Bagi penggemar drama Korea militan maupun yang musiman, pasti sudah tidak asing lagi dengan kisah romantis Song Joong-ki dengan Song Hye-kyo dalam Descendants of The Sun. Keromantisan dalam drama yang ternyata berimbas cinta lokasi hingga naik pelaminan, ternyata tidak bertahan lama dalam dunia nyata. Padahal, melihat ke-uwu-an Song-Song Couple ini, diam-diam saya selalu mendendangkan lagu Denny Caknan, “Sampe tuwek… We ra bakal tak culno…”
Dua tahun setelah bercerai, Song Joong-ki lahir kembali sebagai Vincenzo Cassano, seorang consigliere dari Italia. Drama Korea pertama sejak kisah cintanya berakhir dengan Song Hye-kyo, berita mengenai keputusannya untuk memilih berpisah, dan sempat mengalami stres berat hingga gosip rambutnya rontok parah, membuat saya tak sabar menonton Vincenzo, sebagai perayaan comeback Song Joong-ki. Saya pengin mengecek apakah rambutnya terbukti makin tipis setelah depresi.
Vincenzo Cassano tampil menawan, hampir tidak ada tanda-tanda kebotakan pada kepalanya. Gestur dan wajah Song Joong-ki yang selama ini terkesan laki-laki baik dan imut hampir tenggelam di balik setelan jas dan dedikasinya sebagai consigliere. Tampil menawan dan sempurna sebagai sosok pengacara sekaligus consigliere mafia Italia, saya angkat topi untuk karisma Song Joong-ki yang terpancar jelas dalam drama Korea Vincenzo. Tidak lagi sebagai si imut nan menggemaskan, tetapi sebagai orang kepercayaan keluarga mafia yang mampu membuat psikologis lawan kocar-kacir lantaran kemampuan untuk bernegoisasi sama liciknya seperti mafia itu sendiri. Semacam berwibawa tapi menggetarkan, tajam tapi sendu.
Consigliere berasal dari bahasa Italia, yaitu anggota organisasi kriminal atau mafia yang berperan sebagai penasihat pemimpin organisasi. Consigliere diambil dari kata dalam bahasa Latin “consiliarius” (penasihat) dan “consilium” (nasihat). Istilah consigliere digunakan oleh pemerintah Italia abad pertengahan yang ditujukan kepada dewan penasihat kerajaan.
Peran consigliere ini diperoleh Vincenzo, yang dikisahkan merupakan anak angkat dari seorang mafia Italia bernama Fabio. Bekerja sebagai orang kepercayaan mafia, tentu berbeda seperti menjadi seorang penasihat presiden sekalipun. Mereka terlibat sebagai mediator dan harus memiliki kecakapan bernegoisasi sehingga bisa mencapai kesepakatan bersama dengan pihak lawan maupun dengan keluarga mafia itu sendiri. Risiko paling dekat tentu menjadi korban dan dilenyapkan, lantaran dianggap menghalangi tujuan dan ambisi para mafia yang saling terlibat konflik.
Consigliere dalam dunia mafia bisa digambarkan sebuah alter ego sebagai “Diri Kedua” yang memberikan cermin dan sisi yang berbeda dalam sebuah pencarian untuk memutuskan hal secara praktis dan ideal. Blind spot yang hanya bisa dilihat oleh orang kepercayaan yang memiliki kebijaksanaan, intuitif, dan perspektif luas, sehingga mampu memecahkan solusi sekaligus sebagai teman diskusi. Presiden pertama di Indonesia–menurut berbagai sumber media–Bung Karno, memiliki consigliere Bung Hatta, Ir Juanda, dan Dr Liemena. Sementara Pak Harto memiliki consigliere Wijoyo Nitisastro, Benny Murdani, dan Murdiono.
Melihat drama ini, saya berangan-angan siapa orang yang pantas menjadi consigliere dan bagaimana seseorang bisa menjadi consigliere. Lantas, saya teringat tes psikologi yang memuat 16 jenis kepribadian yang digolongkan berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI). Salah satu jenis kepribadian itu adalah seperti sosok consigliere itu sendiri, yaitu kepribadian “mediator” yang tergolong dalam INFP.
INFP adalah singkatan dari Introvert, Intuition, Feeling, dan Perception. Orang dengan kepribadian INFP digambarkan cenderung idealis. Namun, mereka juga tertarik untuk belajar lebih banyak tentang orang lain dan bersedia mendengarkan suatu masalah dari berbagai sisi. Dalam hal karier, orang-orang dengan kepribadian INFP akan lebih cocok bekerja sebagai artis, konselor, perancang grafis, pustakawan, psikolog, fisioterapis, pekerja sosial, atau penulis. Jadi, apakah kalian tertarik menjadi the next consigliere seperti Vincenzo?
Sumber Gambar: YouTube The Swoon
BACA JUGA Walau Membagongkan bak Sinetron Indonesia, Berikut Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Drakor ‘The Penthouse’ atau tulisan Nila Kartika Sari lainnya.