Saya Tidak Menyesal Masuk UIN Jakarta meski Dianggap Kampus Buangan

Saya Tidak Menyesal Masuk UIN Jakarta meski Dianggap Kampus Buangan UIN Syarif Hidayatullah

Saya Tidak Menyesal Masuk UIN Jakarta meski Dianggap Kampus Buangan (Wikikancil via Wikimedia Commons)

Jika ditanya apakah masuk UIN Jakarta merupakan impian saya, jawabannya “tidak”. Sejak masih duduk di bangku sekolah, bisa kuliah di UI adalah impian saya. Tidak berlebihan jika disebut sebagai salah satu harapan saya. Sejak dulu, saya selalu terkesima dengan nama besar UI.

Saya sampai ikut berbagai tes masuk agar diterima UI. Mulai dari SNMPTN, SBMPTN, sampai SIMAK UI. Semua saya coba agar diterima oleh kampus berlogo makara berwarna kuning itu. Sayangnya, usaha saya tidak membuahkan hasil. Saya justru berjodoh dengan UIN Jakarta. 

Tetapi apakah saya menyesal masuk UIN Jakarta? Jawabannya “tidak sama sekali”. Saya justru bersyukur bisa masuk kampus ini karena saya mendapatkan pengalaman dan hal-hal lain yang belum tentu bisa saya dapatkan di kampus lain. Mau tahu alasan saya?

#1 Uang semesteran UIN Jakarta murah dan terjangkau

Hal pertama paling realistis dan membuat saya tidak menyesal kuliah di UIN Jakarta. Kuliah di sini murah! Waktu saya masuk di tahun 2015, bayaran semester untuk jurusan saya hanya di angka 1 juta lebih sedikit. Untuk kampus negeri di Jakarta, ini sungguh keterlaluan murahnya. Kampus negeri lain rata-rata bisa lebih dari 2 juta per semester.

Kalau saja saya diterima di UI, bisa jadi saya akan menjadi mahasiswa yang super miskin. Masuk UIN saja saya hidup pas-pasan, apalagi masuk UI?

Orang tua saya sampai bersyukur karena hal ini. Mereka sampai bilang, kalau saya masuk UI, bisa jadi mereka akan sangat kelelahan untuk mengusahakan uang semesteran saya. Alhamdulillah, saya bisa kuliah dan tidak membebani orang tua saya.

Tetapi itu uang kuliah waktu saya baru masuk, ya. Sekarang sih UKT UIN Jakarta lumayan, apa lagi kalau dapat UKT golongan 2 ke atas.

#2 Akses dan biaya hidup yang murah dan bebas dari hidup hedon

Alasan lain saya tidak menyesal kuliah di UIN Jakarta karena akses dan biaya hidup masih terjangkau. Mau kos di sekitaran kampus? Banyak kok kamar kos murah yang harganya di bawah 500 ribu per bulan. Ditambah lagi banyak warung makan sekitaran kampus yang menyediakan menu di bawah 10 ribu. Kurang apa coba?

Mau pulang-pergi? Bisa juga. Akses transportasi menuju kampus mudah. Ada KRL dan Transjakarta yang tarifnya tahu sendiri terjangkau. Karena hal itulah saya bisa fokus kuliah tanpa perlu memikirkan biaya hidup.

Ditambah lagi dengan lingkungan kampus yang tidak hedon membuat saya semakin bersyukur. Kenapa saya bisa bilang begini? Karena di waktu yang bersamaan, saya melihat teman-teman sebaya yang masuk UI, gaya hidupnya berubah drastis. Banyak yang awalnya hidup sederhana, maksain hidup hedon.

#3 Keilmuan yang mumpuni dan penuh oleh pakar

Saya kira masuk UIN Jakarta hanya akan seperti pesantren tapi bentuknya universitas. Ternyata tidak sama sekali. Saya justru benar-benar merasakan suasana akademik yang sangat mumpuni dan dipenuhi oleh kegiatan intelektual di setiap sisi. Dunia yang sangat berbeda dari bangku sekolah.

Masuk ke jurusan Sejarah dan Peradaban Islam di UIN Jakarta membuat saya puas. Saya bertemu dengan dosen-dosen yang ahli dalam bidangnya. Salah satunya adalah almarhum Azyumardi Azra, seorang sejarawan nasional yang dikenal di Indonesia. Saya beruntung masih punya kesempatan diajar oleh beliau. Belum lagi nama-nama lain yang kalau saya sebutkan isinya malah kayak puja-puji dosen.

#4 Jaringan alumni UIN Jakarta luas

Sampai saat ini saya bisa bekerja, semata-mata terbantu karena jaringan yang saya bangun selama di kampus. Alumni UIN Jakarta ini unik. Tak seperti kampus lain yang biasanya menumpuk di satu sektor, UIN Jakarta nggak begitu.

Mulai dari sektor teknologi, kuliner, jasa, pendidikan sampai agama, hampir semuanya ada alumni UIN Jakarta. Sering kali saya menemukan kesempatan karena alumni yang tersebar ini. Pekerjaan saya sekarang di bidang filantropi saja karena jaringan UIN Jakarta. Tapi, kembali ke masing-masing orang yang bisa memanfaatkan, ya.

Itulah beberapa alasan yang membuat saya tidak menyesal masuk UIN Jakarta. Meski katanya kampus buangan, nyatanya tetap ada hal-hal baik yang bisa saya temukan di kampus ini.

Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Membayangkan Ciputat Tanpa UIN Jakarta: Kasihan, deh!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version