Transsion Holdings, Anak Baru yang Sok-Sokan dan Langsung Merajai Segmen Hape Murah di Indonesia

Transsion Holdings, Anak Baru yang Sok-Sokan dan Langsung Merajai Segmen Hape Murah di Indonesia

Transsion Holdings, Anak Baru yang Sok-Sokan dan Langsung Merajai Segmen Hape Murah di Indonesia (unsplash.com)

Nama Transsion Holdings memang masih kurang familier di telinga, tapi produsen hape asal Tiongkok ini mengeluarkan 3 merek hape murah di Indonesia, yakni Itel, Infinix, dan Tecno.

Beberapa tahun lalu Xiaomi dan Realme jadi juaranya hape murah dengan spesifikasi dewa. Gimana nggak, hape-hape 2 sampe 4 jutaan mereka selalu menawarkan spesifikasi di atas rata-rata. Karenanya dua brand itu langsung menarik perhatian kaum mendang-mending.

Tapi kayaknya masa kejayaan Xiaomi dan Realme sudah berlalu. Realme sekarang dijuluki brand badut soalnya cuma jualan desain dan gimik. Sementara Xiaomi juga kurang menggigit karena harganya terus naik dan spesifikasi yang ditawarin nggak semewah dulu.

Nah, momentum ini yang dimanfaatin dengan baik sama Transsion Holdings. Transsion sendiri satu perusahaan yang mana mereka punya 3 brand di Indonesia, yakni Itel, Infinix, dan Tecno. Walau sudah ada dari dulu, tapi mereka bisa dibilang baru serius sekitar 5 tahunan ini. Sudah gitu sekalinya serius pasar hape murah langsung diembat sama mereka. Gila.

Transsion Holdings berani nawarin hape murah dengan spek selangit

Karena strateginya itu Transsion langsung diminatin sama kaum mendang-mending. Bayangin, hape 1-4 jutaan mereka itu menggiurkan banget. Sebutin, deh spesifikasi yang kamu mau. Layar AMOLED? Ada. Refresh rate tinggi? Ada. Speaker stereo? Wajib. Memori gede? Jangan tanya. Chipset kenceng? Sudah pasti.

Buat saat ini baru Transsion yang berhasil nawarin hal-hal gila itu. Hape-hape rilisan baru mereka semuanya juga terkenal dan punya spek dewa. Infinix Note series, Infinix GT series, Tecno Pova series, Tecno Camon Series, Itel RS series semuanya jadi hape yang booming belakangan ini.

Pamor tersebut juga didukung sama julukan yang melekat di brand ini, yaitu pawang Mediatek. Julukan itu hadir soalnya brand-brand Transsion khususnya Infinix sama Tecno doyan banget pakai chipset Mediatek.

Kerennya mereka nggak cuma pakai Mediatek, tapi mereka juga berhasil ngejinakin Mediatek yang dulu terkenal sebagai chipset yang panas. Pokoknya kalau Mediatek sudah dipasangin di hape-hapenya Transsion pasti performanya ngebut dan suhunya adem, deh.

Setiap rilis hape baru, Transsion Holdings juga selalu berbenah diri dan seakan-akan selalu bisa memberikan kejutan. Hape rilisan terbaru mereka pasti menawarkan upgrade dan hal yang beda dari generasi-genarasi sebelumnya, jadinya konsumen nggak cepet bosen sama mereka.

Tapi masih perlu belajar

Sebenernya target pasar Transsion itu cenderung ke anak muda atau gamer. Spek kenceng yang mereka tawarkan sangat cocok buat main game. Nggak jarang hape-hape mereka juga dilabeli sebagai smartphone gaming.

Nah, karena itu brand ini suka melupakan beberapa hal yang sebenernya penting. Walau speknya selangit harus diakuin kalau OS, build quality, kamera, dan reputasi mereka belum sebagus itu.

Ngomongin OS, sebagai brand yang fokus jualan mesin dan hardware nggak jarang OS di hape-hape Transsion dianaktirikan. Isu ghost touch, bug, dan eror sana-sini jadi makanan sehari-hari. Update software juga sering nggak jelas. Bahkan kadang update software juga nggak memperbaiki masalah yang ada.

Belum lagi ngomongin tampilan. Aduh, itu XOS sama HiOS nggak banget. UI/UXnya ribet, nggak punya identitas atau bahasa desain sendiri, bahkan terkesan niruin OS lain. Tentunya OS begini nggak bisa disamain sama One UI-nya Samsung atau Color OS-nya Oppo.

Build quality juga sempet jadi masalah. Nggak jarang user dari hape-hape Transsion Holdings mengeluhkan kalau hape mereka terasa kopong dan feel di genggaman nggak enak banget. Nggak cuma itu, karena targetnya gamer desain hape-hape Transsion juga banyak yang terlalu berlebihan dan nggak cocok buat semua orang.

Kalau ngomongin kamera Transsion juga agak kurang. Walau mereka sudah mulai berbenah baru-baru ini sampe-sampe berani ngasih OIS di hape murah, tapi kalau dibandingin brand gede lain ya masih banyak yang perlu diperbaiki. Apalagi prosesing gambarnya yang nggak konsisten.

Terakhir, nih. Transsion Holdings belum banyak dikenal. Apalagi dia punya satu brand yang namanya Itel, buat orang Jawa nama itu punya konotasi buruk. Menurut saya, Transsion butuh usaha lebih  keras biar reputasinya jadi lebih baik. Kalau punya reputasi baik pasti image jelek di masyarakat juga bakal hilang, kan?

Gempur terus, jangan kasih kendor!

Akan tetapi di balik kekurangan yang ada, Transsion Holdings terus mengeluarkan produk yang keren. Saking kerennya brand gede kayak Samsung, vivo, Oppo, Realme, sama Xiaomi sampe nggak kuat bersaing di kelas 1 sampai 4 jutaan.

Mau hape apa pun yang mereka keluarin pasti bakal dibandingin sama Infinix, Tecno, atau Itel. Apalagi daya beli orang Indonesia itu masih kuat di harga 1 sampai 4 jutaan, jadi kalau brand gede mau bersaing, ya minimal harus lebih gila dari Transsion.

Hadirnya Transsion Holdings di pasar hape Indonesia sebenernya juga kabar baik. Inovasi yang mereka kasih jadi angin segar. Pilihan konsumen juga semakin banyak dan nggak cuma itu-itu.

Harapan saya sih Transsion Holdings bisa terus jualan di Indonesia. Mereka juga sebisa mungkin terus kasih gebrakan dan inovasi baru sembari benahi kekurangan-kekurangan yang ada. Kalau sudah begitu, bukan nggak mungkin Transsion bisa disandingkan dengan beberapa brand besar.

Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Image iPhone sebagai Hape Terbaik Itu Udah Kuno, Saya Aja Tetep Pilih Android walau Punya Uang Segepok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version