Nggak usah beli TV dulu. Mending duitnya buat beli perabot lainnya yang lebih penting.
Anak muda sulit memiliki rumah? Tentu saja, banyak yang mengakuinya. Maka tak heran kalau memiliki rumah merupakan sebuah kebanggaan. Tapi, setelah memiliki rumah bukan berarti kita bisa gembira. Masih ada hal yang harus kita lewati dan tak kalah rumit untuk dipikirkan, yakni mengisi rumah dengan perabot dan peralatan rumah tangga.
Lho, kenapa proses mengisi rumah dengan perabot dan peralatan rumah tangga itu rumit? Ya soalnya biaya yang dibutuhkan nggak sedikit, Gaes. Keluarga yang baru memiliki rumah mesti cermat memilih barang yang menjadi prioritas untuk dibeli terlebih dulu. Apalagi kalau pasangan muda yang pendapatannya belum seberapa, wah wajib selektif membeli perabot rumah tangga.
Berdasarkan pengalaman saya mengisi rumah, ada satu barang yang biasanya dijadikan prioritas padahal nggak terlalu penting. Harga barang tersebut juga cukup mahal. Barang yang saya maksud adalah TV. Iya, bagi saya perabot rumah tangga satu ini sebenarnya nggak terlalu penting untuk dibeli duluan.
Daftar Isi
Berkurangnya kebiasaan nonton TV
Dulu, waktu masih SMA, hampir setiap hari saya nonton TV. Tiada hari yang saya lewati tanpa duduk di depan layar kaca. Kebiasaan ini mulai bergeser sejak saya kuliah di Semarang. Saya jadi jarang menonton.
Bukan, bukan karena saya terlalu rajin belajar, hingga nggak sempat nonton. Bukan pula karena saya “melahap” berbagai macam buku sampai nggak punya waktu buat nonton. Alasan saya jarang nonton saat kuliah karena di kamar kos saya nggak ada TV. Sesederhana itu alasannya.
Saya cuma nonton TV saat ada acara olahraga, misalnya timnas sepak bola bertanding seperti saat Sea Games kemarin, atau ketika ada kejuaraan bulu tangkis dan atlet kita lolos sampai final. Selain itu, saya dan istri hampir nggak pernah nonton.
Lebih sering nonton konten di platfrom digital
Zaman dulu, acara di televisi mungkin jadi satu-satunya sumber hiburan masyarakat dalam bentuk video. Masyarakat dulu nggak punya banyak pilihan hiburan dalam bentuk tersebut. Mau baik atau buruk acara yang disajikan, ya bakal ditonton supaya bisa menghilangkan sedikit kepenatan hidup.
Akan tetapi sekarang dunia berubah. Perabot rumah tangga satu ini bukan lagi satu-satunya sumber hiburan. Sekarang kalau orang ingin mendapat hiburan dalam bentuk video gratis, udah ada YouTube. Sementara kalau mau hiburan dalam bentuk video (film) yang berbayar, bisa nonton Netflix atau Vidio, kan.
Paket ponsel layanan platfrom digital terjangkau
Ya memang sih nonton Netflix bisa lewat TV asalkan yang kita miliki adalah smart TV. Tapi, paket Netflix untuk ponsel (HP dan tablet) berbeda dengan paket yang memang untuk televisi. Biasanya paket Netflix yang bisa ditonton via smart TV harganya jauh lebih mahal.
Misalnya di Netflix, berlangganan paket ponsel dengan harga termurah cuma Rp54 ribu. Sementara paket termurah untuk nonton Netflix di rumah adalah Rp65 ribu. Mungkin bagi kamu selisihnya cuma sedikit, tapi kalau uang selisih tersebut ditabung bertahun-tahun, hasilnya bakal lumayan, lho.
Harus membeli alat untuk mengubah TV LED menjadi Smart TV
Jika sumber hiburanmu sudah bukan acara TV lagi melainkan berbagai film yang ada di platform streaming tapi TV di rumahmu masih LED, kamu wajib menambahkan alat yang bisa mengubah TV LED menjadi smart TV.
Salah satu alat yang bisa kamu beli adalah Mi TV Stick. Harga alat ini nggak bisa dibilang murah, sekitar Rp500 ribuan. Jadi, kalau mau nonton berbagai film di platform digital melalui TV LED, kamu harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli alat ini terlebih dulu.
Kualitas layar tablet lebih baik
Menonton film di TV kerap dianggap lebih memuaskan. Sebab, layarnya kan lebih luas ketimbang layar gadget seperti handphone atau tablet. Tapi menurut saya, masalah kepuasan bukan cuma tentang kuantitas, melainkan juga kualitas.
Walaupun memiliki layar yang lebih luas, tapi kualitas layar TV LED rata-rata lebih rendah ketimbang gadget dengan level harga yang sama. Misalnya TV LED dengan merek ternama seharga Rp3 jutaan cuma memberikan kualitas layar rata-rata full HD. Sedangkan sekarang sudah ada tablet Huawei Matepad SE dengan kualitas layar 2K yang dibanderol seharga Rp2 jutaan. Lumayan banget kan selisihnya bisa sampai Rp1 jutaan?
Makan arus listrik lebih banyak
Semakin besar barang elektronik, semakin banyak “menyedot” arus listrik. Hal ini berlaku juga bagi perabot rumah tangga bernama TV. Semakin besar layarnya, semakin akan menguras token listrik rumah kamu. Apalagi kalau kamu tipikal orang yang suka nonton di depan layar kaca hingga berjam-jam lamanya. Sebaiknya, kalau mau nonton film berdurasi panjang, nonton lewat handphone saja supaya bisa menghemat daya. Dengan menghemat daya, kamu bisa menyelamatkan dunia, lho.
Itulah beberapa alasan mengapa TV menjadi perabot rumah tangga yang nggak penting-penting amat untuk diprioritaskan. Lebih baik uangnya kamu belikan perabot rumah tangga lainnya yang jauh lebih penting dan bermanfaat. Kalau sekadar mau nonton kan bisa lewat hp atau tablet~
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi