Memelihara ikan merupakan jenis hobi yang cukup mainstream untuk saat ini, apalagi saat pandemi. Hampir setiap orang kegirangan memelihara ikan. Bahkan, banyak yang mencoba bisnis ternak ikan. Tapi, entah sampai kapan hobi seperti ini akan bertahan sejalan mulai meredanya keadaan.
Sejalan permintaan ikan bertambah, bertambah pula ketertarikan perihal ternak ikan. Sebagai suatu model bisnis yang cukup untuk hidup, model bisnis seperti ini memang terlihat cukup menjanjikan. Apalagi marak guyonan ternak lele sebagai jawaban atas segala permasalahan ekonomi. Semakin memberikan kesan over power serta ajaibnya model bisnis ini.
Yang menjadi pertanyaan: apakah benar ternak ikan se-over power guyonan yang beredar? Jawaban saya, sih, nggak juga. Ternak ikan pada dasarnya seperti model bisnis lain, masih ada modal, untung, maupun rugi. Masih ada yang dijual, masih ada yang beli, seperti model bisnis lainnya.
Sebagai suatu model bisnis, ternak ikan juga memiliki risiko yang harus dihadapi para pelakunya. Terlepas itu ikan hias ataupun konsumsi, semuanya sama-sama nggak segampang, seuntung, dan semenarik kolom komentar. Memang bisa untung gede, tapi masih berbanding lurus dengan kerepotan-kerepotan yang harus dihadapi.
Kata abang-abangan tongkrongan yang berprofesi sebagai peternak ikan, ternak ikan itu gampang-gampang susah. Gampang kalau cuma dipikirkan, tapi susah kalau belum ketemu caranya. Seperti bisnis pada umumnya, tidak ada yang instan dan langsung menguntungkan.
Menurut abang-abangan tongkrongan yang saya sebutkan, hal pertama yang harus diperhatikan bila ingin berternak ikan adalah nggak gampang kapok. Sebagai peternak ikan selain modal berupa uang, modal semangat nggak gampang kapok juga harus dipersiapkan.
Risiko dari berternak ikan terdapat pada harga jual dan ikannya itu sendiri. Harga jual mungkin masih bisa diakali dengan jualan sendiri secara eceran atau mengulur waktu panen, tapi kalau ikan, itu cukup sulit. Pasalnya yang dijual adalah ikan, sedangkan ikan adalah makhluk hidup dan semua yang hidup bisa mati. Maka dari itu modal nggak gampang kapok itu perlu dalam melunasi rasa rugi bila gagal panen karena ikan banyak mati.
Selain dari nggak gampang kapok, hal yang harus diperhatikan adalah hitungan. Semua pendapatan serta pengeluaran harus benar-benar dihitung. Bisa dibilang hal yang basic dalam suatu bisnis. Walaupun begitu, hal ini benar-benar penting dalam ternak ikan. Pasalnya demi bisa untung bukan sekadar balik modal dan rugi, setiap hitungan benar-benar harus diperhatikan. Entah itu dari pakan, waktu panen, pembibitan, sampai dengan siap panen.
Intinya harus teliti entah itu dalam pengeluaran ataupun waktu, apalagi bila masih dalam tahap awal-awal belajar ternak ikan. Walaupun masih terasa nelangsa saat melihat hitungan yang belum untung-untung amat, sekiranya dengan menghitung bisa diketahui mana yang kurang dan mana yang harus ditingkatkan.
Setelah kelar paham hitungan, yang harus diperhatikan selanjutnya adalah Intinya harus sabar. Ini merupakan kunci dalam beternak ikan, nggak boleh nggak, kalo nggak kuat ya ndak usah ternak ikan.
Ya mau bagaimana lagi. Satu kali panen bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan tergantung dengan ikannya. Kalau ikan konsumsi seperti gurame biasanya membutuhkan 10 sampai 12 bulan. Sedangkan ikan hias seperti pink zebra rata-rata satu sampai dua bulan saja.
Pada dasarnya tak ada yang namanya instan dalam ternak ikan. Bersabar dan berproses merupakan jalan yang harus dilalui bila ingin bertahan dalam model bisnis ini. Kalau mau untung cepat, ternak ikan bukan pilihan yang tepat. Ngepet aja sana kalau mau untung cepet, tapi ya tanggung sendiri akibatnya.
Sumber gambar: Pixabay