Memiliki rumah adalah impian banyak orang. Ada perasaan bombong alias lega kalau sudah punya rumah sendiri, apalagi bagi mereka yang sudah berumah tangga. Walau begitu, tidak semua orang sebenarnya cocok punya rumah sendiri. Ada beberapa tipe orang yang sebaiknya pikir-pikir dulu sebelum memutuskan beli rumah sendiri.
Tidak, tulisan ini nggak akan ngomongin orang Jogja yang UMR-nya ngenes itu. Tulisan ini juga nggak ngomongin wong cilik kebanyakan, boro-boro mikir punya rumah, untuk sekadar urusan makan saja mereka masih susah payah. Kedua tipe orang itu bukan tidak cocok punya rumah, tapi lebih ke orang yang nggak mampu punya rumah sendiri. Apalagi kalian tahu sendiri kan betapa nggak masuk akalnya harga rumah saat ini. Lantas, tipe orang-orang seperti apa sih yang tidak cocok punya rumah sendiri?
Daftar Isi
#1 Sering pindah kerja, bikin dilema
Pertama, orang yang tidak cocok punya rumah sendiri adalah orang yang pekerjaanya riskan terkena mutasi. Saya yakin, orang yang tempat kerjanya pindah-pindah pasti maju mundur ketika ingin beli rumah. Dalam hatinya ada perasaan khawatir semisal dimutasi ke luar kota, bahkan luar pulau. Nanti, bagaimana dengan nasib si rumah? Dikontrakkan? Oh, tidak semudah itu. Ada banyak risiko yang timbul saat rumah dikontrakkan. Dan, tidak semua orang mau ambil resiko tersebut.
Itu sebabnya, bekerja di tempat yang tidak kenal apa itu mutasi adalah suatu privilese yang harus kita syukuri. Memang sih, ada masanya kita akan bosan karena lingkungan kerja yang hanya itu-itu saja. Tapi, percayalah, dilanda bosan masih lebih mending daripada harus menanggung dilema yang timbul karena tempat kerja yang berpindah-pindah.
#2 Beli rumah biar mandiri atau mandiri dulu baru beli rumah?
Mereka yang belum mandiri juga nggak cocok punya hunian sendiri. Dalam kehidupan sosial kita, umumnya orang memutuskan untuk beli rumah dengan alasan ingin mandiri. Nah, alasan inilah yang kemudian jadi permasalahan. Maksud saya begini, ketika seseorang yang notabene belum mandiri, tapi memaksakan untuk punya hunian sendiri, dia hanya akan merepotkan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Dia jadi akan bergantung pada orang-orang di sekelilingnya karena aslinya belum siap.
Sejatinya, beli rumah itu bukan sekadar beli bangunan untuk tempat tinggal saja. Namun, beli rumah berarti kita harus siap untuk berdamai dengan hal-hal yang datang setelahnya. Jadi, kalau dasarnya belum punya kemandirian, bakal sulit rasanya untuk bertahan. Ujung-ujungnya, pasti bakal merepotkan. Pasti itu.
#3 Biasa ramai, kok sekarang sepi?
Mereka yang terbiasa hidup dalam keluarga besar juga termasuk tipe orang yang nggak cocok punya rumah sendiri. Coba bayangkan deh, puluhan tahun tinggal bersama dengan keluarga besar, trus tiba-tiba harus tinggal sendirian? Wah, pasti terasa sekali sepinya, hampa pokoknya.
Kalau pada akhirnya memutuskan untuk beli rumah sendiri, orang yang terbiasa tinggal bersama keluarga besar ini pasti tidak akan betah. Akhirnya, dikit-dikit bakal pulang ke rumah orang tua karena kangen dengan suasana di sana.
#4 Punya serumah sendiri nggak cocok untuk mereka yang penakut
Orang yang penakut juga nggak cocok punya rumah sendiri. Saya punya teman yang penakut. Tiap kali suaminya dinas keluar kota, dia pasti memilih untuk menginap di rumah orang tuanya. Takut katanya kalau sendirian. Apalagi, sebelumnya dia pernah mendengar suara lonceng kereta kencana saat tengah malam. Hiii … seram.
Bagi seseorang yang penakut, tinggal sendirian di rumah itu sungguh menyiksa. Saat malam menjelang, segala sesuatu bisa tampak menyeramkan. Gorden tersibak sedikit, takut ada penampakan. Lihat pantulan wajah di cermin, jantung mendadak berdegup tidak karuan. Ditambah suara detak jarum jam yang kalau malam terdengar semakin jelas. Ngeri.
#5 Antara ingin punya rumah dengan kewajiban terhadap orang tua
Terakhir, tipe orang yang nggak cocok punya rumah sendiri yaitu mereka yang orang tuanya sudah berusia lanjut. Terutama, jika yang bersangkutan adalah anak tunggal. Memang sih rumah adalah kebutuhan primer manusia. Namun, bukan berarti wajib dipenuhi hingga menggugurkan kewajiban yang lebih utama. Kewajiban seorang anak untuk berbakti kepada orang tuanya.
Apa iya kita bisa tidur nyenyak di rumah baru sementara kita tahu orang tua kita sendirian di rumah lama? Kalau orang tuanya masih segar bugar sih nggak masalah ya. Lha, kalau sudah renta? Apa iya tega dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan? Kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan bagaimana?
Nah, kalau kalian termasuk dalam 5 tipe orang di atas, lebih baik pikir-pikir ulang kalau mau punya rumah sendiri. Toh pada akhirnya, hidup ini kita sendiri yang menjalani. Apa yang dimiliki arau dijalani orang lain nggak melulu cocok untuk kehidupan kita. Jadi, sekali lagi, pertimbangkan dengan matang ya, apalagi utnuk punya hunian butuh dana yang nggak sedikit.
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Sewa Rumah atau KPR, Mana yang Cocok untuk Keluarga Baru?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.