Balada Tukang Parkir Liar: Uang 2 Ribu Nggak Bikin Saya Miskin, tapi Bisa Bikin Situ Kaya, dan Saya Ogah!

Tukang Parkir Liar Nggak Hanya Bikin Pengendara Sebel, tapi Juga Bikin Pengusaha Kecil Bangkrut tempat parkir ilegal tukang parkir atm, capres surabaya bogor, kota malang

Tukang Parkir Liar Nggak Hanya Bikin Pengendara Sebel, tapi Juga Bikin Pengusaha Kecil Bangkrut (Pixabay.com)

Saya suka betul melihat perdebatan tentang tukang parkir liar di Info Cegatan Jogja. Selain seru, saya hampir selalu menemukan pembelaan baru dari orang yang pro tukang parkir. Dan pembelaan tersebut, lucunya, pasti nggak masuk akal.

Ya gimana mau masuk akal, membela keberadaaan sesuatu yang ilegal aja udah nggak masuk akal. Apalagi argumennya, pasti jelas nggak masuk akal.

Cuma, ada satu pembelaan yang paling konyol dan bikin saya terheran-heran. Pembelaan tersebut bunyinya “uang 2 ribu nggak bikin Anda miskin”. Wow, tepuk tangan dulu, saudara-saudara.

Sekilas, argumen tersebut kayak masuk akal. Apa sih artinya dua ribu ketimbang ribut nggak jelas? Mending keluar 2 ribu kan ketimbang merasa terganggu? Wong uang 2 ribu juga nggak gede, nggak bisa buat depo slot, nggak bisa buat beli rokok juga.

Meskipun sekilas masuk akal, ada satu cacat logika yang nggak orang sadari. Uang 2 ribu memang nggak bikin kita miskin, tapi jelas bikin tukang parkir liar makin kaya.

Itulah masalah utamanya. Uang 2 ribu, jika diakumulasi, ya banyak. Keliatannya sepele, tapi kalau tukang parkir liar tersebut per hari memarkir sekitar 50 motor, itu orang udah dapet 100 ribu. Dan 50 motor saya yakin bukan jumlah yang banyak. Sedikit malah.

Kenapa saya bilang sedikit, sebab, kadang tukang parkir liar nggak hanya megang satu lahan. Katakanlah dia megang 3 lahan, dan salah satu lahannya adalah mesin ATM, saya yakin sehari bisa markir 100 motor. Itu kalau di Jogja, kalau kota lain saya kurang tahu, tapi mirip-miriplah.

Itu per hari. Bayangkan per minggu, per bulan.

Saya memang nggak mau memperkaya tukang parkir liar

Kalimat-kalimat saya di atas mungkin punya kesan saya kurang suka dengan tukang parkir liar yang mudah dapet duit. Kalau memang dimaknai seperti itu, monggo. Tapi, bukan itu maksud saya.

Begini. Memperkaya tukang parkir liar, tidak hanya merugikan diri kita karena membayar jasa ilegal, tapi juga menyuburkan dan menumbuhkan praktik serupa di tempat lain. contohnya mudah, tukang parkir Indomaret.

Misalnya begini. Ada satu Indomaret rame, tiba-tiba ada tukang parkir liarnya. Ketika tukang parkir tersebut nggak ditindak, dan dapet untung besar, akhirnya menginspirasi orang-orang lain untuk “menginvasi” Indomaret lain. Nantinya, mereka akan “menginvasi” tempat-tempat lain, hingga tak ada lagi tempat yang bebas dari tukang parkir.

Jadi, masalah memperkara tukang parkir liar ini nggak pernah jadi urusan sederhana.

Pemalakan berkedok jasa

Sebenarnya perkara ini nggak jadi masalah jika tukang parkir tersebut memang bekerja sebagaimana mestinya. Tapi, kita tahu sendiri, bahwa tukang parkir liar seringnya malah kayak tukang palak ketimbang menjajakan jasa parkir. Lha gimana nggak kayak pemalakan. Kita dateng di suatu tempat, tiba-tiba diminta duit. Padahal tempat tersebut jelas-jelas nggak mematok biaya. The way I see it, ini mah pemalakan.

Saya nggak bisa memungkiri, uang 2 ribu itu memang kecil. Tapi misal saya harus mengeluarkan biaya parkir lima kali dalam sehari, itu ya besar lah.

Intinya ya, saya sendiri bermasalah banget dengan memperkaya tukang parkir liar. Uang parkir tersebut jelas tidak berjasa untuk pembangunan negara, pun manfaatnya tak bisa saya rasakan. Saya bisa parkir sendiri, helm saya bisa saya masukin ke jok. Misal ilang, ya gimana lagi, musibah.

Wong tukang parkir juga belum tentu mau bertanggung jawab atas kehilangan kok. Nggak usah mengelak, di karcis parkir kerap tertulis “kehilangan bukan tanggung jawab tukang parkir” kan? Enak tenan uripmu.

Protes terhadap tukang parkir liar di Info Cegatan Jogja, dan di kota-kota lain, harusnya tidak dilawan dengan pembelaan tak bermutu dan makian yang diulang-ulang. Ingat, tukang parkir liar itu dapet duit dari rakyat-rakyat yang bayar jasa kalian meski terpaksa, jadi ya, baiknya didengerin dan diresapi.

Tapi kalau terus ditanggapi dengan arogan dan bahkan terkesan nantang, ya nggak boleh kaget suatu saat nanti bakal ada gelombang perlawanan besar. Dan rasanya nggak lucu, ada pergesekan antar-rakyat gara-gara uang dua ribu.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Tukang Parkir Liar Nggak Hanya Bikin Pengendara Sebel, tapi Juga Bikin Pengusaha Kecil Bangkrut

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version