Grha Sabha Pramana UGM, selain jadi tempat berpesta, nyatanya juga ramah bagi mahasiswa mumet yang cekak dana.
Dunia media sosial belakangan heboh maraknya anak muda yang mentalnya terbujur di depan Indomaret. Tren ini pun muncul beriringan dengan anak muda yang semakin aware terhadap isu mental health. Hal itu pun berdampak terhadap kebiasaan anak muda yang sekarang ini menganggap betapa pentingnya meluangkan waktu untuk merenung. Merenung di kursi depan Indomaret pun menjadi solusi bagi anak muda yang pas-pasan perekonomiannya, termasuk yang menulis artikel ini hahaha.
Tak lengkap bila aktivitas merenung di kursi indomaret tidak ada kopi kemasan botol tiga ribuan (Golda, Signature Kapal Api, dll) dan rokok pletusan (Camel Purple, dll). Lalu, kegiatan tersebut kurang lengkap jika tidak diabadikan, jadi konten medsos dengan backsound mellow dan quote yang artsy kali.
Nikmat betul keliatannya, meskipun hatinya remuk dicabik kenyataan.
Mahasiswa, setidaknya pernah memiliki pengalaman pahit paling tidak sekali dalam masa kuliahnya. Kuliah itu kejam, dan hidup mandiri itu sama sekali tidak menyenangkan. Makanya tak masalah jika kalian harus hancur dan tergulung. Yang penting, selama Golda di tangan kanan, hape di tangan kiri, dunia terasa masih lumayan asik.
Ngomong-ngomong soal perenungan, mungkin di sini mahasiswa UGM sudah sangat familiar dengan keberadaan Grha Sabha Pramana. Gedung ikonik yang menjadi tempat andalan untuk acara penting ini tak luput dari fungsi lain, yakni sebagai tempat mahasiswa merenung.
Saya sendiri sudah biasa melihat banyak mahasiswa yang kedapatan menyendiri di tribun Grha Sabha Pramana. Awalnya saya menggagap hal tersebut sangat tidak lazim. Hingga akhirnya, saya juga ikut terjerumus dengan aktivitas yang saya anggap tidak lazim tersebut.
Daftar Isi
Grha Sabha Pramana, tempat andalan bagi kampus tetangga
UGM dari dulu terkenal dengan kampus yang paling open terhadap semua insan. Bisa kita rasakan ketika para tukang ojol yang mangkal di area kampus, khususnya di kluster Soshum dan Agro. Begitupun dengan tribun Grha Sabha Pramana yang setiap malam menerima kunjungan dari kampus tetangga, bahkan yang bukan mahasiswapun tak kenapa kalau mau merenung di tribun GSP, boleh-boleh saja.
Dari pengalaman pribadi, pernah waktu di semester awal tiba-tiba saya diajak teman saya dari kampus Islam negeri ternama untuk main ke Grha Sabha Pramana. Moment tersebutlah saya pertama kali berkenalan dengan dunia malam bermain di GSP. Di situlah saya melihat teman saya ternyata sudah dua jam berada di tribun GSP untuk kerja kelompok bersama teman-temannya. Dari cerita mereka, ternyata mereka sudah sering ke GSP pada malam hari, baik ramai-ramai maupun sendiri.
“Emang di tribun GSP tempat paling cocok mas untuk santai dan merenung.”, kata salah satu orang yang saya tanya di sana. “Selain terbebas dari rasa sungkan ketika berada di kursi Indomaret kalau tidak beli, di sini ya bisa cuci mata lah sama mahasiswi UGM, hahaha,” ucap temannya teman saya.
Boleh merokok
Tentu bagi banyak orang, dorongan yang pas untuk mengatur suasana keriuhan ketika mereneung adalah sebat. Entah ada larangan merokok atau tidak, sepenglihatan saya di sini aman-aman saja kalau kalian mau membakar rokok. Sudah menjadi hal lazim di sini, baik para pemuda dan pemudi yang sedang menyendiri atau rame-rame sambil mengisap rokok. Mulai dari rokok lokalan hingga rokok elit diatas 40 ribuan pun asapnya menyatu di langit tribun Grha Sabha Pramana ini.
Tentu hal ini mungkin saja ada beberapa orang yang tidak menyukai kehadiran asap rokok. Saran dari saya kalau mau bakar rokok di tribun GSP, beri jarak aman agar sama-sama bisa merenung.
Jadi perokok monggo saja, tapi harus santun dan tepo seliro ya, Ges.
Tidak ada Kopi Golda, Toyagama pun jadi, gratis pula
Baik merenung di Grha Sabha Pramana maupun di kursi Indomaret, keduanya pernah saya lakukan. Dari kedua tempat merenung tersebut, saya sendiri lebih memilih untuk merenung di tribun GSP. Alasannya, selain karena harus membeli kopi tiga ribuan agar tidak dirasani kasir, saya sendiri merasa kopi tersebut juga terlalu manis dan membuat lengket di rongga mulut. Itu juga merupakan salah satu faktor yang bikin merenung kita tidak khusyuk.
Agar merenung saya tidak dirusak oleh moment-moment demikian, akhirnya tempat favorit merenung saya ya di tribun Grha Sabha Pramana. Selain karena tidak ada tukang parkir, di sini terdapat tempat minum dan isi ulang air gratis yang bernama Toyagama. Jadi kalau saya lagi menyendiri di tribun GSP, tak lupa pula saya membawa botol air kosong untuk diisi di Toyagama GSP. Lumayanlah, selain tercerahkan di perenungan tersebut, kita bisa sekalian isi ulang air dengan botol 2 liter, lumayan bisa hemat ongkos air minum di kos.
Grha Sabha Pramana, selain jadi tempat berpesta, nyatanya juga ramah bagi mahasiswa mumet yang cekak dana. UGM, pada titik ini, berhasil membuat kampusnya ramah untuk segala kalangan.
Sumber gambar: Risanprasetyo/Febri Ady Prasetyo via Wikimedia Commons
Penulis: Fajar Novianto Alfitrah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Wisdom Park UGM Nyatanya Tak Seindah di Media Sosial