Tidak ada yang lebih tabah dari pengendara yang melewati Jalan Raya Waru Sidoarjo alias jalan di depan pintu keberangkatan Terminal Bungurasih. Melewati titik itu perlu kesabaran ekstra karena kerap terjadi kemacetan. Padahal jalan itu cukup vital karena menjadi akses antara Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya.
Terminal Bungurasih adalah terminal terbesar se-Jawa Timur. Tidak heran kalau lalu-lalang orang di sekitar kawasan ini begitu padat. Hanya saja, saya merasa kemacetan yang ditimbulkan terminal ini benar-benar mengesalkan. Pengguna jalan bisa lho berjam-jam terjebak oleh simpul kemacetan yang terjadi di Jalan Raya Waru, tepatnya di pintu keberangkatan bus-bus dari terminal.
Daftar Isi
Depan pintu keberangkatan Terminal Bungurasih jalan utama penghubung Sidoarjo-Surabaya
Saya coba sedikit beri penjelasan kenapa titik ini bisa begitu padat. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, Terminal Bungurasih atau yang juga dikenal dengan Terminal Purabaya merupakan terminal terbesar di Jawa Timur. Terminal ini menjadi gerbang utama Kota Surabaya dari arah barat, selatan, dan timur. Tidak heran kalau tempat ini begitu sibuk.
Sementara itu, Jalan Raya Waru yang ada di depan pintu keberangkatan Terminal Bungurasih merupakan jalur utama orang Sidoarjo yang ingin ke Surabaya, begitu pula sebaliknya. Nggak heran kalau jumlah kendaraan yang melintas di jalan ini cukup banyak. Padahal, lebar Jalan Raya Waru tidaklah seberapa, hanya cukup dilewati oleh 1 mobil dan 2 motor berjajar. Itu mengapa jalan ini kerap sekali terlihat padat kendaraan. Apalagi jalan ini juga harus menampung bus-bus dari terminal.
Saya adalah salah satu warga yang sehari-hari melewati kawasan ini demi ke Surabaya. Setiap hari saya berangkat dari Delta Sari, Waru, Sidoarjo, ke kampus Unesa Ketintang Surabaya. Pengalaman saya, jalan tersebut memang sering macet, entah jam berapa aja. Mungkin karena terminal ini beroperasi selama 24 jam ya. Itu mengapa setiap ngampus saya berangkat kurang lebih satu jam lebih awal agar tidak terlambat.
Saya beri alasan lain kenapa kawasan Terminal Bungurasih ini bisa macet tidak tertahankan. Ternyata, banyak penumpang bus yang memilih menunggu di pintu keberangkatan terminal daripada di dalam, di tempat yang sudah disediakan. Ini memperparah kemacetan karena bus harus beberapa kali berhenti untuk mengangkut penumpang.
Saya juga kurang paham kenapa penumpang lebih suka menunggu bus di pintu terminal. Padahal fasilitas terminal terbesar di Jawa Timur sangat lengkap dan memadai lho. Fasilitas di sana meliputi lajur nomor bus, kantin, pangkalan ojek, loket, tempat parkir, toilet, dan semuanya bersih.
Pihak Dishub yang menyadari situasi ini sebenarnya sudah beberapa kali memberikan larangan supaya bus tidak mengangkut penumpang di depan pintu keluar. Namun, beberapa bus tetap ngeyel. Terutama bus-bus lintas jurusan, seperti Sugeng Rahayu, Sumber Kencono, Bagong, Harapan Jaya, Ladju, Mira, dan banyak bus lain.
Sebenarnya apa yang dilakukan bus itu juga nggak salah-salah amat menurut saya. Mereka hanya memenuhi permintaan penumpang. Kebetulan penumpang lebih senang menunggu bus di pinggir jalan itu, mau tidak mau bus mengangkut mereka. Jangan salah, di pintu keluar ini tidak hanya ada penumpang yang bersiap menaiki bus saja lho, di sana juga ada tukang ojek, pedagang kaki lima, dan pengguna jalan lain. Bisa dibayangkan betapa padatnya, bukan?
Jalan Raya Waru menjelma menjadi jalan berbahaya
Sebagai jalan yang pasti dan selalu ramai dipadati banyak orang, bukan hal yang tidak mungkin jika kawasan ini menjadi momok bagi pengguna jalan. Jalan Raya Waru atau depan pintu keberangkatan Terminal Bungurasih, telah menjadi salah satu titik rawan kecelakaan di perbatasan Sidoarjo-Surabaya. Beberapa kecelakaan lalu lintas sering terjadi di sini. Bahkan, per 2023, ada beberapa laporan laka lantas yang sampai menelan korban jiwa.
Kecelakaan memang sulit terhindarkan mengingat pengendara dari arah Sidoarjo harus berkompetisi dengan bus-bus yang berangkat dari terminal itu. Di sisi lain, ada ratusan orang yang menunggu di pintu keberangkatan terminal yang juga memadati jalan. Maka di situlah, saat bus-bus tersebut bersaing masuk ke Jalan Raya Waru yang sempit, risiko kecelakaan pun semakin tinggi.
Dalam pandangan sempit saya, jelas perlu adanya skema penertiban. Setidaknya, peraturan larangan mengangkut penumpang di depan pintu keluar terminal harus diperketat. Fungsinya adalah untuk mencegah penumpukan bus, menurunkan tingkat kemacetan, dan mempertinggi angka keselamatan. Bagi saya, itu adalah langkah penting untuk segera dioptimalkan.
Pintu keluar Terminal Bungurasih memang menjadi tantangan tersendiri bagi para pengendara di perbatasan kota besar seperti Sidoarjo dan Surabaya. Namun dengan upaya perbaikan dan penegakan peraturan yang tepat, kita dapat menikmati perjalanan yang lebih lancar dan aman di jalur ini. Tentunya, ini perlu kolaborasi bersama. Jadi, untuk sekarang, kalian harus tetap waspada dan sabar dulu.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jalan Wonosobo-Banjarnegara Lebih Cocok Jadi Wahana Uji Nyali daripada Jalur Antarkabupaten
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.