi, atau gibah. Tak heran istilah ini kerap menjadi bahan perbincangan di mana saja. Uniknya, karlota sering diidentikkan pada seorang perempuan. Karena pelaku karlota didominasi oleh perempuan dengan karakter yang gemar bercerita.

Asal istilah karlota

Sebenarnya istilah karlota tidak muncul begitu saja. Isitlah ini berasal dari nama Carlotta yang merupakan salah satu tokoh serial telenovela Meksiko yang cukup digandrungi masyarakat Indonesia di tahun 90-an. Serial ini menjadi salah satu serial yang dinantikan oleh semua kalangan, baik anak-anak sampai orang dewasa.

Carlotta sendiri diperankan oleh artis Rebeca Manriquez dalam serial “Maria Cinta Yang Hilang (Maria La Del Barrio)”.  Dalam serial ini, Carlotta berperan sebagai sosok asisten rumah tangga yang memiliki sifat julid, gemar menguping, bermuka dua, serta suka mengadu domba. Carlotta dianggap sangat menyebalkan dan selalu membuat suasana semakin memanas.

Kekuatan hasutan Carlotta membuat hubungan tokoh Luis dan Maria retak sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tujuannya agar Luis bisa menikahi Soraya karena Maria dianggap tidak pantas dari sisi status sosialnya. Hal ini yang membuat Soraya, mantan kekasih Luis, semakin diuntungkan untuk merebut Luis kembali.

Tak jarang penonton serial ini ikut geram dengan sikap antagonis Carlotta. Akibatnya, Carlotta dicap sebagai orang yang buruk. Dari hal tersebut, warga Manado mulai menggunakan istilah karlota bagi orang yang memiliki sifat suka menguping, bergosip, sampai adu domba.

Itulah penjelasan mengenai istilah karlota yang kerap jadi perbincangan warga Manado. Semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat karlota yang dapat menyakiti perasaan orang lain, serta menjadi manusia yang mampu menjaga lisan dengan hal-hal yang baik.

Penulis: Aisyah Rokhimah

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Bukit Sindulang, Ikon Kota Manado yang Berdiri di Atas Lahan Makam

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version