Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Tren Ikoy-ikoyan: Ngemis, tapi Kok Menolak Disebut Bermental Pengemis?

Aminah Sri Prabasari oleh Aminah Sri Prabasari
11 Agustus 2021
A A
Tren Ikoy-ikoyan: Ngemis, tapi Kok Menolak Disebut Bermental Pengemis? terminal mojok.co

Tren Ikoy-ikoyan: Ngemis, tapi Kok Menolak Disebut Bermental Pengemis? terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Belakangan ini ramai tren ikoy-ikoyan yang kemudian menyebabkan pro-kontra di kalangan selebritas dan influencer. Beberapa setuju, beberapa lainnya menolak bahkan menentang. Salah satu selebritas yang menentang adalah Febby Rastanty.

“Netizen adalah masyarakat. Karakter masyarakat mencerminkan bangsa. Masa mau dicap sebagai bangsa yang malas dan punya mental pengemis?” ujar Febby. Pernyataan tegas tersebut dikritik, warganet tak terima disebut bermental pengemis. Febby kemudian meminta maaf di Instastory untuk kata-katanya yang keras. Konteks dari penolakan Febby adalah warganet yang biasanya masih muda seharusnya bisa mencari uang dengan usaha sendiri. Pernyataan serupa juga datang dari selebritas yang lain.

Ikoy-ikoyan menurut Arief Muhammad sebenarnya dimaksudkan untuk berbagi rezeki dan hanya seru-seruan saja, bukan untuk memberantas kemiskinan. Ia mengirim barang dan uang pada follower-nya di Instagram secara random, syaratnya follower harus kirim DM meminta bantuan. Tren ini kemudian diikuti sebagian influencer. Tapi, lambat laun trennya berubah dari konsep awal ikoy-ikoyan ala Arief Muhammad, warganet mulai “memaksa” selebritas lain ikut berbagi dengan cara mengirim DM.

“Cuma yang gue sayangkan kenapa jadinya seakan-akan spam banget terus jadi annoying, terus jadi kok jadi kayak ngemis, minta ini minta itu,” jelas Arief Muhammad di kanal YouTube Denny Sumargo.

Banyaknya kritik pada tren ikoy-ikoyan sambil menyebut “mental pengemis” membuat Tiara Pangestika, istri Arief Muhammad, bersuara di unggahan akun Instagram pribadinya: “Padahal mungkin kita pernah ada di posisi begitu, kok. Nggak nyadar aja kali, karena mungkin bukan dalam konteks ngemis uang. Tapi kan bisa jadi mungkin kita pernah ngemis projekan? Ngemis jabatan? Ngemis bantuan? Ngemis viewers? Vote? Ngemis ‘don’t forget to subscribe like and share’, atau segala bentuk apapun itu yang sifatnya minta pertolongan orang lain.”

Lewat pernyataan tersebut Tiara menjelaskan bahwa semua orang bisa ada di posisi penerima bantuan. Kata “ngemis” di sini dimaknai “meminta bantuan”. Dengan kata lain, meski nggak setuju ada label “mental pengemis” untuk warganet yang ikut ikoy-ikoyan, tetap saja penerima bantuan menurut Tiara Pangestika adalah pengemis: semua orang pernah mengemis, hanya beda obyeknya.

Sebenarnya mengemis itu bagaimana, sih? Siapa yang bisa kita sebut pengemis?

Berasal dari kata dasar “emis”, di KBBI mengemis artinya meminta-minta sedekah atau meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan. Sedangkan pengemis adalah orang yang meminta-minta. Definisi lain menurut Mittachul Huda (2009), pengemis adalah orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan mengharap belas kasihan orang lain.

Baca Juga:

Saya Lebih Percaya Dokter Tirta daripada Influencer Kesehatan Lainnya, To The Point, dan Walk The Talk!

Dosa Beauty Influencer yang Bisa Menjerumuskan Audiens dalam Masalah Kecantikan

Berarti sudah benar dong warganet yang “memaksa” selebritas ikut tren ikoy-ikoyan disebut pengemis? Arief Muhammad dan Tiara Pangestika pun juga menyebut kata “ngemis”, bukan?

Pernyataan Febby Rastanty malah lebih halus, ia bilang “mental pengemis”, bukan “mengemis” atau “pengemis”. Lantas, kenapa warganet malah keberatan? Padahal, jelas-jelas di Twitter sempat ramai beredar definisi ikoy-ikoyan yaitu “mengemis dengan gaya”. Waktu itu kenapa nggak terlihat ada protes dengan kata “mengemis” yang dipakai warganet?

Saya pikir warganet yang keberatan dengan pernyataan Febby, dan Tiara Pangestika yang menganggap pemakaian frasa “mental pengemis” itu berlebihan, sebenarnya hanya tidak suka saja dengan perbedaan pendapat. Atau lebih tepatnya, tidak suka dikritik perihal ikoy-ikoyan.

Lalu, bagaimana dengan “ngemis” beda obyek yang disebut Tiara Pangestika bahwa bisa saja suatu saat nanti meminta bantuan orang lain dalam bentuk selain uang? Dikembalikan ke definisi “mengemis” saja lah supaya perkara yang sudah jelas ujung pangkalnya tidak berubah menjadi mbulet. Plus jangan lupakan konteks.

Febby Rastanty mengkritik ikoy-ikoyan, konteksnya dibatasi pada warganet yang mengirim DM meminta ini itu pada selebritas atas nama ikoy-ikoyan. Berbeda dengan konteks yang diberikan oleh Tiara Pangestika, yang cenderung melebar dari definisi “mengemis” yang baku. Pernyataan tersebut bisa dibilang ingin menormalisasi ikoy-ikoyan yang dipelopori suaminya supaya tidak terus-menerus dituduh bersalah oleh publik.

Terlepas dari benar-salah, dampak dari ikut-ikutan tren “ngemis” seperti ini akan balik ke diri sendiri, Gaes. Ikoy-ikoyan yang didefisinikan sebagai “mengemis dengan gaya” bisa membuat seseorang punya mental “pengemis banyak gaya”. Kadung tahu enaknya minta-minta, tanpa susah payah berkeringat, lalu jadi terbiasa dan lupa caranya bekerja.

Demikian juga dengan influencer atau selebritas yang permisif pada tren sejenis ikoy-ikoyan tanpa peduli dampaknya bagi masyarakat, ada saatnya nanti kehabisan modal karena tak lagi tenar. Lagian kenapa nggak bikin konten give away yang normal saja, sih?

Ya, baiklah, berharap influencer berpikir sebelum bertindak adalah perbuatan yang sia-sia. Sudah menjadi pekerjaan influencer untuk bikin heboh di media sosial, minus berpikir tentang tanggung jawab sosial. Influencer nggak punya kewajiban memikirkan dampak kontennya pada masyarakat. Satu-satunya kewajiban influencer adalah membuat konten. Kalau ramai dikritik nanti tinggal bikin klarifikasi, dalam bentuk konten tentu saja.

BACA JUGA Fenomena Ikoy-Ikoyan yang Bikin Mundur Dunia Perkontenan dan tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: Ikoy-IkoyaninfluencerpengemisPojok Tubir Terminal
Aminah Sri Prabasari

Aminah Sri Prabasari

Perempuan yg merdeka, pegawai swasta yg punya kerja sambilan, pembaca yg sesekali menulis.

ArtikelTerkait

Menikahkan Korban Pemerkosaan dengan Pelaku Adalah Pemikiran Paling Ugal-ugalan! terminal mojok.co

Menikahkan Korban Pemerkosaan dengan Pelaku Adalah Pemikiran Paling Ugal-ugalan!

28 Mei 2021
Pengemis di Jepang: Sudah Jatuh Tertimpa Pidana

Pengemis di Jepang: Sudah Jatuh Tertimpa Pidana

9 Juni 2022
maskapai garuda

Soal Larangan Memotret di Dalam Pesawat Maskapai Garuda: Antara Penegasan dan Konten Baru di Media Sosial

17 Juli 2019
Pengalaman Ikut Swab Test Antigen Drive Thru, Nggak Ribet walau Agak Deg-degan terminal mojok.co

Mencoba Memahami Warga Madura yang Menolak Swab Gratis

24 Juni 2021
PGI tes wawasan kebangsaan KPK mojok

Memangnya Ada yang Salah dari PGI Menolak Upaya Pelemahan KPK? Kenapa Diserang?

3 Juni 2021
Dajjal pun Minder di Hadapan Fitnah Ambulans Kosong dan Campaign Anti Info Covid-19 terminal mojok.co sopir jenazah mobil jenazah

Dajjal pun Minder di Hadapan Fitnah Ambulans Kosong dan Campaign Anti Info Covid-19

17 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.