4 Alasan Tokoh Utama Sinetron Azab Lebih Memilih Wirausaha daripada Jadi PNS

4 Alasan Tokoh Utama Sinetron Azab Lebih Memilih Wirausaha daripada Jadi PNS

4 Alasan Tokoh Utama Sinetron Azab Lebih Memilih Wirausaha daripada Jadi PNS (Odua Images/Shutterstock.com)

Emang pernah lihat tokoh utama dalam sinetron azab lebih memilih jadi PNS daripada buka usaha kayak jasa fotokopi keliling misalnya?

Pada ratusan episode sinetron azab yang ditayangkan oleh Indosiar, ada sebuah pola yang mudah ditebak para penonton, yakni sang tokoh utama akan selalu ditakdirkan menjadi wirausahawan atau memiliki bisnis. Entah bisnis dalam bidang kuliner, aset, jasa, pokoknya garis hidup mereka adalah berbisnis.

Padahal di dunia nyata, masih banyak pekerjaan lainnya yang bisa mereka geluti, salah satunya adalah menjadi PNS. Namun, tetap saja ketimbang berebut kursi menjadi abdi negara layaknya orang-orang di dunia nyata, para tokoh utama dalam sinetron azab kelihatannya lebih senang memajukan UMKM.

Setelah menonton berbagai sinetron azab, saya akhirnya mengerti kenapa tokoh utama dalam sinetron ini lebih memilih berwirausaha daripada menjadi abdi negara.

#1 Nggak pernah belajar seleksi CPNS

Kayaknya selama satu jam cerita berjalan, nggak pernah tuh saya melihat tokoh utama—yang biasanya juga si paling tersakiti—memikirkan dunia pe-PNS-an. Nggak terlihat mereka berkata pada diri sendiri ingin menjadi guru, kepala desa, atau pegawai kedinasan. Mereka juga nggak terlihat membeli buku latihan SKD CPNS, membuka website penerimaan CASN, atau bahkan ikut kursus CPNS.

Padahal kalau saya amati, sosok PNS di dalam sinetron azab biasanya lumayan banyak yang muncul, kayak kepala desa dan pegawai kecamatan. Namun anehnya, para tokoh utama nggak kepikiran untuk mencoba berkarier seperti mereka. Mungkin males juga kali ya belajar buat seleksi CPNS. Lagian kalau tokoh utamanya kepingin jadi PNS, bisa-bisa tambah panjang durasi sinetronnya saking panjangnya proses seleksi yang harus dilewati.

#2 Isi kepala penuh ide bisnis baru

Alasan selanjutnya kenapa tokoh utama dalam sinetron azab lebih memilih berwirausaha daripada menjadi PNS adalah karena mereka terlalu kreatif alias isi kepala mereka dipenuhi ide bisnis baru. Coba deh perhatikan, ketika si tokoh utama sedang terpuruk, dia akan berjalan sambil curhat kepada Tuhan dalam hati diselingi mencari ide berwirausaha. Nggak pernah kan kita mendengar mereka bergumam, “Ya Allah, bukalah jalan untukku menjadi pegawai negeri.” Nggak pernah, Gaes.

Meskipun pada akhirnya ide bisnis para tokoh utama ini rada nyeleneh kayak usaha semangka goreng, warteg keliling, fotokopi keliling, hingga timbangan keliling nggak masalah. Itu bukti bahwa mereka kreatif. Lagi pula berbisnis jauh lebih menggoda ketimbang kerja di bawah orang lain.

#3 Gaji yang nggak sebesar itu

Kalau alasan ini ada benarnya. Faktanya, menjadi PNS nggak serta merta bikin kaya, apalagi kalau golongannya masih biasa-biasa aja.

Jadi kalau dibandingkan dengan berwirausaha, mungkin pendapatan bakal lebih banyak ketimbang jadi pegawai negeri. Maklum, tokoh utama dalam sinetron azab kan umumnya fokus pada cuan, cuan, dan cuan sekaligus memperbanyak pahala. Lha, kalau si tokoh utaman memilih jadi PNS, kapan cuannya?

#4 Kehendak sutradara

Alasan terakhir ini tentu saja udah jelas. Kalau sutradaranya bilang bisnis, ya tokoh utama harus berbisnis. Kalau tokoh utama maksa pengin jadi PNS, annti sutradaranya yang bingung. Bisa-bisa mereka malah lebih fokus kerja daripada akting dan berbisnis. Wqwqwq.

Lagi pula, kalau dipikir lagi, mengambil topik PNS di sinetron azab memang nggak terlalu menarik, soalnya secara umum cara menjadi PNS itu ya dengan tes dan menunggu penempatan. Kalau kayak gini kan ceritanya jadi monoton dan nggak menarik lagi.

Sementara kalau memilih berbisnis kan jalan ceritanya bisa muter-muter dulu tuh sampai puas. Tokoh utama biasanya disiksa dulu kayak ditipu kolega, dijulidin saingan usaha, pilih tempat jualan dulu, dll. Pokoknya semakin ruwet, penonton semakin senang. Eh, gitu nggak, sih?

Penulis: M. Guntur Rahardjo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version