Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Usia Baru 20 Tahun Tapi Sudah Jadi Generasi Sandwich

Atik Soraya oleh Atik Soraya
26 Juli 2019
A A
Generasi Sandwich

Generasi Sandwich

Share on FacebookShare on Twitter

Seorang teman perempuan saya membuka obrolan dengan pertanyaan, “lu tau generasi sandwich?” Pertanyaan teman tadi membuat saya kepo dan berakhir dengan pengetahuan baru bahwa saya dan kamu yang sedang baca ini bisa jadi termasuk ke dalam istilah generasi sandwich.

Dihimpun dari berbagai sumber, bisa dikatakan generasi sandwich adalah istilah yang ditujukan untuk mereka para manusia yang berada pada keadaan harus memfasilitasi kebutuhan hidup finansial keluarga (anak-anaknya dan orangtua).

Agar lebih mudah dimengerti, saya berikan contoh sederhana. Jadi, berdasarkan ilmu cocoklogi maka anggaplah saya adalah orang yang termasuk ke dalam generasi sandwich. Walau belum menikah dan belum punya anak, serta belum berusia tiga puluhan tapi situasi dan tanggungan beban finansial generasi sandwich juga sudah saya alami saat ini.

Saya seorang anak pertama, baru mau lulus kuliah S1 (sekarang lagi skripsian) dengan usia kedua orangtua yang sudah melewati 55. Saya punya seorang adik yang harus menempuh jenjang perguruan tinggi dalam waktu dekat. Jadi membiayai orangtua, adik, dan diri sendiri, adalah tanggung jawab saya dan tanggungan itu membuat saya terhimpit seperti sandwich. Sudah kebayang ya generasi sandwich ini orang yang seperti apa?

Maka mau tidak mau, suka tidak suka, terpaksa tidak terpaksa saya harus bertanggung jawab sama mereka semua. Generasi sandwich juga sebenarnya tidak datang langsung dari langit dan menyasar masyarakat proletar seperti saya dan keluarga. Keadaan ini bisa sangat mungkin ditimbulkan dari orangtua yang tidak begitu cakap mengelola keuangan saat itu sehingga di masa selanjutnya ada yang menjadi golongan dari generasi sandwich ini.

Tidak hanya orangtua yang bisa jadi penyebab utama adanya orang yang pada akhirnya termasuk kedalam golongan generasi sandwich ini. Ada beragam faktor yang bisa juga memicu orang yang tadinya aman sentosa sejahtera finansialnya justru masuk ke dalam kategori generasi sandwich.

Kadang saya suka kepikiran “ya Allah kalau begini ceritanya, bisa nggak ya punya apartment di Pakubuwono” dan yang jelas, jadi kepikiran kalau yang berat bukan cuma dosa di dunia apalagi soal rindu yang diungkapkan Dilan ke Milea. Tiada yang lebih berat dari menjadi generasi sandwich.

Lalu selanjutnya saya mulai buat perhitungan. Berapa biaya yang harus saya sisihkan untuk beli rumah, lalu biaya orangtua, buat kuliah adik sampai lulus, untuk bahagiain diri sendiri, bagaimana dengan biaya pendidikan s2 yang saya inginkan, untuk menikah, setelah menikah bagaimana dengan keluarga saya sendiri. Semua itu kadang membuat psikis saya justru tambah terbebani makanya mulai dari sekarang saya coba jadi buruh tinta di Mojok, itung-itung bisa untuk ongkos kuliah. Emang sih uang bukan segalanya, tapi tahun 2019 ini segalanya pakai uang mylov.

Baca Juga:

Cari Kerja Memang Susah, tapi Bertahan di Lingkungan Kerja Toxic Juga Nggak Ada Gunanya

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

Sepertinya kita (warga sandwich) perlu menanamkan kesadaran bahwa ini semua bukan salah kedua orangtua, mereka telah berusaha yang terbaik. Tidak ada yang mau berakhir dengan hidup yang selalu dibayangi dengan ketidakpastian finansial. Seperti hal mainstream pada umumnya maka jadi generasi sandwich juga ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari keadaan menghimpit yang penuh serba salah ini.

Setidaknya, buat saya situasi ini menjadikan saya bisa berpikir kritis dan lebih menghargai hal-hal kecil yang diberikan Tuhan Sang Maha Kaya. Kalau sudah punya semua yang bisa dibeli dengan materi, mungkin akan sangat sulit menghargai hal-hal kecil.

Keadaan ini dengan sukarela mengajak saya untuk menahan segala nafsu untuk membeli barang atau hal apapun yang sebenarnya hanya saya inginkan bukan saya butuhkan. Setiap mau menghabiskan pundi-pundi rupiah pasti auto mikir kalau yang hidup bukan hanya kepala saya saja, ada Ibu, Bapak, dan Adik yang menunggu di rumah.

Dengan keadaan ini saya bisa paham mengapa pada akhirnya ada gerakan-gerakan sosial yang banyak menuntut kesejahteraan, kenapa ada serikat yang menyatukan orang-orang dengan nasib yang sama, dan bisa sangat paham kalau situasi ini nggak bakal bisa dimengerti sama mereka yang dari lahir sudah dapat privilege dari keluarga cemara.

Semangat-semangat kaum tertindas yang lemah tidak dapat dilihat dan dimengerti bagi kelompok yang dilayani dengan baik oleh institusi sosial tertentu. Selama ini, segalanya kelihatan normal dan baik untuk orang-orang yang sudah dilayani dengan istimewa.

Intinya menjadi generasi sandwich menyenangkan. Walau salah satu cita-cita dan harapan saya punya apartmen di Pakubuwono masih terkatung-katung, tapi menjadi bermanfaat untuk keluarga sendiri dan bisa mengendalikan diri dari kegilaan rasa konsumtif itu adalah hal yang luar biasa bagi saya dari menjadi generasi sandwich.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: Anakcari kerjaekonomi masyarakatgenerasi sandwichKeluargaOrangtua
Atik Soraya

Atik Soraya

ArtikelTerkait

nadin amizah orang miskin empati kemiskinan orang miskin mojok

Alasan Mengapa Orang Bisa Tidak Memiliki Empati Sampai Meminta Orang Miskin Jangan Punya Anak

17 Juli 2020
Cukai Minuman Berpemanis Ditambah: Kurangi Konsumsi Gula atau Keruk Uang Rakyat?

Minuman Kemasan untuk Anak: Tampilannya Menarik Hati, Kandungan Gulanya Bikin Ngeri

17 November 2022
Ilmu Parenting Hanya untuk Orang Kaya? Ngawur! anwar zahid

Parenting menurut K.H. Anwar Zahid: Menuntun, Bukan Menuntut

15 April 2023
anakku

Untukmu, Anakku di Masa Depan

26 Juni 2019
Mendidik Anak Nggak Cuma Soal Menyiapkan Uang, Bund! Terminal Mojok

Mendidik Anak Nggak Cuma Soal Menyiapkan Uang, Bund!

6 Maret 2021
Rekomendasi Tempat Liburan Nataru di Bikini Bottom yang Bisa Dinikmati Bareng Keluarga

Rekomendasi Tempat Liburan Nataru di Bikini Bottom yang Bisa Dinikmati Bareng Keluarga

28 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.