Unesa dikabarkan akan membangun akademi bulu tangkis. Wacana ini tersebar setelah website resmi universitas yang terletak di Surabaya itu mengunggah informasi tersebut. Jelas sebagian besar mahasiswa yang baru pertama kali mendengar kabar ini terkaget-kaget.
Sebenarnya, sah-sah saja apabila kampus ingin melakukan pengembangan maupun ekspansi lebih jauh. Hanya saja, wacana pembangunan akademi bulu tangkis ini muncul di tengah protes mahasiswa mengenai fasilitas kampus. Persoalan soal fasilitas kampus yang minim saja belum menemukan solusi, ini malah mau membangun akademi baru.
Bidang olahraga Unesa memang unggul
Sebenarnya, saya cukup memahami kemunculan ide membangun akademi bulu tangkis ini. Akademi bulu tangkis ingin melengkapi fasilitas olahraga Unesa yang cukup lengkap. Fasilitas ini berada di Unesa Kampus Utama di Lidah Wetan. Kami memiliki lapangan golf, arena panahan, gor futsal, hingga kolam renang,
Selain itu Unesa memang unggul di bidang olahraga. Ini terbukti dengan deretan pemain timnas yang tengah menempuh pendidikan di Unesa. Adapun rencana mendirikan akademi bulu tangkis ini muncul ketika Rektor Unesa bersua dengan salah satu atlet kebanggaan tanah air, peraih medali emas bulu tangkis pada Olimpiade 2021. Apabila terealisasi, rencana pembangunan akademi bulu tangkis ini bertujuan untuk menjaring bibit-bibit ahli bulu tangkis secara terorganisir.
Rencana ini menjadi tirakat yang baik. Namun, tetap saja, waktunya tidak tepat. Selama ini sudah banyak mahasiswa protes seputar fasilitas kampus yang perlu perbaikan. Terutama fasilitas Kampus Ketintang yang masih banyak kurangnya di sana-sini.
Saya memahami keinginan kampus untuk membangun akademi bulu tangkis. Di sisi lain, saya juga turut merasakan betapa kesalnya mahasiswa mengingat protes yang selama ini diluncurkan tidak mendapat tanggapan. Padahal fasilitas-fasilitas yang dituntut oleh mahasiswa sebenarnya wajar saja, semua demi pembelajaran yang lebih nyaman di kampus. Sebut saja, ruang kelas dan parkiran seperti yang telah dijelaskan dalam tulisan berjudul Unesa Belum Perlu Membangun Kampus di IKN, Kampus Ketintang dan Lidah Wetan Aja Masih Mengenaskan.
Protes yang tidak kunjung mendapat tanggapan
Sebenarnya, per semester ini sudah ada tanggapan dari Unesa mengenai lahan parkir di salah satu fakultas di Ketintang. Ini langkah yang baik, mengingat, setiap berangkat kuliah, saya harus berjibaku mencari sejengkal tempat kosong untuk memarkirkan motor yang panjangnya paling 2 meteran ini. Kegelisahan itu sedikit lega karena kampus menjanjikan ada lahan parkir setinggi empat lantai untuk mewadahi kendaraan mahasiswa Ketintang. Semoga janji itu benar terwujud.
Sementara, fasilitas utama lain yang perlu mendapat perhatian lebih adalah ruang kelas. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, setidaknya harus ada ruang kelas yang memadai, bukan? Masalahnya, masih banyak ditemukan ruang kelas yang kebanjiran mahasiswa. Kursinya nggak cukup. Jadi harus ambil dari kelas lain. Kalau sudah selesai kelas, jangan lupa dikembalikan ke ruangannya lagi. Begitu ujaran perangkat kampus yang bertanggungjawab atas ruang kelas. Belum lagi untuk beberapa gedung yang digunakan untuk beberapa prodi sekaligus.
Tambahan lagi, dalam beberapa tahun terakhir, Unesa membuka beberapa prodi baru dan menambah kuantitas mahasiswa. Akibatnya, semakin terbatas ruang belajar yang memadai, sedangkan jumlah kepalanya semakin tak terhitung. Itulah mengapa, harapan saya, apapun wacana baru yang digagas kampus, tolong dibarengi dengan segala sesuatu yang responsif. Supaya para mahasiswa juga dapat kuliah dengan aman dan nyaman.
Penulis: Chusnul Awalia Rahmah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Mahasiswa yang Sebaiknya Nggak Kuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.