Setelah hampir sebulan pake Lexi 155 yang saya cari-cari bagusnya, saya baru sadar kalau Honda Vario 150 tetap yang paling sempurna.
Info dari para tukang review motor, Yamaha Lexi akhirnya dapat update. Update tersebut ada pada ubahan mesin yang sudah 155 cc dengan dimensi Bore X Stroke, 4 valve, VVA plus Blue Core. Akhirnya, kesampaian juga saya punya motor nyaris semok versi dek rata dan yang terpenting tidak pasaran.
Saya kagum dengan orang yang punya ide tagline “sederhana namun membanggakan” untuk Lexi 155 terbaru. Mungkin dia belajar langsung kepada Subiakto Priosoedarsono, seorang praktisi branding. Kalimat tersebut ibarat mantra yang masuk bawah sadar.
Lexi 155 seperti menghidupi tagline tersebut. Desainnya tidak sangar, tapi tidak cantik. Belum elegan, tapi juga tidak futuristik. Tidak bagus, sekaligus nyaris jelek. Ya memang sederhana.
Soal mesin, aman untuk bilang kalau akselerasi galak, putaran tengah nendang, dan top speed-nya bikin senyum sendiri di jalan. Pantas dibanggakan, meski pada akhirnya kalah oleh Honda Vario 150!
Daftar Isi
Pengalaman bawa Lexi 155 selama satu bulan
Jadi, kalau ingin meminang Lexi 155, biasanya bakal dapet diskon gede, karena produknya kurang laku, eh, maksudnya tidak pasaran. Nah, kalau ada uang sisa, saya menyarankan Anda untuk langsung ganti shock depan. Anda bisa menggantinya dengan per shock Honda Karisma yang ulirnya lebih renggang.
Untuk shock belakang ada beberapa opsi. Misalnya pakai shock Suzuki Address, Honda Beat karbu, atau sekalian shock aftermarket semacam YSS atas Ohlins. Yah, daripada pantat Anda terpental saat melewati jalanan rusak khas Indonesia.
Saya jadi salut kepada Yamaha yang sangat memperhatikan keberlangsungan hidup para bakul part aftermarket. Mereka kayak sengaja kasih shock belakang cuma satu. tidak seperti NMAX dan Aerox yang sudah double shock. Untungnya, Yamaha sudah menyediakan lubang dudukan shockbreaker pada arm bagian kanan.
Seakan Yamaha bilang gini: “Kalau mau dobel shock, silakan beli sendiri, sudah kami bikinkan lubangnya.”
Begitu juga sektor tangki bensinnya yang cuma seuprit: 4,2 liter. Sangat kontras dengan dimensi bodinya. Namun lagi-lagi Yamaha membuat Lexi 155 yang upgradeable dengan tangki bensin berukuran 6 liter. Tentunya, harus beli sendiri. Sudah, mending melirik Honda Vario 150 saja.
Baca halaman selanjutnya: Motor matik yang sempurna bagi saya.
Honda Vario 150 tetap yang paling sempurna
Dari beberapa faktor yang menyebalkan di Lexi 155, sedikit termaafkan oleh flat footboard. Bagian ini membuat pengendara bisa selonjoran, tanpa gangguan tangki bensin, sehingga bisa bawa barang lebih banyak.
Tapi, kalau cuma itu, apa bedanya dengan Honda Vario 150 eSP. Jika diamati, sekilas bokong Lexi 155 mirip Honda Vario 110 LED. Lampu depannya mirip lampunya Vario 125 versi lama. Oleh sebab itu, setelah hampir sebulan pake Lexi 155 yang saya cari-cari bagusnya, saya baru sadar kalau Vario 150 tetap yang paling sempurna.
Bagaimana tidak, rangka Vario 150 masih pakai besi batangan yang kokoh. Desainnya sangat elegan dan futuristik. Apalagi lampu depannya, duh, ganteng banget. Matanya misterius dan berwibawa.
Tinggi Vario 150 juga pas, tidak jinjit. Sudah begitu, ukuran ban proporsional, suspensi depan-belakang cukup nyaman, performa mesin juga sama sekali tidak buruk. Biar bodinya tidak se-semok Lexi, fun fact, Vario 150 eSP punya bagasi yang lebih luas, juga tangki bensin yang lebih longgar, sekaligus konsumsi BBM yang lebih irit.
Trik mengatasi “masalah tradisional” motor matik dari Honda
Kalau ada keluhan, paling cuma penyakit gredeg yang bisa diatasi dengan “main kirian”. Saya kasih tau racikannya (versi amatir) sepaket dengan trik akal-akalan. Catat:
Mulai dari CVT bagian belakang, kampas ganda Vario 150 eSP ganti dengan kampasnya NMAX yang dagingnya lebih tebal dan panjang. Namun jika takut nafas mesin jadi pendek, kampas bawaan cukup dibersihkan dengan amplas saja.
Ganti per CVT dengan punya PCX atau jika budget pelajar, cukup per aslinya diganjal pakai pelor sepeda. Untuk bagian per kampas ganda yang jumlahnya tiga biji itu, boleh diganti punyanya Beat karbu. Tujuan itu semua ya biar lebih menggigit dengan mangkok ganda. Main tipis-tipis saja, tidak perlu pakai part racing dengan berbagai opsi RPM yang membingungkan.
Ubahan CVT bagian depan, roller Vario 150 ganti pakai roller ori Suzuki Spin yang bobotnya sedikit lebih ringan, untuk mengejar akselerasi. Lanjut garap bagian pulley yang sedikit ribet, sebab harus mengubah sudut kemiringan dari 15 derajat jadi 13,8 derajat.
Jika ada waktu dan dana, bawa pulley ke tukang bubut, sekalian kerok jalur rollernya. Mereka sudah paham apa yang Anda mau. Trik versi malasnya, pulley cukup diamplas dengan menghidupkan mesin motor. Patokannya sampai habis sebatang rokok, sekiranya sudah cukup mengubah sudut kemiringan. Dari trik alakadarnya di atas, sumpah demi apa saja, saya bisa sebahagia itu hanya dengan naik Vario 150.
Honda Vario 150 memang sempurna
Makanya tidak salah Honda memberi tagline “ride the perfection” untuk Vario 150 eSP ini. Saya curiga, alasan Honda menghentikan produksinya 2021 lalu karena terlalu sempurna dalam menciptakan Vario 150 generasi terakhir. Mereka takut produk lainnya tidak laku.
Walau bukan fanboy merk tertentu, efek racun marketplace Facebook membuat saya pernah memiliki Vario semua generasi, kecuali yang 160 (karena alasan eSAF). Mulai dari Vario karbu generasi pertama yang boros tapi ngacir, sampai yang nyaris sempurna dan tak tergantikan, Vario 150 eSP. Memang sempurna!
Penulis: Iman Musyaffa
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Tips Mengendarai Honda Vario 150 Biar Efisien Waktu dan Bensin: Studi Kasus Rute Jogja-Klaten
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.