Berdasarkan data pemerintah Banyuwangi, tragedi tersebut mencapai puncaknya pada Agustus dan September 1998 dengan total 75 korban meninggal dengan pola kasus yang nyaris sama. Bahkan Bupati Banyuwangi saat itu dijabat oleh Purnomo Sidik, sempat mengeluarkan instruksi melalui radiogram yang isinya adalah mengimbau kepada para aparat pemerintah untuk mendata orang-orang yang diduga memiliki ilmu hitam. Namun lantaran kurangnya strategi, radiogram itu pun bocor ke publik. Alih-alih dilaporkan ke pejabat setempat orang-orang yang diduga dukun tetap saja tewas di tangan para Ninja ini.
Nanang menambahkan masa-masa itu merupakan waktu tersulit, sebab muncul kepanikan di mana-mana, seantero Banyuwangi diliputi ketakutan. Orang saling curiga jika ada orang baru masuk lingkungannya. Bahkan kerap terjadi amukan salah sasaran. Dikira pengacau, ternyata ODGJ. Tapi, entah kebetulan atau tidak, saat isu Ninja muncul di Banyuwangi, tiba-tiba jumlah ODGJ yang berkeliaran di jalan meningkat.
Nanang menjelaskan, cara ninja membunuh korbannya pun amat sadis. Ada korban yang ditemukan dengan tubuh tercabik-cabik, kepala pecah. Ada yang diseret dengan mobil lalu dipukuli dan dibuang begitu saja di lapangan desa. Semua dilakukan begitu cepat. Tak heran jika banyak yang curiga kalau ini dilakukan oleh orang yang terlatih.
Nahasnya, hingga saat ini, kasus ini belum terpecahkan dan siapa yang harus bertanggung jawab tidaklah jelas. Padahal jika dilihat kasus Ninja ini tergolong Kejahatan terhadap kemanusiaan dikarenakan terdapat dua unsur yang ada di dalamnya yakni meluas, serta bentuk penyerangan terhadap penduduk sipil. Jika kalian ingin melihat betapa mengerikannya kejadian Ninja ini mungkin film Misteri Banyuwangi (Dukun Santet) karya Walmer Sitohang yang dirilis pada akhir 1998 bisa menjadi referensi.
Terakhir, mengutip data Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur dalam Rapat Koordinasi PCNU se-Jawa Timur di Surabaya, melaporkan bahwa sampai tanggal 7 Oktober 1998, rentetan pembunuhan dengan isu Ninja telah meluas ke beberapa wilayah termasuk di 10 kabupaten lainnya. Jumlah korban tewas sampai saat itu 163 orang, masing-masing Banyuwangi 111, Pasuruan 24, Pamekasan 17, Sumenep 7, dan Probolinggo 4 orang.
Itulah sedikit cerita tentang tragedi ninja di Banyuwangi. Tragedi ini menunjukkan bahwa suasana politik yang kacau dan pemimpin yang tak cakap akan merugikan rakyat sipil. Sebaiknya, tragedi ninja Banyuwangi ini bisa jadi pegangan kita agar tak lagi ribut saat pemilu. Sebab, tak ada jabatan yang harus dijaga mati-matian.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGAÂ 5 Keunikan Purbalingga yang Tidak Dimiliki Daerah Lain