Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Tragedi Rawon Maut di Sleman Adalah Dosa Pemerintah Pusat pada Kota Pendidikan

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
23 Agustus 2025
A A
Tragedi MBG di Sleman Adalah Dosa Pemerintah Pusat pada Kota Pendidikan

Tragedi MBG di Sleman Adalah Dosa Pemerintah Pusat pada Kota Pendidikan

Share on FacebookShare on Twitter

Kasus keracunan MBG di Sleman ini tak perlu terjadi, dan ini jelas-jelas dosa pemerintah yang memaksakan untuk melaksanakan program setengah matang 

Wajah Sleman selalu ayu dalam busana megah bernama ‘Kota Pendidikan’. Sekolah-sekolah bertaraf internasional bersanding dengan ratusan perguruan tinggi penghasil generasi unggul. Tapi kemegahan Sleman dinodai oleh kerja serampangan pemerintah pusat: Program Makan Bergizi Gratis!

Ratusan siswa harus menderita sakit akibat makanan yang harusnya memberi nutrisi baik. Bukan karena jajan sembarangan, tapi makanan yang disajikan di sekolah. Tempat yang harusnya merawat dan membangun pribadi siswa malah jadi TKP keracunan massal.

Kota pendidikan yang dipuja-puja itu kini kotor. Bahkan ternoda tepat di wajah pendidikan itu sendiri. Meskipun para siswa akan sembuh, tapi bau busuknya akan lestari. Penanda bahwa pemerintah pusat dengan bodoh melukai citra sebuah daerah penghasil cendekiawan bangsa.

Program Uji Nyali Bernama MBG

Jauh sebelum tragedi rawon maut di Sleman, kasus MBG sudah jadi kabar harian. Dari pembangunan dapur umum penuh penyelewengan, sampai makanan tidak layak. Makanan yang harusnya bergizi dan membantu ekonomi keluarga malah jadi sumber petaka. Atau setidaknya jadi sumber kekecewaan. Entah tidak enak atau tidak layak jadi makanan generasi penerus bangsa.

Banyak keresahan orang tua tertuang di media sosial. Bukannya senang, mereka takut ketika program MBG datang ke sekolah. Program yang harusnya jadi angin segar kini seperti uji nyali. Apakah anak-anak mereka dapat makanan layak (dan kalau bisa, enak), atau malah dapat makanan basi serta belatung.

Ternyata masalah MBG datang juga ke Sleman. Kabupaten yang penuh sekolah bergengsi harus menjadi lokasi tragedi. 13 Agustus 2025, ratusan siswa dari berbagai SMP mengalami keracunan dan mengeluh sakit. Semua siswa tadi menyantap MBG sehari sebelumnya. Diduga kuat sumber keracunan adalah menu rawon yang tersaji kemarin.

Ratusan siswa dirujuk ke RSUD Sleman dan RSA UGM untuk mendapat penanganan intensif. Beberapa diizinkan pulang, tapi banyak yang mendapat perawatan lebih lanjut. Berita terbaru menyebutkan jumlah korban sampai 379 orang.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

Angka itu bukan statistik semata! Mereka adalah manusia yang sedang ditempa sebagai penerus bangsa, tapi mereka keracunan di sekolah tempat menimba ilmu karena program makanan bergizi dari pemerintah. Tragisnya, harus terjadi di daerah tempat pendidikan jadi potensi utama.

Keracunan MBG di Sleman Bukan Hal Sepele

Tragedi rawon maut ini jelas merebut banyak perhatian. Setelah berbagai kasus MBG terjadi, masih saja lahir ratusan kasus baru. Bahkan harus terjadi di Sleman dan menyakiti tiga ratus lebih siswa. Saya tegaskan, kasus ini tidak boleh disepelekan!

Jogja (baca: Daerah Istimewa Yogyakarta) mendapat julukan Kota Pendidikan. Gelar yang bukan hanya lahir dari sejarah Taman Siswa, tapi juga perkembangan sektor pendidikan. Sleman adalah motor utama tersebut. Kabupaten inilah yang membuat predikat megah tadi terus dimiliki Jogja.

Tapi wajah pendidikan yang megah ini dinodai program serampangan. MBG yang harusnya terlihat megah di Jogja dan Sleman malah membawa luka. Coba pikirkan: jika MBG di Sleman yang notabene kota pendidikan saja bermasalah, bagaimana dengan daerah lain? Bagaimana dengan sekolah lain yang mungkin kurang terekspos?

Saya apresiasi kerja cepat Pemkab Sleman dan juga keseriusan dalam menangani kasus keracunan massal ini. Bahkan siap menanggung seluruh biaya pengobatan. Tapi bukankah kejadian ini tidak perlu terjadi? Bagaimana pengelolaan MBG dilakukan? Bagaimana sistem QC produk siap santap ini dijalankan? Apakah program ini sungguh untuk kebaikan bangsa? Atau proyek monumental yang siap meracuni anak-anak kita?

Rawon Maut adalah Sirine Tanda Bahaya Nasional

Saya tidak berniat mengartikecilkan daerah selain Sleman. Tapi tragedi rawon beracun ini adalah sirine tanda bahaya. Jika program yang dilaksanakan di Sleman saja bermasalah, apa kabar di daerah lain?

Solusi sekenanya tidak cukup menjawab. Apalagi meminta guru berani mencicip MBG sebelum disajikan? Bisa sih… BISA MIKIR TIDAK?! Yang harus dibenahi bukan perkara food testing di sekolah. Tapi pengelolaan dari pemerintah sampai dapur umum.

Sanitasi dan QC jelas jadi harga mati dalam MBG. Karena memberi pangan pada ratusan, atau ribuan, siswa adalah tantangan besar. Jangan pula minta sekolah menyediakan MBG sendiri. Tapi lakukan sistem pengawasan ketat di setiap dapur umum. Ini makanan bergizi untuk anak kita, bukan untuk onani proyek pemerintah yang dibawa-bawa setiap pidato.

Tapi untuk apa bicara proses produksi dan distribusi, ketika idenya saja sudah setengah matang. Program yang tidak pernah dikaji serius ini harus dirombak ulang. Sudah makan anggaran besar, bahkan menyunat biaya pendidikan, malah bikin keracunan. Kira-kira MBG ini masih layak diperjuangkan, dengan mengorbankan pajak bapak ibu dan lambung anak-anak?

Pemerintah Berutang Dosa Pada Kota Pendidikan

Saya percaya dan berdoa semua korban keracunan sembuh. Saya juga berharap program MBG dikaji ulang. Tapi bagaimana tanggung jawab pemerintah pusat pada dosa mereka? Anak keracunan bisa sembuh, tapi luka dosa program MBG di kota pendidikan susah diampuni.

Jika masih ingin melanjutkan program MBG, silakan lakukan audit total. Dari penganggaran sampai distribusi ke meja makan siswa. Jangan kebelet meningkatkan volume proyek. Karena ratusan nyawa siswa bukan harga yang pantas bagi proyek mercusuar. Jika memang tidak mampu menjalankan, jujur saja pada kami semua. Akui program kalian tidak lebih dari mimpi basah demi memenangkan pemilu.

Sampai pemerintah pusat sadar, kita akan selalu cemas. Tidur tidak akan nyenyak, kerja juga tidak semangat. Karena ketika kita sibuk mengisi kantong pemerintah lewat pajak, anak-anak uji nyali melawan program MBG yang serampangan!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pengalaman Keracunan MBG: Malas Sekolah hingga Trauma Mendapatkan Makanan Gratis

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 Agustus 2025 oleh

Tags: dana MBGkeracunan MBGkeracunan MBG di SlemanMBG Beracunprogram MBGSleman
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Lapangan Denggung Sleman Dinodai Muda-Mudi yang Bermesraan Nggak Tahu Tempat

Lapangan Denggung Sleman Dinodai Muda-Mudi yang Bermesraan Nggak Tahu Tempat

30 Agustus 2024
Pengalaman Agak Lain Selama Saya Tinggal di Pakem Sleman. Sebaiknya Pertimbangkan Ulang Sebelum Pindah ke Sini Mojok.co

Pengalaman Agak Lain Selama Saya Tinggal di Pakem Sleman. Sebaiknya Pertimbangkan Ulang Sebelum Pindah ke Sini

16 Juni 2024
Jika Dilan Lahir di Sleman, Mending Suporteran ketimbang Yang-yangan! Begini Jadinya Cerita Dilan dan Milea Jika Pidi Baiq Orang Bantul

Jika Dilan Lahir di Sleman, Mending Suporteran ketimbang Yang-yangan!

14 Juni 2020
Embung Tambakboyo Oase Terbaik di Candi Gebang Sleman (unsplash)Embung Tambakboyo Oase Terbaik di Candi Gebang Sleman (unsplash)

Embung Tambakboyo, Layaknya Oase di Tengah Semrawutnya Jalanan Candi Gebang Sleman

16 April 2025
Embung Tambakboyo Sleman, Tempat Melepas Penat yang Kurang Terawat

Embung Tambakboyo Sleman, Tempat Melepas Penat yang Kurang Terawat

2 Februari 2024
109 Tahun Kabupaten Sleman: Merayakan Tulang Punggung Jogja yang Penuh Potensi (dan Kadang Ironi)

109 Tahun Kabupaten Sleman: Merayakan Tulang Punggung Jogja yang Penuh Potensi (dan Kadang Ironi)

15 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.