The Big 4 menjadi salah satu film aksi komedi buatan Indonesia yang sayang untuk dilewatkan. Film ini disutradarai oleh Timo Tjahjanto, sutradara ternama dari Indonesia yang terkenal dengan karyanya berupa film-film horor dan thriller. Akan tetapi, melalui The Big 4, Timo justru menghadirkan sebuah film aksi yang brutal, yang bisa bikin penonton ketawa sekaligus merasa “jijik”.
Adalah Dina (Putri Marino), seorang polwan muda yang berangkat ke sebuah pulau dengan misi mengungkap sosok pembunuh ayahnya, Petrus (Budi Ros), yang terbunuh secara misterius. Dalam menjalankan misi berkedok liburan tersebut, Dina bertemu dengan kelompok pembunuh bayaran The Big 4 yang beranggotakan Topan (Abimana Aryasatya) sebagai ketua, Jenggo (Arie Kriting) yang jago menembak dan tertarik pada dunia spiritual, Alpha (Lutesha) si grasak-grusuk, dan Pelor (Kristo Immanuel) anggota paling muda yang selalu berperan sebagai umpan.
Pertemuan Dina dengan The Big 4 membawa Dina pada satu fakta ironis bahwa ayahnya adalah pemimpin sekaligus ayah asuh dari kelompok The Big 4. Dalam usahanya berdamai dengan sisi rahasia gelap ayahnya, Dina kemudian bekerja sama dengan The Big 4 untuk mengungkap siapa sebenarnya pembunuh Petrus.
Sejak awal, film Indonesia satu ini sudah benar-benar mengawinkan genre aksi dengan komedi. Dalam adegan-adegan perkelahiannya, kita bisa dibuat tertawa karena dialog dan tingkah karakternya, tetapi tak lama kemudian dibuat bergidik atau menyengir jijik melihat kondisi korban-korban yang berjatuhan.
Aksi dalam film ini tergolong brutal. Darah di mana-mana, potongan tubuh terlempar dan berserakan. Dalam aksi tembak-tembakan, lesatan peluru yang meremukkan kepala bisa kita lihat dengan jelas. Meski tidak semencekam The Night Comes for Us—yang juga merupakan film karya Timo Tjahjanto—tetap saja pemandangan kebrutalan tersebut, perlu jadi perhatian khusus bagi yang tidak suka film gore.
Adapun sisi komedi dari film ini hadir dari semua karakter utama, termasuk Antonio Sandoval (Marthino Lio) sebagai main villain dalam film ini. Meski jahat dan penuh aura dendam, sosoknya yang sering bertingkah kocak ditambah dengan rahasia masa lalunya yang jadi bahan olok-olokan Topan, membuat Antonio menjadi sosok yang sulit untuk benar-benar dibenci.
Lutesha, Putri Morino, dan Abimana pun sama-sama bisa menampilkan yang terbaik. Saat aksi laga, mereka tampak meyakinkan, saat melucu pun bisa memantik tawa. Sementara Arie Keriting, ia tampil memukau dengan sosoknya yang saat adegan menegangkan pun tetap bisa bikin tertawa.
Selain itu, yang juga patut diberi perhatian lebih adalah Kristo Immanuel. Kemampuan aktingnya nggak kebantinglah saat harus berinteraksi dengan Putri Marino dan Abimana.
Adapun yang terasa sebagai kekurangan dari film ini adalah banyaknya pertanyaan yang bahkan belum terjawab sampai akhir film. Meski memberi kejutan dengan kehadiran tokoh baru, ending-nya terasa sangat menggantung. Ya mungkin itu terjadi karena The Big 4 memang disiapkan dalam bentuk sekuel. Bisa jadi juga nantinya malah tokoh penting dalam film ini punya proyek spin-off yang mengisahkan masa lalu masing-masing.
Saat tulisan ini saya buat, The Big 4 berhasil memasuki daftar Top 10 Global Netflix dengan menempati posisi kedua. Sebuah pencapaian yang patut disambut positif tentu saja.
Setelah menonton film ini sampai selesai, tiga hal yang paling menempel di kepala saya saya adalah kodok, duyung senja, dan Surantooo. Penasaran ada apa dengan tiga hal tersebut, langsung buka aplikasi Netflix-mu dan tonton The Big 4 sekarang!
Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 8 Film Indonesia yang Overrated, Harusnya Nggak Perlu Dipuja Seheboh Itu.