Dari awal kuliah sampai semester tua seperti saat ini, setiap kali saya membuka Instagram selalu muncul tulisan yang membahas masalah lulus tepat waktu dan cumlaude. Awal-awal semester dulu, saya memang sedikit tertarik untuk membacanya karena mimpi saya dulu ingin lulus tepat waktu dan cumlaude dengan motivasi untuk membanggakan kedua orang tua. Sampai di tembok kos saya, ada tulisan “3.5 Y”. Maksud tulisan tersebut adalah saya harus lulus dalam waktu 3,5 tahun.
Setelah saya jalani, kuliah dari semester satu sampai dengan semester enam tidak ada kendala sama sekali. Saya selalu mendapatkan IPK bagus dan tidak ada mata kuliah yang mengulang setiap semesternya. Saat itu, motivasi saya masih lulus tepat waktu dan mendapat predikat cumluade semakin kuat.
Ketika semester tujuh saya mulai mendapatkan kendala karena waktu itu sudah harus mengambil mata kuliah proposal skripsi dan mata kuliah skripsi. Untuk menentukan judul skripsi dan objek yang akan dianalisis, tidak begitu sulit karena sekali mengajukan judul langsung disetujui oleh dosen pembimbing saya.
Akan tetapi, kendala mulai terlihat saat saya sudah mulai bimbingan proposal. Saya sulit sekali untuk bertemu dan bimbingan langsung dengan dosen. Sistem bimbingan yang digunakan adalah sistem mengumpulkan revisian proposal kemudian beliau akan mengirimkan pesan ketika sudah dikoreksi.
Menunggu waktu beliau mengabarkan kalau proposal saya sudah dikoreksi seperti menunggu kepastian. Kadang proposal sampai dua minggu, tiga minggu, bahkan sebulan baru dikembalikan. Tidak hanya lama menunggu waktu pengembalian proposal, waktu saya bimbingan pun lama. Di dosen pembimbing satu, saya melakukan bimbingan sebanyak tujuh kali dan di dosen pembimbing dua saya bimbingan sebanyak lima kali. Jadi, keseluruhan saya bimbingan untuk menuju seminar proposal sebanyak dua belas kali. Lama waktu yang saya habiskan untuk bimbingan proposal kurang lebih sepuluh bulan.
Sejak saat itu, keinginan saya untuk lulus tepat waktu dan mendapat predikat cumlaude saya kubur dalam-dalam. Ada rasa kecewa pada diri sendiri karena tidak bisa mencapai impian itu. Saya merasa seperti beban keluarga karena tidak bisa membanggakan mereka. Bisa dikatakan saya beruntung di awal semester dan bad luck di akhir semester.
Pengalaman bad luck tersebut membuat saya tidak percaya lagi dengan tips lulus cepat dan cumluade. Tips tersebut hanya bisa digunakan oleh orang-orang yang beruntung tidak untuk seorang bad luck seperti saya.
Sekarang saya lebih belajar untuk tidak banyak berharap tentang suatu yang saya inginkan. Pengalaman itu mengajarkan saya untuk tetap berusaha tanpa mengharapkan hasil yang akan didapatkan. Baru kali ini saya berada di posisi usaha mengkhianati hasil. Meskipun begitu, saya percaya pasti akan ada hikmah yang saya dapatkan dibalik tertundanya kelulusan ini.
Sampai akhirnya saya tidak terlalu memikirkan tentang target lulus lagi karena saya tidak mau terbebani. Tapi, saya tetap berjuang untuk mendapatkan gelar S.S hingga saat ini. Demi mendapatkan gelar tersebut saya sudah hampir satu tahun tidak pulang kampung. Biarlah saya menahan diri dari sulitnya menjadi anak kos dan jauh dari orang tua asalkan saya bisa menuntaskan tanggung jawab untuk menjadi seorang sarjana.
Untuk teman-teman yang bisa lulus tepat waktu dan mendapat kesempatan untuk menjadi lulusan terbaik atau cumlaude, saya sarankan untuk banyak bersyukur. Setidaknya teman-teman sudah bisa membuat orang tua bangga dengan gelar yang sudah didapatkan. Kenyataannya, banyak sekali kaum bad luck seperti saya yang memperjuangkan hal tersebut tapi tidak bisa karena banyak kendala.
Menurut saya, cepat atau lambat lulus kuliah tidak ditentukan oleh pintar atau rajinnya seseorang melainkan ditentukan oleh keberuntungan. Banyak orang yang pintar dan semangat untuk bimbingan tapi dosen belum ada waktu untuk membimbing. Ada juga pembimbing yang mencari mahasiswanya untuk melakukan bimbingan tanpa mahasiswa yang meminta terlebih dahulu.
Intinya, setiap kesuksesan ada jalannya sendiri. Menjadi mahasiswa yang tidak lulus tepat waktu belum tentu tidak bisa sukses, sebaliknya menjadi mahasiswa yang lulus tepat waktu dan nilai yang bagus belum tentu juga akan sukses. Setiap orang ada jalan sendiri untuk melangkah menuju keberhasilannya masing-masing. Untuk kaum bad luck, semangat berjuang!
BACA JUGA Kebiasaan Orang Jepang yang Bikin Kuliah Cepat Kelar dan Namaste