Tutorial Bikin CV: Bukannya Membantu, Malah Bikin Makin Bingung

Tutorial Bikin CV: Bukannya Membantu, Malah Bikin Makin Bingung

Tutorial Bikin CV: Bukannya Membantu, Malah Bikin Makin Bingung (Pixabay.com)

Sebagai mahasiswa akhir dan sudah hampir lulus, rasanya membuat CV memang sudah sebaiknya mulai dipelajari. Membuat surat lamaran dan mencantumkan keahlian seringkali membuat dilematis bagi setiap orang pada fase ini. Ya katakanlah begini, banyaknya lulusan dan saingan ketika kita akan mendaftar di suatu pekerjaan memaksa kita untuk sedikit lebih menonjol daripada yang lainnya. Nah itu dapat ditampilkan ketika membuat CV yang lebih menarik dan tentunya baik dan benar. Tapi, apakah membuat CV semudah itu?

Jika dilihat dari namanya, CV atau curriculum vitae memiliki arti sebuah data riwayat hidup, dan biasanya berisi tentang pendidikan, keahlian, biodata, dan riwayat pekerjaan lainnya. Iya sesimpel itu, tapi apakah memang sesimpel itu? kebimbangan seorang mahasiswa pada CV ini dimulai saat ingin memasukkan lowongan ke tempat magang, dan berlanjut ketika sudah lulus dan mencari pekerjaan.

Nah masalahnya di sini, saya kuliah sepuluh semester dan sudah menempuh 144 sks lebih, tapi tidak ada satupun mata kuliah tentang CV. Padahal saya kuliah di jurusan Sastra Indonesia yang sedikit banyak menyangkut tentang tulisan. Apalagi jurusan-jurusan lain, kukira tidak banyak juga yang mendalami perihal pembuatan surat lamaran ini. Kebimbangan-kebimbangan mahasiswa muter aja di situ, paling-paling searching di internet bagaimana membuat CV yang baik. Tetapi tidak ada satu patokan yang dapat dianut tentang CV yang baik itu yang seperti apa. Iya kan?

Terlebih lagi dalam platform sosial media akhir-akhir ini banyak konten kreator yang menampilkan bagaimana membuat CV yang baik dan benar. Tapi, apakah itu membantu? Ataukah justru semakin menambah kebingungan?

Dalam pengalaman saya pribadi nih, banyaknya konten kreator yang menampilkan tutorial membuat CV justru semakin membuat bingung. Ambilah kasus begini, dalam A dikatakan bahwa membuat CV yang baik seperti ini, sedangkan dalam B membuat CV yang baik harus seperti ini. Nah saya harus manut yang mana? Apakah harus ikut A atau B? Sedangkan kita sendiri tidak tahu bahwa yang dianggap baik oleh HRD perusahaan itu yang seperti apa.

Apakah kita harus mengikuti keduanya dan menggabungkannya menjadi satu lalu dikirimkan ke perusahaan? Apakah iya harus berjudi seperti itu?

Oke anggaplah kita telah lolos ke babak selanjutnya, dan tibalah saat wawancara. Fase yang lebih lanjut ini semakin membuat kita sebagai fresh graduate yang sangat minim akan pengalaman semakin merasa tertekan. Bagaimana jika kita tidak bisa menjawab pertanyaan? Bagaimana jika kita tidak bisa mempertanggungjawabkan apa yang telah ditulis dalam CV? Bagaimana jika kita salah menjawab pertanyaan dan bahkan malah membuat boomerang bagi kita sendiri? Dan masih banyak “bagaimana-bagaimana” yang lainnya.

Di media sosial juga banyak konten perihal wawancara yang baik dan benar. Tapi, lagi-lagi apakah itu membantu, atau justru semakin membuat kita menjadi takut dalam melangkah?

Ada seorang konten kreator TikTok yang sering membuat tutorial dalam menghadapi wawancara kerja. Ia seringkali menjelaskan bagaimana kita harus bersikap di depan HRD. Bagaimana kita harus menjawab suatu pertanyaan, dan yang lainnya. Sebuah konten yang memang seharusnya sangat bermanfaat bagi seorang mahasiswa akhir seperti saya. Tetapi, justru malah sebaliknya. Banyaknya konten kreator yang menjabarkan tentang suasana ketika wawancara dan bagaimana kita harus bersikap, justru malah membuat semakin tidak percaya diri. Bahkan ujung-ujungnya kita malah tidak menjadi diri sendiri dan masuk dalam bayang-bayangnya.

Dalam pikiran kita (yang awam), HRD itu seperti pihak menyeramkan. Setelah melihat konten tersebut, malah bikin pemikiran itu makin menjadi.

Akhirnya, mau tak mau, kita harus jadi diri sendiri. Ujung-ujungnya, konten-konten yang ada sebaiknya tidak dijadikan sebagai patokan, namun informasi tambahan saja. Meski, jujur saja, itu susah. Sebab, harusnya yang bagi konten adalah pihak yang paling paham akan kontennya bukan? Kalau bikin bingung gini, sebaiknya sih bikin konten baru untuk meluruskan ketakutan atau semacamnya.

Akhir kata, semangat untuk para mahasiswa akhir dan freshgrad!

Penulis: Yudhi Nur Prasetyo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Panduan Bikin CV Agar Nggak Bikin Pusing HRD

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version