Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tidak Ada Hujan di Situbondo

Ibbas Dimas Baskoro oleh Ibbas Dimas Baskoro
29 Maret 2023
A A
Tidak Ada Hujan di Situbondo

Tidak Ada Hujan di Situbondo (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Tidak ada hujan di Situbondo. Mendung yang bergelayut hanya singgah lalu memilih pergi menjauh dari kota ini

Lampu merah kadang jadi musuh bebuyutan bagi beberapa pengendara. Diminta menunggu saat diburu oleh waktu itu jelas menyebalkan. Tapi yang lebih menyebalkan daripada itu adalah, diminta menunggu saat diburu oleh waktu, sembari dihujani sinar matahari tanpa ampun.

Itulah yang kerap saya rasakan saat terjebak lampu merah di Situbondo. Seperti biasa, Situbondo begitu panas. Kondisi ini diperparah dengan minimnya pepohonan di lampu merah. Padahal, lampu merah di Situbondo itu parah. Ya parah panasnya, ya parah lamanya. Sampai-sampai, baju yang awalnya basah menjadi kering, lalu kembali basah karena keringat, lalu kering lagi. Saking parahnya panas di kota ini, jarang ada mendung, apalagi hujan.

Karunia Tuhan

Pantai dan gunung tampaknya bercumbu mesra di kota ini. Tidak usah mencari pantai, pantai itu yang akan datang sendiri. Tentu, kita di Jawa timur tidak asing dengan nama Pantai Pasir Putih. Sesuai dengan namanya, pantai ini memiliki pasir putih yang memanjang lengkap dengan fasilitas kualitas lokal. Maksudnya, hotel-hotel sederhana dengan furnitur kuno, kamar mandi dengan beberapa kran macet dan lumut-lumut kecil di beberapa sisi.

Nah, bila kita berkendara menggunakan kendaraan darat dari Jakarta menuju Bali via Situbondo, kita akan melewati Pantai Pasir Putih. Sayangnya, bila tidak membayar, pantai itu tidak akan terlihat, karena tertutup tembok tinggi yang tidak enak dipandang. Padahal, kecuali tembok jahanam itu, di sepanjang jalan kita akan melihat hamparan pantai di sebelah kiri dan pegunungan megah di sebelah kanan. Dan, pemandangan itu dapat kita nikmati hingga ujung timur Situbondo yang merupakan wilayah Taman Nasional Baluran.

Konsekuensi

Entah ini karunia atau musibah, yang jelas, tidak ada hujan di Situbondo. Pernah di kala itu, mendung mulai menggelayut gelap di langit kota. Udara dingin mulai datang, orang-orang mulai mengentas jemurannya. Beberapa saat berlalu, mendung menghilang digantikan panas kembali. Kejadian seperti ini seringkali berulang. Istilahnya, hujan yang PHP. Saya juga heran dengan fenomena ini, kenapa mendung hanya lewat, memberikan rasa sumuk di badan orang-orang Situbondo, tetapi hujannya tak kunjung tiba.

Kejadian aneh lain juga pernah saya alami, ketika saya berkendara dari Jember menuju Situbondo. Siang itu, hujan badai menerjang kota Jember. Saya sudah menyiapkan diri dengan memakai jaket dan jas hujan. Seluruh jalanan basah, banjir di beberapa titik, hingga sampailah 100 meter sebelum gerbang masuk kota Situbondo. Kontras, langit cerah dan tanah kering.

Asumsi saya, cuaca lokal seperti ini terjadi karena lokasi Situbondo yang terletak di celah sempit di antara pantai utara Pulau Jawa dengan deretan Pegunungan Argopuro dan Iyang di selatan. Konsekuensinya, udara dingin dari arah selatan terhalang oleh pegunungan, dan udara panas dari pantai akhirnya suka nongkrong di kota. Meskipun udara dingin dari pegunungan itu ada yang lolos sekalipun, pasti langsung dikeroyok oleh saudara-saudara yang sedang mendidih itu. Penganiayaan ini tentu perlu ditindaklanjuti oleh negara hukum semacam Indonesia.

Baca Juga:

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

Semakin parah

Sudah sejak lama, panasnya Pantura itu hora umum. Banyak industri yang membangun pabriknya di area sekitar Pantura. Akhirnya, banyak polusi dari pabrik-pabrik itu yang menguar ke area sekitar. Panasnya asap dari cerobong-cerobong pabrik itu juga terakumulasi dengan polusi dari kendaraan bermotor, juga, masih ditambah dengan bertebarannya debu-debu yang diakibatkan oleh hembusan truk ketika melintas.

Jalanan berlubang, menjadi biang asal debu-debu itu. Truk-truk yang bebannya melebihi kapasitas membuat semuanya semakin kacau. Tidak lupa, kualitas pengerjaan jalan yang buruk juga punya andil semakin abadinya masalah panas di Pantura. Dan untuk Situbondo, kondisi ini semakin diperparah dengan karunia tuhan yang dimilikinya.

Lalu, sudah tau Situbondo panas, masak tidak ada inisiatif dari masyarakatnya?

Musuh besar

Musuh terbesar saya, sebagai orang Situbondo, sebenarnya bukan cuma panasnya, tetapi iblis bermata tiga itu. Lampu merah di Situbondo itu juga parah, lamanya minta ampun. Seringkali, saya sampai telat masuk kerja gara-gara gagal menyelip lampu hijau. Masalahnya, saingan saya itu bukan cuma motor atau mobil, truk tronton yang panjang dan mengular menjadi rival abadi ketika ingin melintas di persimpangan. Salah perhitungan sedikit, sudah beda alam.

Selain lama, lampu merah di Situbondo itu juga minim peneduh. Tidak ada pohon untuk berlindung. Jadi bisa dibayangkan, tidak ada mendung, tidak ada pohon, panas terik, polusi dari kendaraan-kendaraan besar, jalanan berlubang, dan lama. Fix, ini benar-benar musuh besar.

Jalan pintas

Sebenarnya, tidak ada solusi praktis agar turun hujan di Situbondo. Tapi, minimal, akumulasi panasnya bisa dikurangi lah. Kalaupun tidak hujan, Situbondo masih dapat banjir kiriman kok dari tetangga sebelah. Yang jadi masalahnya sekarang bagaimana agar panas di lampu merah itu bisa berkurang.

Opsi pertama tentu harus menanam banyak pepohonan, agar jalan-jalan menjadi rindang dan teduh. Opsi kedua, bisa jadi melakukan pembangunan jalur lingkar luar agar kendaraan-kendaraan besar itu tidak menambah puyeng orang-orang di lampu merah. Sudah selayaknya, Situbondo melakukan introspeksi terhadap dirinya sendiri, agar tidak selalu mendidih dan gampang naik pitam, terlebih karena udaranya.

Penulis: Ibbas Dimas Baskoro
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Situbondo, Madura Swasta yang Kaya Sejarah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 29 Maret 2023 oleh

Tags: cuacahujanpanaspanturasitubondo
Ibbas Dimas Baskoro

Ibbas Dimas Baskoro

Pekerja serabutan profesional yang sedang mencari jalan untuk mencapai esensi kehidupan.

ArtikelTerkait

Nase’ Sodu: Sajian Nasi dengan Kuah Lodeh Khas Situbondo

Nase’ Sodu: Sajian Nasi dengan Kuah Lodeh Khas Situbondo

19 April 2022
Melihat Lebih Dekat Bagaimana Buruh Tani di Situbondo Bertahan Hidup Terminal Mojok

Situbondo Nggak Ada Hujan? Emang Petani di Sini Tanam Padi Pakai Air Galon?

1 April 2023
bermain hujan-hujanan sepeda motor hujan cuci sungai mojok (1)

Plis Banget nih, Jangan Mencuci Sepeda Motor di Sungai

19 Desember 2020
Keluh Kesah Orang Pantura Saat Pertama Kali Tinggal di Magelang

Keluh Kesah Orang Pantura Saat Pertama Kali Tinggal di Magelang

5 Maret 2023
pantura mojok.co

Starter Pack Saat Naik Bus Pantura biar Aman Sampai Tujuan

6 Juli 2020
Menghitung Biaya Hidup di Situbondo, Kabupaten dengan UMK Terendah se-Jawa Timur. Memangnya Cukup?

Menghitung Biaya Hidup di Situbondo, Kabupaten dengan UMK Terendah se-Jawa Timur. Memangnya Cukup?

1 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Orang Jakarta Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Tidak Cocok untuk Kalian Mojok.co

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

11 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025
4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa Mojok.co

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa

11 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.