Ada tiga universitas yang lumayan besar di Solo. Universitas yang dimaksud adalah Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dan Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta (UIN Solo).
Kampus ini pun letaknya menyebar dari Solo timur hingga Solo bagian barat. Selain letak yang berbeda, “nasib” kampus tersebut pun berbeda-beda. UNS dan UMS, kita tahu sendiri lah ya. Udah pada paham kek mana bagusnya dua kampus tersebut. Nah, kalau UIN Solo?
Duh. Susah untuk bilang kalau UIN Solo itu “menyenangkan”. Saya nggak bilang kampus ini jelek, cuman secara nasib, rasanya bumi langit dengan dua kampus lainnya. Kalau kalian bingung, sini saya jelasin.
Daftar Isi
Kampus UIN Solo terletak di Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Kalau nggak tahu alamat yang saya sebutkan tadi, tinggal tanya orang aja. Pasti rata-rata jawabanya adalah utara bawah Kopassus Kandang Menjangan Kartasura.
Hah, markas Kopassus? Kartasura? Lha jauh dong dari pusat Solo?
MAKANYA!
Oleh karena jauh dari pusat kota, aksesnya terhitung sulit. Gimana yha, saya sendiri juga susah untuk ngejelasin arah menuju ke kampus ini. Yang pasti kampus ini jalan utamanya terletak di Jalan Nasional Solo-Jogja, dekat dengan SMAN 1 Kartasura. Pokoke adoh, angel. Wis.
Beda ceritanya dengan UNS dan UMS, bagi pemula sangat mudah untuk menemukan kedua kampus ini karena sama-sama di lewati Jalan Nasional. Coba saja motoran dari Persimpangan Kartasura hingga finish di Solo Safari Jurug, pasti akan menjumpai kedua kampus tersebut.
Baca halaman selanjutnya: Tidak ada satu pun transportasi umum yang melewati kampus UIN…
Tidak dilewati bus Trans Batik
Hal yang membuat anak UIN Solo iri dengan kedua kampus tersebut selanjutnya adalah tidak dilewati Trans Batik Solo. Tidak ada satu pun transportasi umum yang melewati kampus UIN ini. Sehingga, yang dapat diandalkan hanya mas-mas ojol yang biasanya mangkal di Pasar Kartasura.
Halte Trans batik paling terdekat pun berada di Jalan Slamet Riyadi, Kartasura. Dari UIN Solo jaraknya kurang lebih 1 kilometer dan kalo jalan kaki memakan waktu 20 menitan. Nasibnya sangat berbeda dengan UNS dan UMS, haltenya aja dikasih nama halte UNS dan UMS. Letaknya pun berada di depan gerbang utama kedua kampus tersebut. Kurang iri apa coba anak UIN.
Tidak seramai UMS
Kali ini dalam hal kawasan pertongkrongan, saya nobatkan UMS sangat unggul dari UIN dan UNS. Pusat keramaian ini tak terlepas dari peran Jalan Menco Raya sebagai pintu utama menuju kampus. Pusat keramaian yang ada di UMS ini sangatlah luas, sampai-sampai masih kerasa vibes tongkrongan anak kampus hingga ke selatan Jalan Adisucipto, Colomadu.
Banyak juga anak UNS yang yang mampir kemari untuk sekedar nugas karena banyak sekali kafe, clothingan dan foodcourt yang dapat dikunjungi. Sekarang ini, perkembangan tempat nongkrong di UMS gila-gilaan. Bisa dibayangkan saja jalanan di bagian barat kampus yang dulunya persawahan, kini disulap menjadi kawasan tongkrongan yang selalu ramai
Namun, dari segi peringkat, UIN tetap berada di urutan terakhir dalam hal pusat keramaian. Yang bisa diandalkan cuma di sekitaran gerbang kampus UIN, itu pun isinya kebanyakan tukang fotokopian. Tidak sekomplit yang ada di UMS, di UIN tongkrongan yang bisa diandalkan cuma warmindo atau pun kafe-kafe kecil.
Mahasiswa UIN Solo memang diminta narimo ing pandum
Di UNS masih lumayan banyak tempat nongkrong di sekitar kampus. Yha mungkin karena wilayahnya yang tidak datar, sehingga akses dan lahan untuk membangun tempat nongkrong tidak segampang yang ada di Kawasan UMS. Letak kampus juga masih berada di dalam kota, sehingga untuk pergi ke pusat keramaian Kota Solo masih bisa ditempuh dengan waktu yang singkat. Dan juga ketersediaan rute Bus Trans Batik Solo untuk ke pusat keramaian Kota Solo sangat dekat dan bisa di akses dengan naik Trans Batik Solo.
Begitulah “penderitaan” anak UIN Solo. Ngiri sama “saudara” yang strategisnya minta ampun. Mungkin ada hikmah yang bisa dipetik dari situ, yaitu mahasiswanya jadi fokus banget sama kuliah. Fokus karena kahanan jauh lebih baik sih.
Penulis: Fajar Novianto Alfitroh
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Polemik Ospek UIN RM Said Surakarta, BEM Wajibkan Mabanya Daftar Pinjol?