Bulan lalu sempat ramai di salah satu kecamatan di Bondowoso, Cerme, yang iuran untuk memperbaiki jalan. Kegiatan ini, selain sebagai bentuk protes masyarakat, juga menandakan bahwa Pemerintah nggak serius untuk membangun infrastruktur Bondowoso yang katanya jadi prioritas itu.
Dikutip dari RRI.co.id, PJ Bupati Bondowoso, M. Hadi Wawan Guntoro mengungkapkan bahwa, “Kita sudah komitmen dengan dewan apa yang kemudian bisa kita maksimalkan di tahun 2025 untuk fokus infrastruktur, jadi kita sudah mencoba samakan persepsi bahwa di 2025 prioritas penganggaran kita adalah infrastruktur.”
Namun, komitmen itu bagi sebagian warga Bondowoso tak ubahnya janji manis yang dikoar-koarkan untuk menutupi keresahan saja. Buktinya, nggak ada tanda-tanda kalau pemerintah sudah mulai bergerak untuk membenahi infrastruktur. Masak soal jalan berlubang saja sampai masyarakat yang harus turun tangan. Miris sekali melihatnya.
Kecamatan Cerme bukan satu-satunya kecamatan di Bondowoso yang nggak dilirik pemerintah
Sebenarnya Kecamatan Cerme bukan satu-satunya kecamatan yang sudah mulai muak sama pemerintah. Kecamatan Ijen pernah mengalami hal serupa. Namun, karena taraf kerusakan sudah sampai di tahap akut, masyarakat nggak bisa berbuat banyak. Ini bukan sekadar jalan berlubang loh gaes, tapi sudah jadi jalan makadam (istilah untuk jalan yang sudah rusak parah).
Terlebih, Kecamatan Ijen menjadi jalur yang dilewati wisatawan di Bondowoso, baik lokal atau mancanegara, untuk berwisata ke Kawah Ijen yang termasuk wisata kelas internasional. Haduuuh, malunya nggak ketulungan. Sampai akhirnya, sekitar tahun 2015 silam, ada proyek perbaikan jalan besar-besaran di sepanjang jalan menuju Kawah Ijen tersebut.
Anehnya, perbaikan jalan itu bertepatan dengan masuknya Perusahaan Gas Bumi yang hendak berinvestasi di Kecamatan Ijen. Nah, inilah yang membuat saya curiga. Jangan-jangan, sebetulnya, perbaikan jalan itu bukan diprakarsai Pemerintah Daerah, melainkan perusahaan luar daerah ini.
Wah, kalau ini bener, sudah keterlaluan sih, menurut saya. Pemerintah malah mengambil kesempatan dalam kesempitan, ketimbang berusaha memperbaiki sendiri. Masak kalau ada masalah kerusakan jalan harus menunggu bantuan dari pihak lain. Terlebih yang akhir-akhir ini terjadi di Kecamatan Cerme. Apa nggak malu ya sama komitmennya?
Omong kosong sama kekayaan SDA
Melansir Kompasiana, pada bulan Mei 2023, UNESCO secara resmi menetapkan Ijen Geopark sebagai Situs Warisan Dunia, sebuah pengakuan gemilang bagi kekayaan alam dan budaya di Kabupaten Bondowoso. Prestasi ini diharapkan memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Bondowoso.
Asal tau saja, Bondowoso mempunyai 96,9% tanah sedang yang cocok buat industri pertanian dan hanya 3,1% tanah yang bertekstur kasar. Belum lagi kota ini dikenal sebagai produsen kopi arabica yang termasuk salah satu terbaik di Indonesia. Kurang apalagi coba kekayaan alamnya?
Namun, sayangnya prestasi-prestasi itu nggak berdampak banyak sama pembangunan infrastruktur. Padahal, kalau kekayaan alamnya bisa dikelola dengan baik, hasilnya bisa dibuat untuk membentuk peradaban yang lebih maju. Apa gunanya punya segudang kekayaan alam kalau ujung-ujungnya tetap masyarakat sendiri yang memperbaiki jalan?
Memang sih, di satu sisi, tindakan masyarakat yang memperbaiki jalan dengan cara iuran menunjukkan kekompakan, solidaritas, dan gotong royong. Tapi, ini konteksnya perbaikan jalan loh, yang merupakan kewajiban Pemerintah.
Masyarakat sudah cukup sengsara dengan pendapatan gaji yang rendah, jangan malah diberi beban tambahan dengan mengabaikan fasilitas-fasilitas umumnya. Pantas saja Bondowoso masih jalan di tempat, nggak kayak Jember yang semakin melesat. Wong kalau ada apa-apa masih nunggu kritikan masyarakat.
Eh, tapi ini meski sudah dikritik masih nggak ada tanggapan, ding. Yaaa sama saja, sami mawon.
Penulis: Ahmad Dani Fauzan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bondowoso Tidak Semaju Jember, tapi Lebih Nyaman untuk Ditinggali
