Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tradisi Rewangan Adalah Ajang Kompetisi MasterChef Indonesia Versi Local Pride

Reni Safitri oleh Reni Safitri
27 Mei 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Kalau rewangan adalah ajang kompetisi MasterChef Indonesia versi local pride, kira-kira yang jadi juri siapa, ya?

Di masyarakat Jawa, tradisi rewangan masih menjadi warisan luhur yang lekat dalam kehidupan. Bagi yang belum tahu,  rewangan adalah kegiatan bantu-bantu yang dilakukan oleh saudara dan tetangga untuk persiapan suatu acara atau hajatan seperti pernikahan, tasyakuran, khitan, dll. Biasanya dilakukan oleh kaum perempuan untuk ranah perpawonan (dapur).

Pada masyarakat pedesaan ketika ada acara hajatan, tradisi rewangan ini tentu saja menjadi supporter utama. Emak-emak dengan sigap menjadi pekerja di balik layar alias pawon (dapur) untuk memasak. Dari segi usia, mayoritas yang dimintai tolong untuk rewang minimal mereka yang sudah menyandang status nikah. Jadi ya dari mbak-mbak, emak-emak, sampai mbah-mbah pun ada.

Uniknya, setelah saya perhatikan ada beberapa hal dalam tradisi rewangan yang sebenarnya hampir mirip dengan ajang kompetisi MasterChef Indonesia. Nggak percaya? Coba kita telusuri satu per satu.

#1 Skill masak yang beda level tiap orang

Layaknya kompetisi dalam MasterChef di mana setiap peserta mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing dalam skill memasak, dalam tradisi rewang pun setiap orang memiliki skill memasak yang berbeda level. Ada yang jago, ada yang biasa saja, ada juga yang sekadar bisa nyuci kentang. Nah, biasanya yang memiliki level jago akan menempati posisi untuk mengolah makanan, sementara yang levelnya pas-pasan paling banter bantu-bantu kupas bawang doang.

#2 Siapkan mental

Menurut saya, mental merupakan hal penting yang harus dibawa saat rewangan. Bukannya nakut-nakutin, tapi kadang ada saja yang namanya kena nyinyiran, omelan, dan kritik antarindividu. Misalnya, saya memotong kentang atau tempe terlalu besar, langsung kena semprot orang lain. Biasanya sindiran dan nyinyiran datang dari orang-orang yang di rewangan. Yah, mirip-mirip peserta MasterChef Indonesia gitu di mana mental harus sekuat baja. Saya jadi teringat sebuah kalimat: “Senajan oleh berkat tapi ati kesayat” yang artinya “Walaupun dapat makanan tapi hati tersayat” lantaran mendengar pedasnya nyinyiran orang lain.

#3 Ada juri

Di MasterChef Indonesia kita tahu jurinya ada tiga, yaitu Chef Juna yang sangar, Chef Renata yang agak kalem, dan Chef bebelac alias Chef Arnold. Nah, sementara di tradisi rewangan ada dua yang menjadi juri. Pertama adalah orang yang menggelar hajatan atau tuan rumah. Jadi, kita harus menuruti kemauan yang punya acara mau masak olahan makanan apa saja. Sementara juri kedua adalah orang yang dianugerahi gelar “chef” oleh warga. Biasanya “chef” yang satu ini dianggap punya skill memasak yang jago. Juri kedua biasanya lebih galak dibanding tuan rumah itu sendiri.

#4 Ajang nyinyir, gibah, dan pamer

Layaknya sumur yang tak pernah kering, para emak-emak nggak pernah kehabisan topik obrolan. Mulai dari menghujat pemain antagonis sinetron yang lagi naik daun, debat politik tanpa landasan, pamer perhiasan yang kayak rencengan ciki, dan masih bejibun lagi. Ada juga nih emak-emak yang di rumah cuma dasteran robek pinggir gara-gara nyangkut paku, eh, pas rewangan datang kayak pejabat. Dandan nyentrik, lipstrik nyala, plus rencengan gelang emas. Hmmm… Nah, yang paling seru itu biasanya ketika gibahin orang sambil marut kelapa. Duh, emosi memacu kekuatan marut kelapa mengalahkan gilingan kelapa, ntapsss.

Baca Juga:

Realitas Pahit di Balik Hajatan: Meriah di Depan, Menumpuk Utang dan Derita di Belakang

Tradisi Rewang di Desa: Gotong Royong yang Kini Jadi Ajang Pamer

#5 Kerja tim

Kalau di MasterChef Indonesia ada kompetisi di mana para peserta harus kerja tim menyajikan makanan untuk para tentara, dalam tradisi rewangan pun ada yang demikian. Kalau dalam tradisi rewangan, para emak-emak kerja tim untuk menyajikan makanan sebagai berkat yang akan diantarkan pada kerabat, tetangga, dll. Yah, beda-beda tipis laaah.

#6 Dikunjungi keluarga

Kalau di MasterChef, keluarga peserta yang datang biasanya memberikan support saat kompetisi. Yang hadir bisa orang tua, suami/istri, anak, om, tante, bude, dll. Sementara kalau rewangan, biasanya emak-emak yang ikut rewang dibuntuti anak mereka yang masih bocah. Yah, anak TK atau SD gitu lah. Mereka hadir bukan sebagai supporter, melainkan sebagai pembuat rusuh gara-gara polah mereka yang usil. Para emak harus ekstra ngawasin, kalau nggak, bisa-bisa anak-anak malah jatuhin sebaskom perkedel. Huhuhu. Namanya bocah, sudah main tendang sana-sini, kalau makan nanti minta lauknya kreni. Astaga, mana makannya nambah lagi~

#7 Keteledoran

Layaknya dalam kompetisi, peserta biasanya tak luput dari keteledoran. Kejadian paling fatal terjadi di rewangan tasyakuran bayi tetangga saya waktu itu. Sebut saja pelakunya Mbak Jum. Jadi, Mbak Jum ini bertugas untuk menata aneka lauk pauk ke besek-besek berkat yang akan diantarkan ke kecamatan karena kebetulan yang punya hajatan pegawai kecamatan.

Berkat ini sebagai bentuk balasan dari orang-orang yang tilik (nengok) bayi dan nyumbang. Tentu harus perfect dong isinya. Parahnya, Mbak Jum ini lupa nggak memasukkan lauk mentok ayam goreng. Kacauuu nggak, tuh? Dan apesnya nggak ada yang sadar. Tahu-tahu selesai nganter berkat kok masih ada tumpukan mentok ayam. Sudah jelas Mbak Jum kena omelan tuan rumah yang punya hajatan. Persis kayak Chef Juna nyemprot dan maki-maki peserta MasterChef Indonesia yang ceroboh dalam memasak gitu, deh.

Ya gimana, mentok ayam dalam sebuah berkat ibarat raja di antara prajurit-prajuritnya seperti perkedel, bakmi, tempe bacem, capcai, oseng tempe, sambel kentang krecek, dan telur puyuh kecap. Apalagi ini berkat sebagai bentuk balasan untuk rekan-rekan kerja di kecamatan. Kan kelihatan nggak setimpal balasan berkat dengan amplop yang berisi 100 ribu. Tentu hal ini membuat malu yang punya hajatan. Duh, kalau dalam kompetisi MasterChef sudah jelas nih Mbak Jum bakal didupak alias dieliminasi.

Nah, itulah enam hal dalam rewangan yang mirip kompetisi MasterChef Indonesia. Eits, tapi jangan takut ikut rewangan, ya. Ini sekadar bumbu-bumbu dalam tradisi rewangan. Selain hal-hal di atas, tentu saja ada makna kebersamaan, kerukunan, dan hal-hal positif lainnya dalam tradisi rewangan. Jangan minder juga bagi yang kurang jago masak, oke?

Sumber Gambar: Dokumentasi Penulis

BACA JUGA Berkat Resep Jebolan MasterChef Indonesia, Saya Jadi Kecanduan Masak.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2021 oleh

Tags: Gaya Hidup TerminalMasterChef Indonesiarewangtradisitradisi jawa
Reni Safitri

Reni Safitri

Seseorang dengan kepribadian suka humoris daripada romantis. Pencinta es teh, dijamin nggak bakal selingkuh sama kopi. Belum punya skill mecah telur.

ArtikelTerkait

Bagi Saya, TV Tabung Jauh Lebih Baik Dibanding TV LED! terminal mojok.co

Bagi Saya, TV Tabung Jauh Lebih Baik Dibanding TV LED!

30 Juni 2021
Mengintip Bagaimana Operator Line Interaktif Bekerja terminal mojok

Mengintip Cara Kerja Operator Line Interaktif yang Sering Dibilang Jagain Telepon doang

28 Juli 2021
4 Alasan Sulitnya Berteman dengan Penutur Asli Bahasa Korea terminal mojok

4 Alasan Sulitnya Berteman dengan Penutur Asli Bahasa Korea

27 Juli 2021
obituari pak panut mojok

Obituari Pak Panut dan Bagaimana Beliau Menyelamatkan Perut yang Lapar

20 Juli 2021

Dari iPhone hingga Xiaomi: Mana Merek Handphone yang Paling Worth It?

2 Juni 2021
Sergio Ramos Real madrid mojok

Adiós, Sergio Ramos. Gracias, el Capitán!

17 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.