• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Terpujilah Wahai Dosen dan Guru Penganut Prinsip Statistik

Rezky Yayang Yakhamid oleh Rezky Yayang Yakhamid
2 Maret 2020
A A
Terpujilah Wahai Dosen dan Guru Penganut Prinsip Statistik
Share on FacebookShare on Twitter

Dua belas tahun belajar di bangku sekolah tak menyurutkan semangat gue melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ya, kuliah. Berbeda dengan sekolah, kuliah memang memiliki kekhasannya sendiri, mulai kelas yang nomaden (pada umumnya), sebutan ‘kakel dan adkel’ yang berubah ke ‘kating dan adting’ atau lebih tragis ke ‘senior dan junior’. Sebutan tenaga pendidik juga pada umumnya berubah dari guru ke dosen. Dosen pula terbagi lagi menjadi bermacam-macam dosen mulai dari dosen wali, dosen pembimbing skripsi, dosen matkul, dosen tutor, asisten dosen, dan lain sebagainya.

Kali ini gue akan mengulas beberapa hal menarik dari pengalaman gue selama dua belas tahun bersekolah dan dua tahun berkuliah dari bidang yang dua tahun terakhir gue tekuni, yups statistika. Sebelumnya udah tahu belum, apa itu statistika? Apa bedanya statistika dan statistik?

Gue jelasin dulu deh bentar dari penjelasan dengan pendekatan filosofis, kenapa? Sebab biasanya penjelasan secara definisi lebih sulit dicerna dibanding penjelasan dengan pendekatan filosofis disertai contoh.

Menariknya gini, misalkan bapak gue bikin kopi. Nah biar rasanya lebih mantap ditambah gula, kan? Setelah dirasa sesuai, lalu dicicipi satu seruput atau dua seruput. Dari dua seruputan tadi, bapak gue bisa tuh menyimpulkan kopi ini mantap. Bapak gue nggak perlu lagi namanya nyicip segelas kopi untuk menyimpulkan kopi itu sudah mantap. Hal tersebutlah yang dinamakan statistik. Secara definisi, statistik adalah nilai karakteristik yang melekat pada sampel. Pada contoh tersebut adalah tingkat kemanisan kopi (misalnya). Nah dari statistik tersebut dapat pula disimpulkan untuk seluruh populasi (yaitu secangkir kopi) itulah yang kemudian dinamakan statistika inferensia.

Selain statistik, dikenal pula istilah yang lebih umum yaitu statistika. Pada jenjang SMP atau SMA, mungkin kita semua telah mengenal konsep definisi statistika sebagai suatu ilmu yang mempelajari pengumpulan, pengolahan, penyajian data, analisis, dan inferensi data. Statistika adalah mata kuliah wajib khususnya untuk mahasiswa saintek dan soshum. Maka wajar saja jika dosen dan guru yang tentu merasakan jenjang perkuliahan sudah sangat khatam dengan statistika ini.

Sebenarnya apa aja sih prinsip-prinsip statistik yang sering dianut guru dan dosen?

Daftar Isi

  • Pengambilan Sampel secara Random
  • Inferensi
  • Penilaian secara Random
  • Menambah Nilai dengan Standarisasi

Pengambilan Sampel secara Random

Prinsip random atau acak biasanya diterapkan dalam tunjuk menunjuk siswa atau mahasiswanya untuk maju ke depan mengerjakan soal. Biasanya guru dan dosen menunjuk anak didiknya sesuai absen berdasarkan tanggal hari ini, tanggal lahir anak didik yang ditunjuk sebelumnya, dan sebagainya. Tak dapat dimungkiri prinsip random inilah prinsip yang paling sering digunakan pengajar. Selain memberikan efek deg-degan, tentu penunjukkan secara random ini bersifat menyeluruh dan adil karena semua peserta didik memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Oleh karena itu, mereka memiliki rasa was-was yang sama dan semua peserta didik siap untuk menjawab. Walau akhirnya jika tidak ditunjuk akan merasa lega, “Untung gue nggak ditunjuk, gue nggak belajar apa-apa semalem.”

Kekurangan prinsip random menggunakan teknik seperti menggunakan tanggal, bulan, tahun, dan jam ini terbatas oleh angka maksimal. Misalkan jumlah peserta didik di suatu kelas ada 37 anak, tapi seperti yang kita tahu hanya terdapat tanggal 1 s.d. 31. Maka sudah dapat dipastikan pula absen 32 s.d. 37 tidak memiliki peluang {P(32≤X≤37)=0} untuk ditunjuk maju ke depan.

Inferensi

Konsep random inilah yang kemudian dipakai dalam metode sampling. Intinya, apabila kita mengambil sampel secara random maka dapat dipastikan secara statistik sampel tersebut akan mengestimasi populasi. Jadi guru atau dosen tidak perlu mengetahui keadaan semua anak didiknya untuk mengetahui siapa yang paham dan belum paham. Pilihlah random sampel sebagian saja, suruh mengerjakan soal di depan, lalu simpulkan sendiri. Proses inilah yang dinamakan inferensi statistik.

Penilaian secara Random

Pengambilan sampel secara random tentu belum apa apanya menakutkan dibandingkan dengan penilaian random. Banyak kasus yang telah gue dengar, dosen atau guru sewaktu memberikan nilai/indeks akhir tidak benar-benar melihat kompetensi siswa, mengoreksi jawaban dari ujian-ujian mereka. Tenaga pengajar seperti itu biasanya terlalu sibuk dengan urusannya atau bahkan terlalu malas menjalankan kewajibannya. Untuk memberi nilai akhir, biasanya cenderung untuk merandom nilai. A,B,C tentu beruntung apabila mendapat A. Coba bayangkan apabila peserta didik yang rajin justru mendapat nilai C? Tentu random yang seperti ini tidak dapat dibenarkan. Hmmm, semoga Mas Menteri membaca tulisan ini, sehingga bisa mengevaluasi hal-hal yang seperti itu.

Menambah Nilai dengan Standarisasi

Rata-rata, median, dan variansi data perlu benar-benar diperhatikan dalam standarisasi nilai. Sebagai ilustrasi, misalnya di sebuah sekolah ada 9 kelas yang berbeda. Setiap guru matematika mengampu 3 kelas misalnya dan setiap guru tersebut berbeda tipikalnya ada yang pelit nilai ada yang dermawan nilai. Maka dalam hal ini seharusnya sekolah dapat melakukan standarisasi dengan melihat rata-rata dan simpangannya. Contoh gampangnya gini, A adalah siswa yang pintar, rajin, dan tidak sombong kebetulan mendapat nilai yang rendah karena diampu oleh guru matematika yang pelit nilai. Adilkah jika dibandingkan dengan B, anak kelas sebelah yang “petakilan” nilainya lebih tinggi dari si A karena diampu guru yang dermawan nilai?

Prinsip standarisasi ini biasanya dipakai untuk membandingkan nilai antar kelas yang berbeda gurunya, atau dilakukan instansi atau sekolah untuk menaikkan (mengkatrol) nilai yang buruk. Misalnya saja di sebuah sekolah banyak yang mendapat nilai rendah sekitar 30 s.d. 40 karena misalnya sekolah tersebut berstandar internasional sehingga peserta didik tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan cepat. Maka instansi yang mengetahui hal itu akan segera melakukan standarisasi agar nilainya bisa setara nilai nasional. Misal nilai terendah 20 akan menjadi 70, lalu nilai tertinggi yang hanya mencapai 50 akan dinaikkan menjadi 100. Tentu adil bukan? 

Praktik semacam ini masih sering terjadi karena antar sekolah biasanya berbeda standarnya, maka dari itu sebenarnya pengukuran nasional seperti UN masih perlu dilakukan untuk standarisasi. Karena jika patokannya dari ujian sekolah saja, kita tidak akan bisa membandingkan nilai peserta didik A dan B yang berbeda sekolah.

Ya, begitulah yang terjadi berdasarkan fakta-fakta lapangan selama dua belas tahun terjun merasakan langsung bangku sekolah dan dua tahun bangku kuliah. Gue ceritain berdasarkan pengalaman pribadi dan fakta lapangan yang terjadi, dari curhatan-curhatan mahasiswa yang selalu memenuhi kolom beranda Facebook dan Instagram gue. Guru dan dosen memang berkuasa, tapi kita juga punya hak nggak sih?

BACA JUGA Memperbesar Peluang Sukses Menurut Teori Probabilitas atau tulisan Rezky Yayang Yakhamid lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Maret 2020 oleh

Tags: populasisampelstatistikstatistika

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Rezky Yayang Yakhamid

Rezky Yayang Yakhamid

Mahasiswa D4 Statistika, Politeknik Statistika STIS

ArtikelTerkait

5 Provinsi di Indonesia dengan Jumlah Masjid Terbanyak

5 Provinsi di Indonesia dengan Jumlah Masjid Terbanyak

27 Februari 2022
Kegunaan Statistik dalam Kehidupan Sehari-hari yang Jarang Orang Sadari terminal mojok

Kegunaan Statistik dalam Kehidupan Sehari-hari yang Jarang Orang Sadari

18 September 2021
3 Hal yang Jarang Orang Ketahui tentang Badan Pusat Statistik terminal mojok

3 Hal yang Jarang Orang Ketahui tentang Badan Pusat Statistik

16 Agustus 2021
software statistika legal mojok

Software Statistik Legal dan Gratis yang Bisa Digunakan Saat Skripsian

5 Agustus 2021
squawka optajoe data statistik sepak bola mojok

Squawka dan OptaJoe, Mana yang Paling Lengkap Menyajikan Statistik Sepak Bola?

22 Januari 2021
cincin untuk menikah apalah menikah bikin lebih bahagia BPS

Apakah Menikah Bikin Lebih Bahagia? Mari Lihat Data BPS

6 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Nggak Bisa Baca GPS Adalah Kutukan Buat Perempuan

Nggak Bisa Baca GPS Adalah Kutukan Buat Perempuan

Emotional Eating yang Menjadikan Makan sebagai Pelarian Stres Itu Tidak Baik terminal mojok.co

Ngapain sih, Peduli Amat Soal Cara Makan Burger yang Bener!

Tak Hanya Tsubasa Ozora, Kawan-kawannya juga Berhak Bermain di Eropa terminal mojok.co

Menghitung Penghasilan Tsubasa Ozora di Barcelona



Terpopuler Sepekan

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema (Unsplash)
Pojok Tubir

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema

oleh Joko Yuliyanto
3 Februari 2023

Hati nurani dan akal sehatmu, di mana Yuli Sumpil tuwekan aneh?

Baca selengkapnya
4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

4 Februari 2023
Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

Dosa Penjual Es Kelapa Muda dan Amalan untuk Menghindarinya

2 Februari 2023
Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub (Unsplash)

Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub

1 Februari 2023
9 Rekomendasi Kuliner di Pasar Gede Solo yang Sayang untuk Dilewatkan

9 Rekomendasi Kuliner di Pasar Gede Solo yang Sayang untuk Dilewatkan

3 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .