Sulit untuk tidak menyebutkan Unsoed, kampus di Purwokerto ini jika kita bicara tentang kampus idaman. Ya, kampus ini memang jadi favorit banyak calon mahasiswa baru. Selain karena biaya pendidikan dan biaya hidup yang masih masuk akal, Purwokerto yang nyaman bikin banyak camaba memilih kampus ini sebagai tujuan.
Tapi tak berarti kampus ini tanpa masalah. Salah satu masalah yang bagi saya benar-benar perlu dibicarakan mendalam adalah perkara trotoar atau akses pejalan kaki. Banyak sekali keluhan terutama dari mahasiswa terkait dengan akses pejalan kaki di sekitar kampus. Padahal, area kampus adalah area yang padat dengan aktivitas dan mobilitas mahasiswa untuk perkuliahan, praktikum, dan pengembangan diri lain, baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki yang cukup tinggi.
Sebagai mahasiswa di Unsoed, saya kerap kali mengeluhkan padatanya kendaraan pada saat jam-jam berangkat ke kampus. Pada saat seperti itu, jalan kaki menjadi salah satu hal yang terpikirkan. Jelas, jalan ramai, mending jalan kaki kan?
Ternyata, rencana tersebut tidak seindah yang dibayangkan. Jalan kaki ke kampus malah menjadi suatu aktivitas yang cukup membahayakan.
Unsoed Purwokerto kekurangan trotoar
Jadi pejalan kaki di Unsoed Purwokerto itu nggak semenyenangkan yang ada di angan. Tersandung, dan hampir terserempet kendaraan adalah hal yang bakal Anda temui di sini. Lalu, trotoar yang dipadati kendaraan parkir dan pedagang menambah masalah jadi makin runyam.
Padahal menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2014, fungsi trotoar adalah jalur pejalan kaki, untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan. Udah jelas banget. Terus ngapa itu pada parkir di situ?
Tapi mending, itu masih ada trotoarnya. Masih bisa lah dilewati meski harus sedikit atraksi. Beda cerita dengan area kampus belakang, dari FIB hingga Fakultas Biologi Unsoed. Area tersebut bahkan nggak ada trotoarnya. Udah gitu, jalannya sempit. Klop. Lengkap.
Di area kampus depan seperti FISIP, mahasiswa pun mengeluhkan hal yang sama. Padahal kampus depan adalah wajah dari Unsoed, bahkan tidak memiliki akses trotoar. Ruas jalan yang rusak, tentu menyulitkan mahasiswa ataupun warga yang berjalan kaki.
Padahal, seharusnya area kampus adalah area dengan fasilitas trotoar yang memadai untuk pejalan kaki. Dengan hal tersebut, tentu dapat mengurangi penggunaan kendaraan, kepadatan ruang parkir, dan juga kepadatan jalanan karena semakin banyak mahasiswa yang sudah merasa aman sehingga memilih untuk berjalan kaki.
Berjarak sekian senti dari mati
Mahasiswa tentu saja tak tinggal diam. Mereka menyampaikan keluhan ini pada sesama kawan, menfess, dan kanal aduan yang disediakan BEM. Aduan tersebut sudah disampaikan kepada pihak rektorat, namun sampai saat ini belum ada hasil. Belum keliatan ada hasilnya juga.
Dinas Pekerja Umum (DPU) pun merespons hal ini. Sebetulnya, pembangunan trotoar sudah masuk ke perencanaan dan survey pembuatan trotoar pada tahun 2019 dan terhenti karena pandemi Covid-19. Akhirnya perencanaan tersebut kembali dilanjutkan, namun karena keterbatasan anggaran dan skala prioritas dari DPU hingga sampai saat ini belum terealisasi. DPU menyarankan pihak Unsoed dan alumni untuk membangun trotoar sendiri melalui kerja sama dengan CSR milik BUMN.
Pada akhirnya hanya saling melempar satu sama lain. Apalagi dengan adanya efisiensi anggaran, alokasi dana kampus menjadi lebih ketat sehingga trotoar bukan menjadi salah satu yang diprioritaskan.
Seperti yang sudah bisa ditebak, mahasiswa Unsoed Purwokerto harus menerima dengan lapang dada. Mereka yang berjalan kaki, hanya berjarak sekian senti dari mati.
Penulis: Nova Karimatun Nabilah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Keistimewaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang Tak Dimiliki Kampus Lain
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















