Sebelum memulai tulisan ini, saya ingin mengajak kalian untuk jangan berburuk sangka terhadap stafsus presiden kita. Kasihan loh mereka ini, sudah dianggap nggak punya inovasi, eh sekarang pas mau berbuat kebaikan malah pun dinyinyiri.
“Lagi dan lagi, stafsus milenial kita berbuat ulah”. Begitu salah satu kicauan netizen di Twitter. Mendadak stafsus presiden ini viral, dan jadi tranding topic twitter gara-gara dianggap melakukan penyalahgunaan fasilitas administrasi.
Jadi gini, kemarin Mas Andi Taufan Garuda Putra bikin surat edaran yang ditujukan ke camat-camat buat ngasih tahu kalau soal edukasi dan pendataan alat kebutuhan preventif virus corona. Sebenarnya tujuan doi ini baik. Tapi jadi dianggap tidak baik karena dia “mengendorse” sebuah fintech bernama Amarta yang mana doi sendiri sebagai CEOnya, dan doi bikin surat edaran ini pakai kopnya Sekretaris Negara, habis itu, dia juga ngasih note di bagian bawah yang tertulis “Tembusan KEMENDES PDTT RI.”
Entah mungkin karena polos (tapi masa lulusan Harvard polos wqwq) atau emang sotoy dan ngerasa punya privilese, doi jadi bikin surat edaran yang kaya akan kombinasi. Kop suratnya milik sekretaris negara, isi suratnya mengatasnamakan perusahaan pribadinya, dan tembusannya dari KEMENDES PDTT. Kombinasi yang sungguh bikin ambyar hati.
Melihat hal ini, saya merasa kok stafsus ini kena apes mulu kalau mau memulai kebaikan. Sebelumnya, Mbak Angkie Yudistia yang niatnya mau ngasih tips ngecek corona, tapi malah nyebarin hoax. terus si Neng Putri Tanjung yang memberikan makan siang untuk Tenaga medis di RSPI Sulianti Saroso yang dibilang salah sasaran soalnya RSPI itu di bawah kementrian kesehatan, pastinya udah dijamin kebutuhannya. Kenapa nggak disumbangin ke pekerja informal yang nggak punya kepastian upah? Begitu kata mereka yang protes.
Dua kasus terkahir, yaitu Mas Adamas Belva Syah Devara, yang dikritik karena Quotes-nya soal menyalakan lilin. Dan sekarang yang terparah, mas Andi yang blunder dengan surat edaran miliknya. Saya kok kasihan melihat kemalangan yang menimpa mereka.
Mas Andi sendiri sampai dituduh melakukan abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan), tidak tahu malu, dan punya konflik kepentingan.
Dengan statusnya sebagai CEO sebuah perusahaan fintech, banyak warganet yang menganggap bahwa mas Andi ini sambil menyelam minum air, sambil memberikan bantuan yaah sekalian selipin promosi.
Sebagai sesama generasi milenial, saya jadi khawatir dengan kondisi tersebut. Jika terus ditimpa keapesan seperti ini, bisa-bisa citra generasi milenial di masa depan jadi buruk, dan terkesan seperti tidak berguna di jajaran pemerintahan.
Maka dari itu, saya ingin mengajak semua masyarakat Indonesia, baik yang milenial maupun non milenial untuk jangan berburuk sangka dengan tidakan atau kesalahan yang dilakukan oleh stafus presiden, terkhusus untuk kasus mas Andi.
Mas Andi Ini punya niatnya baik loh. Ingin melancarkan masifnya edukasi dan penyaluran alat preventif bagi masyarakat desa. Beliau ini contoh orang yang mencoba untuk mempercepat distribusi informasi dan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dia pakai kop suratnya Sekretaris Negara itu kan biar langsung jalan gitu lho programnya. Kalian kan tahu proses perizinan di Indonesia tuh njelimet banget.
Meskipun yaaaa bisa aja sih sebenernya dia bikin program yang sama tanpa harus mencatut instansi pemerintah alias langsung atas nama perusahaannya sendiri.
Tapi mengingat beliau ini sadar akan posisinya sebagai stafsus presiden, maka perlu menggunakan fasilitas negara yang ada biar sekalian nunjukin kalo dia berkontribusi gitu loh. Sadar gak sih?
Selain itu, saya kok menganggap tuduhan bahwa mas Andi ini melakukan penyalahgunaan kekuasaan merupakan tuduhan yang lebay dan naif. Yang dilakukan oleh mas Andi ini bukanlah penyalahgunaan kekuasaan, tapi memanfaatkan fasilitas. Ini merupakan dua hal yang jelas berbeda.
Mas Andi ini berusaha memanfaatkan fasilitas istana untuk mendapatkan kemudahan akses distribusi bantuan ke desa-desa. Lah percuma dong jadi stafsus presiden tapi urusan administrasi aja suruh datang ke kecamatan satu-satu minta tanda tangan pak camat. Lah yo rak kober lurrr..
Dan persoalan pencantuman perusahaan pribadinya di surat tersebut pun harusnya dimaklumi. Karena memang relawannya kan berasal dari perusahaannya sendiri, lagi pula, kata beliau, semua akomodasi dana untuk edukasi dan bantuan tersebut berasal dari anggaran perusahaannya sendiri juga.
Jadi harusnya diapresiasi dong, bukan malah dianggap mau promosi. Yah walaupun nanti ada feedback sedikit soal eksistensi perusahaan di kalangan masyarakat, itu kan hanya soal bonus atas kebaikan. Memangnya kalian yang cuma nyinyir kayak saya ini bisa apa? Disuruh stay at home aja udah ngeluh kayak di penjara aja.
Maka dari itu, sekali lagi saya ingin mengajak kalian untuk jangan , kasihan loh mereka ini, sudahlah dianggap tidak punya inovasi, masak mau berbuat kebaikan pun dinyinyirin.
BACA JUGA Staf Khusus Milenial tuh Kerjaannya Ngapain sih? dan tulisan Muhamad Iqbal Haqiqi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.