Ketika sekilas melihat judul tulisan ini, mungkin kalian akan bertanya-tanya, kenapa harus dibeda-bedakan? Toh, sama-sama muslim, sama-sama bertuhan Allah dan lain sebagainya. Lagian, hanya untuk salat tarawih saja kenapa harus membeda-bedakan masjid NU atau Muhammadiyah?
Jadi, begini lo, tuan dan nyonya yang budiman. Di negeri yang tercinta ini, setiap orang dijamin kebebasannya dalam beragama dan berkeyakinan. Orang NU bebas berkeyakinan bahwa salat Tarawih itu dilakukan dengan dua puluh rakaat dan tiga witir. Begitupun dengan Muhammadiyah, yang bebas berkeyakinan bahwa salat Tarawih itu dilakukan dengan delapan rakaat dan tiga witir.
Jikalau ada orang yang mempermasalahkan, bahkan mempertentangkan perbedaan ini, orang tersebut perlu dipertanyakan prinsip multikulturalnya, toleransinya, keberagamannya maupun prinsip hidup dalam perbedaannya. Toh, perbedaan merupakan suatu keniscayaan, bahkan perbedaan juga merupakan karunia yang tak terbayarkan.
Jika kalian menemukan orang yang seperti ini, yang berusaha menyatukan keyakinan dalam satu sudut pandang dan satu tafsiran saja, mereka perlu dicurigai. Jangan-jangan orang tersebut bibit-bibit diktator.
Oleh karena itu, sah-sah saja kalau ada orang yang membeda-bedakan masjid, sebelum melaksanakan salat Tarawih di masjid tersebut. Jika yang berkeyakinan salat Tarawih dua puluh rakaat, akan mencari masjid yang salat Tarawihnya dua puluh rakaat. Begitupun bagi yang berkeyakinan salat Tarawih delapan rakaat, akan mencari masjid yang salat Tarawihnya delapan rakaat.
Namun, tidak memungkiri juga beberapa orang terkadang sedikit absurd. Meskipun berbenderakan NU, tapi salat Tarawihnya di masjid Muhammadiyah, begitupun sebaliknya. Hal tersebut, bisa dikarenakan ketidaktahuan mengenai masjid yang dimasukinya atau mungkin memang menyengaja dengan alasan tertentu.
Kalau memang menyengaja dengan alasan tertentu mungkin sah-sah saja. Namun, bagi mereka yang nggak tau, nah, ini yang jadi masalah. Niatnya salat dua puluh rakaat, eh kecemplung masjid yang salatnya delapan rakaat, atau sebaliknya.
Oleh sebab itu, izinkan saya untuk memberikan tips untuk membedakan masjid NU maupun Muhammadiyah sebelum mengikuti salat Tarawihnya. Hal ini, sesuai dengan pengalaman saya yang pernah salat di kedua masjid tersebut.
#1 Carilah logo NU atau Muhammadiyah di sekitar masjid.
Biasanya nih, ya, terdapat logo ormas di beberapa masjid, yang mana masjid tersebut memang berafiliasi pada ormas tertentu. Entah itu berupa sebuah plakat atau papan nama, spanduk, bendera, atau bahkan lembaran brosur yang berisi tulisan dakwah. Nah, di sini kalian harus jeli untuk melihat simbol-simbol logo ormas yang ada dalam masjid tersebut.
Kalau ketemu logo jagat yang dikalungi tali, diitari bintang sembilan, dan bertuliskan lafadz Nahdlatul Ulama, dapat dipastikan itu masjid NU. Sedangkan ketika menemui logo lafadz kaligrafi Muhammadiyah yang dihiasi dengan sinar, dapat dipastikan itu masjid Muhammadiyah.
Nah, jika kalian malah menemukan logo palu arit di masjid, kalian perlu curiga. Jangan-jangan itu masjidnya… para petani dan tukang kuli bangunan.
Namun, nggak semua masjid memasang logo ormas. Bahkan ada yang tidak sama sekali. Oleh karena itu, mari lanjut ke tips kedua untuk membedakan masjid NU dan Muhammadiyah lebih detail lagi.
#2 Lihatlah mimbar khutbahnya
Sepengalaman saya, mimbar khutbah NU dan Muhammadiyah itu cenderung berbeda. Untuk mimbar khutbah NU, biasanya berbentuk seperti singgasana raja yang dihiasi ukuran-ukuran khas kultur tradisional, lengkap dengan tongkatnya. Sedangkan untuk mimbar khutbah Muhammadiyah, lebih seperti podium tempat pidato layaknya di panggung-panggung seminar kebanyakan kampus.
#3 Perhatikan, apakah ada beduknya atau tidak?
Kalau ini, kalian bisa lihat di serambi masjidnya. Jika kalian menemukan beduk di masjid, masjid tersebut merupakan masjid NU. Pasalnya, beduk ini menurunkan tradisi Walisongo yang dilestarikan oleh NU. Sedangkan, jika kalian tidak menemukan beduk di masjid tersebut, masjid tersebut merupakan masjid Muhammadiyah.
#4 Dengarkan pujian pasca azan dikumandangkan
Jika kalian menemukan lantunan pujian setelah azan dikumandangkan, entah itu bentuk selawat atau tembang Jawa, masjid tersebut merupakan masjid NU. Sedangkan sebaliknya, jika kalian tidak menemukan lantunan pujian setelah azan dikumandangkan dalam suatu masjid, dapat diartikan bahwa masjid tersebut merupakan masjid Muhammadiyah.
Sampai sini, mungkin tips ini dapat membantu kalian yang hendak salat Tarawih di masjid sesuai dengan apa yang kalian yakini. Jadi, nggak sampai kecemplung tanpa mengidentifikasi masjidnya terlebih dahulu.
Oh iya, perlu diketahui, sebelum mengakhiri tulisan ini, bahwa tips di atas bukanlah sebuah kebenaran secara mutlak yang nggak bisa diganggu gugat, ya. Sangat mungkin terdapat hal-hal yang bleset. Pasalnya, belum ada legalitas secara struktural dari kedua ormas terkait identifikasi yang saya dapatkan. Melainkan identifikasi ini sebatas pengalaman mayoritas masjid yang pernah saya datangi selama ini. Sekadar riset kecil-kecilan, gituuu~
*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.
BACA JUGA Buku Agenda Ramadan, Membuat Saya Pernah Dikatain Kafir. #TakjilanTerminal10 dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.