Vandalisme dan Anarkisme Itu Beda, Jangan Sampai Keliru!

Vandalisme dan Anarkisme Itu Beda, Jangan Sampai Keliru!

Vandalisme dan Anarkisme Itu Beda, Jangan Sampai Keliru! (Shutterstock.com)

Orang kerap menyebut tindakan vandalisme dalam suatu aksi dengan anarkisme. Padahal, dua hal itu jelas berbeda.

Lebih dari satu abad yang lalu, om Alexander Berkman sudah mewanti-wanti jika akan ada penyelewengan dan penyesatan makna arti dan gerakan anarkisme. Dalam buku ABC Anarkisme karangan Berkman pada halaman-halaman awal, hal yang pertama kali dibahas Berkman adalah tentang penyesatan makna dari gerakan anarkisme oleh pihak-pihak yang kontra dengan aliran Filsafat Anarkisme. Contoh paling mudah adalah tiap ada demonstrasi besar, apalagi ricuh, pasti menumbalkan anarkis, anarko, anarkoproi, dan anar-anar yang lain buat pengalihan isu dan tuntutan publik.

Dalam buku ABC Anarkisme, om Berkman sempat curhat begini. “Begitu banyak kepalsuan yang telah disebar mengenai anarkisme. Bahkan orang-orang pintar sering memiliki konsep yang salah sepenuhnya mengenai hal itu. Beberapa orang membicarakan anarkisme tanpa mengetahui sesuatupun mengenainya. Dan beberapa orang lagi berbohong mengenai anarkisme, karena mereka tidak ingin anda mengetahui hal yang benar mengenai anarkisme itu”.

Dan memang itulah yang terjadi. Anarkisme, selalu disematkan pada hal yang menjurus pada peristiwa perusakan, rusuh, dan cacat moral lainnya. Padahal, sejatinya, anarkisme adalah aliran filsafat.

Dan sebenarnya, hal-hal merusak yang diidentikkan dengan anarkisme itu adalah vandalisme. Kita akan bahas apa itu vandalisme dan bedanya dengan anarkisme.

Apa sebenarnya anarkisme itu?

Menurut Wikipedia, anarkisme berasal dari kata dasar “anarki” dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata serapan dari anarchy (Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Prancis), yang berakar dari bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a- (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas). Maka anarchos/anarchein berarti “tanpa pemerintahan” atau pengelolaan dan koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya.

Menurut P.J Proudhon dalam What is Property, anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan anarki, yaitu ketiadaan tuan, tanpa raja yang berkuasa.” Dan menurut Peter Kropotkin, anarki berasal dari kata Yunani yang berarti “melawan penguasa”. (dalam Kropotkin’s Revolutionary Pamphlets, hal 284)

Sejatinya anarkisme adalah ideologi filsafat politik yang hampir sama dengan demokrasi, sosialisme, ataupun liberalisme, yang intinya adalah pandangan tentang betapa pentingnya kebebasan dalam bermasyarakat.

Dalam anarkisme segala tatanan masyarakat diatur oleh kesadaran masyarakat itu sendiri, tanpa harus diperintah oleh otoritarian pemerintah, sebab manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang secara alamiah mampu hidup secara harmoni dan bebas tanpa intervensi kekuasaan. Anarkisme memimpikan sebuah visi sosial tentang “masyarakat alami”, yaitu masyarakat yang dibentuk dan dikelola secara swadaya dan mandiri dari para individual di dalamnya.

Sepanjang itu saya bicara anarkisme, dan tidak menyenggol vandalisme sama sekali. Nah, kali ini, akan saya jelaskan.

Dalam sejarahnya, gerakan anarkisme memang terkenal dengan berbagai macam perlawanan yang frontal, masa anarkisme tercatat seringkali lebih menyukai aksi jalanan dibandingkan diskusi dalam ruangan. Dan kadang, dalam aksi jalanan, ada yang jadi korban. Entah tembok, kaca, atau pos polisi.

Segala tindak perusakan tersebut, adalah tindakan vandalisme. Vandalisme, singkatnya, adalah aksi perusakan properti publik atau privat secara sengaja.

Dan ini bedanya dengan anarkisme. Pertama, anarkisme adalah ide, dan vandalisme lebih ke “metode”. Meski gerakan atau aksi anarkis sering menggunakan vandalisme sebagai jalan mengekspresikan penolakan, tapi vandalisme sendiri tak eksklusif milik anarkisme. Jika gerakan anarkis melakukan vandalisme dalam aksi mereka, aksi tersebut sudah terukur.

Alias, yang dirusak harus melambangkan apa isu yang mereka perjuangkan. Ketika mereka menolak aparatur negara, yang dirusak ya pos polisi. Nggak mungkin mereka menolak aparatur negara tapi yang dirusak malah Olive Chicken.

Vandalisme bisa dilakukan siapa saja. Anak geng SMA, anak SD yang kelewat mangkel dengan kawannya, siapa pun bisa jadi pelaku vandalisme. Sebagai “alat”, ia bisa dipakai siapapun, dan tak pernah eksklusif milik satu pihak atau ideologi semata.

Jadi setiap ada gerakan massa yang berakhir ricuh dan terjadi perusakan barang, kita tidak bisa bilang itu tindakan anarkis. Yang benar, itu tindakan vandalisme. Apalagi jika yang dirusak adalah properti yang jelas-jelas tidak merepresentasi isu yang dibawa.

Harusnya sekarang sudah jelas perbedaannya. Sebagai “alat”, vandalisme bisa dipakai siapa saja dan tak pernah lekat pada satu ide saja. Benar bahwa anarkis sering menggunakan vandalisme dalam aksi menolak, tapi bukan berarti itu sama.

Semoga ini bisa menjelaskan dan memberi sedikit pencerahan. Agar, anarkisme, sebuah ide yang punya cita-cita penting ini tak dikerdilkan secara terus menerus.

 

Exit mobile version