Ada semacam kenikmatan tersendiri ketika datang ke beberapa toko berikut tanpa perlu membeli nggak sih?
Shopping mungkin sudah menjadi salah satu aktivitas yang lumrah dilakukan untuk healing. Makanya sampai muncul istilah “retail therapy” untuk menggambarkan kebiasaan seseorang yang memilih berbelanja guna menyenangkan diri. Sialnya, cara menghibur diri seperti ini seringnya justru menimbulkan penyesalan saat tiba di rumah dan membongkar kantong belanja. Pasalnya, barang-barang yang diambil besar kemungkinan bukan merupakan kebutuhan, melainkan dibeli akibat lapar mata. Di sisi lain, uang sudah telanjur terbuang.
Padahal kita bisa saja healing di mal tanpa perlu menghamburkan rupiah, lho. Ada yang namanya window shopping. Sebutan ini merujuk pada kegiatan orang yang mengitari mal tanpa ada niat membeli apa pun. Cukup lihat-lihat saja sudah bisa bikin hati gembira. Perkara memang tergiur produknya, bisa beli di kesempatan dan tempat lain yang memasang harga lebih terjangkau. Kalau masih bingung kudu window shopping ke mana, sederet toko berikut mungkin dapat dijadikan rekomendasi.
#1 KKV
Siapa yang tiap masuk ke KKV pasti langsung kalap memasukkan barang ke keranjang belanja? Wajar, penataan etalase toko yang nyaman dengan berbagai produk unik pastinya menggoda siapa pun yang berkunjung untuk merogoh koceknya. Belum lagi, terdapat sejumlah mainan anak dan makanan ringan kekinian yang sukses membuat mereka merengek untuk dibelikan.
Sejatinya, memang demikian maksud strategi pemasaran yang diterapkan oleh KKV. Konsumen terpapar produk yang bervariasi mulai dari snack dan minuman kemasan, kosmetik, parfum, alat tulis, mainan, hingga aksesori. Hal tersebut memunculkan pemikiran bahwa inilah kesempatan yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan di satu tempat. Nyatanya, yang dilakukan oleh para pembeli tersebut tak ubahnya impulsive buying semata.
#2 Miniso
Setali tiga uang dengan KKV, Miniso juga menyediakan bermacam produk dengan desain cute dan estetik. Bedanya, produk yang ditata di rak Miniso mayoritas berasal dari label mereka sendiri. Namun tunggu dulu, ketimbang menjadi jujugan belanja, toko satu ini lebih tepat dijadikan sebagai tujuan window shopping saja. Soalnya, meski barang yang dipajang beragam dan lucu-lucu, kualitasnya masih harus dipertimbangkan.
Contohnya saja seperti produk kosmetik atau headphone yang terpampang di gerai Miniso. Sesungguhnya, konsumen dapat memperoleh produk berkualitas lebih unggul dengan fungsi serupa di tempat lain. Harganya pun tak jauh berbeda. Belum lagi, Miniso doyan banget menerapkan strategi harga psikologis yang membuat konsumen tidak berpikir ulang saat memasukkan barang ke keranjang belanja tapi kemudian kaget begitu tiba di meja kasir dan melihat nominal yang wajib dikeluarkan.
#3 H&M
Di daftar berikutnya, ada H&M sebagai rekomendasi toko yang cocok dikunjungi tanpa perlu membeli. Sebagai brand fast fashion, H&M tentunya memiliki tempo siklus peluncuran produk yang cepat karena menyesuaikan dengan tren yang tengah digandrungi. Boleh dibilang, desain pakaian yang ditawarkan oleh H&M bukan tipe long lasting sehingga sangat mungkin pakaian yang dibeli hanya akan dikenakan sekali atau dua kali saja lalu teronggok tak berdaya di sudut lemari.
Belum lagi, tidak sedikit pula baju keluaran H&M yang memanfaatkan bahan campuran polyester. Bahan sintetis ini terkadang kurang nyaman digunakan saat cuaca panas atau berada di area outdoor sehingga jadi jarang dikenakan dan malah beralih fungsi jadi barang koleksi. Ya, tidak ada salahnya juga, sih, kalau mau ngikutin mode asal ada uangnya. Akan tetapi, akan lebih bijaksana kalau membelanjakan uang untuk sesuatu yang sering dipakai dan bersifat versatile demi menghemat anggaran shopping.
#4 Sociolla
Skincare dan kosmetik tampaknya sudah menjadi kebutuhan primer, khususnya bagi para kaum hawa. Cewek mana yang nggak gemes lihat bermacam produk kecantikan manakala mengunjungi gerai Sociolla. Apalagi saat ini, packaging skincare dan kosmetik dibuat sedemikian rupa sehingga terkadang orang membeli bukan karena butuh tetapi lebih karena tertarik pada kemasannya.
Sebenarnya, produk perawatan dan makeup yang dijual di toko ini banyak dijajakan pula di marketplace dengan harga jauh lebih murah. Oleh sebab itu, sebagian orang memanfaatkan kedatangannya ke Sociolla untuk sekadar melakukan observasi produk sebelum membelinya secara online. Misalnya, untuk swatch warna lipstik atau mencium aroma body lotion maupun hair mask. Akan tetapi, ada kalanya juga berbelanja di Sociolla juga menguntungkan, lho. Seperti saat ada diskon cukup besar atau pelanggan memiliki poin dari menukar botol skincare bekas yang dapat dikonversi menjadi potongan belanja.
#5 Gramedia
Kebiasaan membaca buku fisik mungkin sudah banyak ditinggalkan lantaran banyak orang memilih beralih ke buku digital. Alasan inilah yang menjadikan Gramedia menjadi tempat melihat-lihat buku tanpa perlu membelinya. Tidak jarang, mereka mencari referensi buku yang dibutuhkan di Gramedia tetapi membelinya dalam versi digital agar lebih mudah dan ringan di bawa bepergian.
Faktor berikutnya yang membuat Gramedia menjadi toko yang banyak dikunjungi orang tanpa membeli biasanya mengarah pada harga yang dipatok. Tidak bisa dimungkiri, sebagian orang menganggap harga buku fisik di Gramedia terhitung overpriced. Sementara itu, mereka bisa mendapatkan buku yang sama persis serta dijamin keasliannya di marketplace dengan angka di bawah label yang ditempel oleh Gramedia. Entah berkaitan atau tidak, fakta inilah yang mungkin memaksa Gramedia menutup atau mereduksi sejumlah gerainya di beberapa tempat.
Kehadiran toko online telah mengubah kebiasaan berbelanja konsumen. Dengan kemudahan memperoleh informasi, konsumen dengan gampang dan cepat sanggup melakukan perbandingan harga. Akan tetapi, bukan suatu dosa kalau sesekali seseorang berbelanja di toko fisik, lho. Akui saja, menenteng kantong belanjaan saat keluar toko favorit itu memang memberikan rasa senang dan puas, kan?
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi