Rumput tetangga memang lebih hijau. Begitulah kurang lebih yang dialami warga Lamongan, minimal saya sendiri merasakan demikian. Ya gimana, bayangin saja, jika menengok tetangga perbatasan seperti Gresik, Mojokerto, Tuban, dan Bojonegoro, Lamongan ini kalah telak!
Sama halnya dengan Klaten yang berada di tengah-tengah Solo, Karanganyar, dan Jogja, sehingga jarang dilirik. Bedanya, Klaten jarang dilirik karena kota tetangga memang terlalu superior. Jadi meski sudah dikelola dengan baik pun Klaten masih jarang dikunjungi wisatawan. Nah, Lamongan beda. Ia memang terkesan dikelola secara serampangan.
Jika membandingkan Lamongan dengan daerah tetangga, awalnya saya nggak terlalu minder. Sebab, salah satu tetangga Lamongan, Tuban, juga biasa-biasa saja. Tapi, akhir-akhir ini Tuban mulai banyak kemajuan yang akhirnya bikin saya sebagai warga Lamongan merasa iri.
Daftar Isi
Warga Lamongan iri Tuban punya pedestrian yang ditata rapi
Pertama, mari kita mulai dari pedestrian. Di sekitar Alun-Alun Tuban, pedestrian memang sudah ada, tapi sekarang mulai dirawat dan ditata ulang.
Ada satu wilayah di Tuban yang bagi saya cukup paripurna penataan pedestriannya, yakni di sekitar Tugu Pancasila. Ia menjelma pedestrian ala-ala Malioboro lengkap dengan tempat duduk dan lampu pijarnya.
Satu hal yang membuatnya paripurna adalah pedestrian tersebut bersebelahan dengan laut. Bayangkan saja, pedestrian yang rapi dipadukan dengan view laut dan angin sepoi-sepoi. Siapa coba yang nggak ingin rehat sejenak di sana?
Baca halaman selanjutnya: RTH dan fasilitas publik yang tertata rapi…
RTH dan fasilitas publik yang tertata rapi
Hal selanjutnya yang bikin warga Lamongan iri adalah Tuban mulai memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH). Dimulai dengan renovasi bekas rest area yang sekarang dikenal sebagai Tuban Abhirama. Hutan kota pun direnovasi dengan banyak tempat duduk lesehan dan rumput ala-ala. Cukup bagus dan tertata rapi. Dan yang paling penting, semuanya gratis. Semua orang bisa mampir dan menikmatinya kapan saja dan dengan siapa saja.
Apakah di Lamongan nggak ada ruang terbuka hijau? Selain alun-alun, Lamongan sebenarnya punya Telaga Bandung, tapi kondisinya cukup bikin geleng-geleng. Lebih mirip proyek mangkrak. Jalan setapak di sini mulai bergelombang, lampu dan fasilitasnya pun nyaris tak disentuh perbaikan. Benar-benar miris.
Menyoal fasilitas publik, di Tuban mulai ada bus sekolah gratis. Fyi, nama busnya adalah Si Mas Ganteng, singkatan dari Transportasi Masyarakat Tuban yang Elegan, Aman, Nyaman, dan Terintegrasi.
Terlepas dari penamaan yang sok asyik, tapi program ini memang layak diapresiasi. Angkutan bus gratis ini merupakan fasilitas untuk para siswa dari semua jenjang pendidikan. Baik sekolah negeri maupun swasta, semua bisa memanfaatkannya secara gratis.
Saya kira, beberapa kota memang sudah mengembangkan proker semacam ini. namun, di Lamongan, saya nggak melihat hal ini bakal dilakukan. Boro-boro angkutan gratis, bus dari wilayah Paciran ke arah Lamongan pusat saja nggak ada, kok.
Kondisi jalan yang bagus bikin warga Lamongan iri juga pada Tuban
Satu hal lagi yang paling membuat kami sebagai warga Lamongan iri pada Tuban adalah kondisi jalan yang layak. Ini adalah satu dari sedikit cita-cita yang selalu diharapkan warga Lamongan.
Harus diakui kondisi jalan di Tuban memang nggak sepenuhnya bagus. Di beberapa titik ada saja yang nggak mulus, tapi jika dibandingkan dengan Lamongan, tentu saja jumlahnya amat jauh.
Pemkab Lamongan selalu beralasan kalau mereka terkendala dengan APBD yang mungil. Namun, saya kira nominalnya nggak jauh dari Tuban. Dan sialnya, Tuban bisa menunjukkan kemajuan mereka dengan APBD tersebut.
Yah, inilah hidup. Kadang harus melihat tetangga yang mulai tumbuh dengan cemerlang, sedangkan kami di Lamongan masih begini-begini saja. Sebuah kasunyatan sing pait, tapi harus bisa kita terima. Sebab, satu-satunya solusi sebagai warga Lamongan adalah jangan membandingkan dengan kabupaten sebelah, khususnya Tuban, karena sudah kalah jauh, Buos!
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.