Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Trauma Anak yang Hidup dalam Keluarga Perfeksionis

Muhammad Rizqi Nur oleh Muhammad Rizqi Nur
29 Agustus 2020
A A
anak tertekan tinggal dalam keluarga perfeksionis mojok.co

anak tertekan tinggal dalam keluarga perfeksionis mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Hidup memang tidak pernah kita minta, namun ketika tinggal bersama keluarga perfeksionis, segala tekanan yang saya terima membuat saya pengin curhat kepada para pembaca sekalian.

Tiada hari tanpa omelan bagi saya ketika mengamankan kunci di tempat aman tapi kemudian malah lupa posisinya, atau saat lupa memberi makan kucing, atau ketika lupa menata handuk dengan benar sesudah mandi, serta berbagai kelupaan lainnya. Ibu dan nenek adalah salah satu dari golongan polisi jujur selain polisi tidur, patung polisi dan Pak Hoegeng. Mereka adalah pengawas keluarga yang antisuap, korupsi dan ya, keduanya termasuk golongan orang perfeksionis.

Secara umum kita mengenal istilah perfeksionis sebagai sifat yang menempatkan segala sesuatu dalam kehidupan ini harus tertata rapi dan sesempurna mungkin. Mereka juga menginginkan kesempurnaan dalam bertindak dan bercita-cita. Orang-orang perfeksionis selalu merasa bahwa merekalah orang-orang yang paling benar, atau setidaknya terobsesi untuk membenarkan apa yang mereka sukai. Mereka berusaha menihilkan ruang kesalahan dan seolah mengharuskan siapa pun di sekitarnya untuk tunduk pada standar kesempurnaan mereka.

Ketika seseorang menghendaki segala sesuatu harus benar dan tidak boleh salah, mereka akhirnya menempatkan diri sebagai yang paling superior. Inilah tahap paling akut dari perfeksionisme.

Perfeksionis bukan kepribadian yang mudah

Oleh karena mereka menempatkan diri pada standar-standar kesempurnaan, ketika keinginan yang ditargetkan tidak tercapai, hadirlah penyesalan yang teramat sakit.

Nila setitik rusak susu sebelanga barangkali peribahasa yang pas untuk menggambarkan secara umum bagaimana orang-orang perfeksionis berpikir. Memecahkan gelas secara tidak sengaja saat masih bocah dulu menjadi momen paling traumatis dalam hidup saya. Dimarahi habis-habisan, dipermalukan di depan tetangga yang lalu-lalang, menjawab tidak menjawab tetap dapat cacian.

Absurd memang bila mengetahui fakta (bukan bermaksud sombong) bahwa keluargaku, utamanya nenek, termasuk orang yang gila mengoleksi perabotan. Termasuk gelas-gelas yang berjejer rapi di ruang tamu, menunggu seorang anak nakal dengan tarian kuda-kudaan menjatuhkannya.

Dihujani tuntutan atau bisa dikatakan “dihujani kewajiban mutlak”. Harus sekolah di sekolah-sekolah negeri ternama supaya bisa kuliah yang negeri juga, harus ngambil jurusan keguruan untuk melanjutkan tradisi keluarga yang citranya sudah dikenal masyarakat sebagai keluarga guru, dan masih banyak harus ini-harus itu lainnya yang tidak cukup bila ditulis dalam empat halaman.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Derita Menyandang Status Sarjana Pertama di Keluarga, Dianggap Pasti Langsung Sukses Nyatanya Gaji Kecil dan Hidup Pas-pasan

Di lingkungan keluarga saya ada semacam konvensi agar tiap individu menciptakan image baik di hadapan masyarakat. Salah satunya dengan menjadi PNS. Bagi keluarga saya, belum bisa dipandang termasyhur dan sukses bila belum jadi PNS. Sebenarnya saya agak ngakak ketika suatu kali bertanya, kenapa harus PNS? Alasannya, supaya terlihat bersih dan rapi saat bekerja, tidak seperti petani dan nelayan yang kumuh.

Terbatasi ruang gerak dalam bentuk dilarang ini dan itu menjadi problem paling menyesakkan dalam hidup saya. Pernah suatu ketika saat selesai menamatkan SMA, saya mulai memikirkan dan mematangkan langkah untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Waktu itu saya sempat kepikiran untuk mengikuti seleksi PKN STAN. Siapa yang tidak kenal dengan akademi ikatan dinas ini? Yang terkenal dengan prospek kerjanya yang mapan dan jaminan-jaminan yang memuaskan seperti lulus tepat waktu dan langsung diterima kerja.

Ibu melarang saya untuk mengikuti seleksi, dianggapnya karena nanti semisal lolos, saya akan kuliah jauh, takut tidak bisa menjaga kesehatan dan pola makan, takut salah pergaulan, dan tetek bengek keluhan lainnya. Saya tetap memaksa dan berujung dibolehkan ikut ujian, meski terpampang raut tidak ikhlas di wajah ibu.

Yang lebih membuat sesak adalah ketika saya mengabari ibu bahwa saya tidak lolos. Ibu malah berkata: “Iya, itu kamu gagal karena Ibu selalu berdoa supaya kamu gagal. Kamu ndak bisa melawan doa Ibu.” Haaah? Excuse me?

Barangkali di luar sana juga ada kawan-kawan yang mengalami nasib sama, memang rundungan seperti ini terasa berat, belum lagi masih berhadapan dengan problematika di luar keluarga, seperti masalah sekolah, pekerjaan dan problem lainnya yang semakin menambah beban hidup. Namun, di ketika dewasa saya sedikit terbantu ketika membaca filosofi Absurditas Albert Camus. Ia menjlentrehkan bahwasanya hidup ini memang semrawut dan penuh ketidakjelasan. Tapi bukan berarti kita pasrah dan melarikan diri. Sebaliknya, kita harus tetap melawan ketidakjelasan itu, mencari solusi-solusi yang dapat menyelesaikannya.

Dengan membelikan gelas baru, misalnya.

BACA JUGA Mari Memahami Tersiksanya Para Perfeksionis dan tulisan Muhammad Rizqi Nur lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Agustus 2020 oleh

Tags: AnakCurhatKeluargaPerfeksionis
Muhammad Rizqi Nur

Muhammad Rizqi Nur

''polemik yang hebat diperlukan pegangan yang hebat pula''

ArtikelTerkait

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
bahagia

Jadilah Bahagia Walau Tidak Terlahir Dari Keluarga Kaya, Nak

29 Juni 2019
Sepeda Listrik, Kendaraan Ramah Lingkungan yang Membawa Maut bagi Anak-anak

Sepeda Listrik, Kendaraan Ramah Lingkungan yang Membawa Maut bagi Anak-anak

29 Juli 2023
tebuireng dipati wirabraja islamisasi lasem pondok pesantren ngajio sampek mati mojok

Pondok Pesantren Bukanlah Tempat Pembuangan Anak

19 Oktober 2021
benci

Saya Benci Disebut Bucin!

3 September 2019
film india

Memangnya Kenapa Kalau Saya Suka Menonton Film India?

8 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.