Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Twitter itu (Sedikit) Menyebalkan

Rasyid Faqih oleh Rasyid Faqih
27 Juli 2019
A A
twitter

twitter

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa minggu yang lalu teman saya sedang aktif (sekali) bermain Twitter.Hampir setiap jam atau beberapa menit sekali dia akan membuat tweet, membalas tweet, meng-RT banyak hal, bahkan sampai merangkai thread—yaitu gabungan dari beberapa tweet yang membahas hal tertentu.

Apa yang ia bicarakan cukup beragam, keadaan rumahnya, kuliah, sosial isu-isu di sekitarnya dan macam-macam—saya juga sering berbalas pesan atau menanggapi jokes yang ia buat. Hingga pada suatu saat, saya melihat salah satu tweetnya sudah mencapai angka 7k balasan, 7k RT, dan 8k orang yang menyukai. Waw, cepat sekali. Isi tweetnya tentang seseorang yang selalu terlihat senang, riang dan suka menghibur ketahuilah bahwa ia menyimpan luka, pedih dan lain-lain. Poin pentingnya seperti itulah, juga ditambahkan pemanis dan sisipan kata-kata berbahasa Inggris.

Nah semenjak hari itu teman saya banyak followers dan tweetnya juga menjadi ramai orang berkicau. Materi tweetnya juga sekarang agak berubah, sekarang lebih banyak cerita cinta dan jokes yang dipaksakan lucunya. Juga perubahan itu berdampak kepada saya, 3-4 follower dia juga mengikuti saya hari demi harinya, mungkin karena melihat tweet kami yang sebelumnya sering berbalas. Oleh karenanya saya follback mereka juga dong—tidak ada salahnya kan?

Setelahnya, timeline saya dipenuhi cuitan mereka, yang notabenenya hanya membahas cinta-cintaan, sedihnya menjadi jomblo, cowok cewek yang baperan. Lalu berakulturasi menjadi jokes jomblo tentang cinta-cintaan yang baper—mantap sudah. Sialnya formula tweet itu digunakan oleh semua akun, tepatnya semua orang, di semua tweetnya, dan setiap hari yang berulang.

Saya heran, apakah setiap akun ini dipegang oleh satu admin yang sama? Atau memang mereka tahu ini formula yang tepat untuk menggapai ribuan retweet? lalu akhirnya mereka contoh? Hmm siapa yang tahu—atau memang nampaknya mereka sedang berlomba banyak-banyakan follower?

Hingga pernah di suatu malam. Ketika Instagram down untuk sesaat, tiba tiba Twitter jadi ramai. Saya juga tahu, karena kebetulan saat itu,memang sedang buka Twitter. Lalu penuhlah mereka—kalian tahu siapa yang saya maksud—berkicau, tentunya keluhan tentang downnya Instagram. Nah saat asik scroll atas bawah, saya menemukan beberapa statement yang lucu dan menarik untuk dipertanyakan, beberapa di antaranya:

“Ah ga asik, anak Instagram pindah ke Twitter.”

“Makanya gw main Twitter, lebih asik orang orangnya, nggak norak.”

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Akun Affiliate yang Jualan Numpang Tragedi Itu Biadab, dan Semoga Nggak Laku!

“Nanti jokes receh kita dibawa ke Instagram deh.”

Oke. Kita punya 3 poin yang bisa dibedah satu per satu—Ah ga asik, anak Instagram pindah ke Twitter.

Pindah? Udah kayak netralisasi warga negara aja. Ya kan intinya medsos, media untuk bersosial, bentuk medianya aja kok yang beda. Isinya orang orang yang sama. Yang main Twitter juga dulunya main Instagram, atau sekarang pun masih aktif? Iya kan? Terus kenapa harus ada sebutan anak Instagram dan anak Twitter? Udah kayak house di Game of Thrones aja. Berantem berebut nama belakang doang.

“Saya Fiersa Besari, House of Twitter, king of 1,7k follower, menghukum mati Awkarin, Lady of Instagram, mother of drama, karena telah memasuki house kami yang suci ini.”

Next. Norak dan tidak norak. Ya isinya mirip mirip aja sih kalau orang yang di follow di Instagram dan di Twitter ya notabenenya sama, atau inner circlenya itu doang. Kecuali seperti teman saya (yang lain), dia main Twitter tapi nggak mau follow temannya sendiri atau teman SMA, kuliah, atau kantor. Alasannya: dia pengen punya teman yang beda di dunia lain. Jelas, akan kasih pandangan dan perbedaan. Saya tidak mau memihak siapa yang lebih norak dari siapa—Instagram kuat di visual, Twitter unggul pada verbal.

Keduanya sebenarnya kombinasi media yang sempurna jika digabungkan, sering diterapkan oleh berbagai media televisi sebagai sumber untuk hal hal viral. Pertama—akan memaparkan berbagai video atau foto yang sedang trend dari Instagram, lalu ditambahkan ornamen pelengkap berupa statement pejabat atau public figure dari cuitan Twitter mereka. Sebagaimana bisa kita lihat di Pemilu kemarin, 3 dari 5 trending topic Twitter memuat materi kelahi politik 01 dan 02. Lalu apa bedanya?

Twitter memang kuat jokes melalui verbalnya, kata kata cinta, motivasi, atau beberapa kutipan para selebtweet. Instagram juga demikan, namun berupa visual, contohnya 9gag, vinegram, vidgram lahir dan besar di Instagram. Masih laku sampai sekarang dan punya penggemar setianya.

Lantas siapa yang lebih lucu atau punya komedi cerdas di dalamnya? Tidak ada. Tidak ada yang lebih dari yang lain. Komedi itu tentang referensi, bukan tentang komedi cerdas atau gimana.Jadi kalau kita punya kesamaan referensi, kemungkinan besar kita di frekuensi yang sama. Tapi kan masalahnya, setiap dan semua orang punya acuan referensi dan frekuensi yang berbeda, kan nggak bisa dipaksa juga.

Kalau Twitter bilang Instagram isinya selebgram yang kerjaanya selalu posting foto endorse skincare atau tas branded. Twittter juga punya selebtweet yang tiap 5 menit sekali, siap menebar tweet, murah RT dan sesekali ada yang  mabok korea. Banyak, banyak banget yang gitu. Kita semua tahu itu. tinggal pilih aja, mau racun yang mana?

Saya menceritakan gagasan tulisan ini kepada teman saya, Ariel Amanda. “kebetulan sekali” katanya, dua hari yang lalu dia menemukan beberapa tulisan dengan tema serupa, tapi dari media daring luar negeri. Lalu beberapa link itu ia tautkan dalam tweetnya hingga menjadi sebuah thread pendek, dengan prolog hal yang terus menerus saya saksikan di Twitter: arogansi dan orang-orang yang mengurus hidup orang lain.

Social Justice Warrior (SJW) sebuah gelar kebangsawanan warga Twitter yang tentunya disematkan oleh orang-orangnya juga. Ingin saya berhusnudzon bahwa mereka yang melakukan praktik (SJW) memanglah orang yang bijak nan arif. Ketika pulang ibadah mereka akan menyempatkan ke panti asuhan, sekedar mengantar dua karung beras setiap minggu. Atau ikut kaum buruh mendirikan serikat, mengadvokasi, dan menjatuhkan tirani oligarki. Atau paling tidak memang senang gotong royong sama Pak RTdan membatik solo dengan Bu RW. Tapi kan ya, mereka memilih cara lain, mengoceh di Twitter.

Hemat dari Ariel adalah saya harus membaca semua artikel itu. Supaya menambah sudut pandang dalam mengelola pembahasan, juga kaya materi akan jangkauan kedalaman, begitulah kira-kira. Saya mengamati thread beliau, yang memuat berita oleh Vice, Venturebeat, LA times,dan The Atlantic. Saya perhatikan setiap judul dari artikel-artikel itu, walau masih di laman Twitter tentu saja.

Hingga sampai pada penutup thread tersebut; “humanity is OK” Zizek said, “But 99% of people are boring, idiots”

Dikutip dari tweet teman saya: Ariel Amanda, yang mengutip perkataan Slavoj Zizek, yang dikutip pula dari wawancaranya bersama The Guardian.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: anak mudaMedia SosialPergaulanSocial Justice WarriorTwitter
Rasyid Faqih

Rasyid Faqih

ArtikelTerkait

prank

Prank Foto dan Video Hantu: Contoh Kecil Aksi Teror Mental di Era Digital

5 September 2019
Netizen Twitter Adalah Antagonis Paling Kejam dan Fakta-fakta Lainnya Kenapa Becandaan di Twitter Nggak Laku Dibawa ke Facebook?

Netizen Twitter: Antagonis Paling Kejam dan Fakta Lainnya

15 Mei 2020
emak-emak

Di Medsos, Emak-emak Norak Lebih Menyebalkan daripada Cabe-cabean Kesepian

26 Juni 2019
dunia kerja lowongan kerja perusahaan info lowongan pekerjaan IPK Plus Minus Posting CV di Media Sosial bagi Pelamar Kerja terminal mojok.co bikin cv lamaran kerja desain kreatif

Plus Minus Posting CV di Media Sosial bagi Pelamar Kerja

28 Januari 2021
Anak Muda Kurangi Konsumsi Alkohol, Pemerintah Jepang Pusing Terminal Mojok

Anak Muda Kurangi Konsumsi Alkohol, Pemerintah Jepang Pusing

20 Januari 2023
Telepon Ditakuti Anak Muda, Lebih Nyaman Bicara Melalui Chat

Telepon Ditakuti Anak Muda, Banyak yang Lebih Nyaman “Bicara” Melalui Chat

20 September 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.