Beberapa minggu ini, ada banyak teman saya yang optimis dengan Gubernur Jawa Barat terpilih, yakni Kang Dedi Mulyadi. Teman-teman saya tersebut banyak nge-repost potongan video Kang Dedi Mulyadi yang blusukan ke banyak tempat di Jawa Barat, mulai dari sekolahan hingga area pertambangan.
Salah satu teman saya bahkan setiap beberapa sekali membagikan link video YouTube Kang Dedi Mulyadi sambil berkata, “Maneh tonton ini coba! Gila ya, permasalahan di Jawa Barat gini banget! Udah benar-benar kotor!” sambil memuji-muji tindakan blusukan yang dilakukan Kang Dedi Mulyadi.
Jujur saya, pada Pilkada serentak yang lalu, saya pun merupakan salah satu pemilih Kang Dedi Mulyadi. Namun rasa-rasanya, pujian atas tindakan Kang Dedi Mulyadi yang blusukan ke berbagai sudut Jawa Barat itu terlalu dini deh!
Kenapa saya bilang begitu? Sekitar 14 tahun yang lalu, saya pun kagum dengan tindakan blusukan sejumlah politisi yang diperlihatkan di media. Mereka menapaki sejumlah permukiman kumuh maupun pedesaan untuk mendengarkan aspirasi warga. Saat itu saya dan jutaan masyarakat Indonesia lainnya merasa kagum karena jarang banget ngeliat politisi melakukan hal tersebut. Padahal ya itu kan emang tugas mereka?
Jangan lupakan juga momen di mana para politisi tersebut menegur anak buah mereka yang dianggap kerja nggak becus dan bermalas-malasan di kantor sampai ada acara bentak-bentakan dan lempar dokumen sebagai gestur kemarahan. Tak jarang, ditampilkan juga momen di mana para politisi tersebut berani marahin (oknum) pebisnis yang ngeyel dan nggak mau taat aturan saat menjalankan bisnisnya. Saat itu saya dan jutaan masyarakat Indonesia merasa kagum karena baru pertama kali ngeliat politisi melakukan tindakan tersebut. Padahal ya itu kan emang tugas mereka?
Tak usah saya sebut siapa politisi yang saya maksud di atas. Yang pasti, salah satu politisinya pernah masuk gorong-gorong, wqwqwq.
Bulan madu itu cuma sementara!
Saya bukannya bilang Kang Dedi Mulyadi itu jelek dalam memimpin ya. Namun saya rasa, kita jangan terlena dengan romantisme “bulan madu” yang diciptakan oleh politisi, mau sebagus apa pun romantisme yang mereka ciptakan.
Awal kepemimpinan Ridwan Kamil sebagai Wali Kota Bandung, saya sempat menikmati romantisme “bulan madu” tersebut. Saya berharap beliau akan membawa Kota Bandung dan Jawa Barat menjadi lebih baik lagi. Namun hingga beliau selesai menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, kita semua tahu hasilnya, bukan?
Awal kepemimpinan Joko Widodo sebagai Wali Kota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden Republik Indonesia, saya pun sempat menikmati romantisme “bulan madu” tersebut. Saya berharap beliau dapat memimpin negara ini lebih baik dari pada pemimpin sebelumnya. Namun sepuluh tahun kepemimpinan beliau, kita semua tahu hasilnya bukan?
Dalam terms sepak bola, setiap kali Manchester United ganti pelatih pasca pensiunnya Sir Alex Ferguson, pasti terlihat bagus di awal-awal kepelatihannya bukan? Mulai dari permainan yang lebih enak dilihat hingga kemenangan beruntun setelah sebelumnya tampil mengecewakan hingga dibantai tim lain. Tapi ke sananya, tetap aja The Red Devils selalu jadi bulan-bulanan warga!
Sebagai fans Manchester United, saya memutuskan untuk nggak punya ekspektasi tinggi pada Ruben Amorim, Erik ten Hag, maupun pelatih-pelatih sebelumnya. Takutnya kecewa!
Makanya, saya sendiri nggak punya ekspektasi lebih pada Kang Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat. Saya pun nggak punya ekspektasi apa-apa pada Wali Kota Bandung sekarang. Saya juga gak punya ekspektasi apa-apa pada Menteri, Anggota DPR, maupun Presiden Prabowo Subianto. Takutnya kecewa.
Tak mau berekspektasi pada Dedi Mulyadi, takut kecewa
Saya pun sadar, politisi punya peran besar dalam menentukan nasib kita semua. Nominal pajak, harga beras, kualitas pendidikan itu dipengaruhi oleh para politisi yang katanya bekerja untuk rakyat. Namun, saya memutuskan untuk nggak punya harapan tinggi biar nggak kecewa. Coba hitung, sudah berapa kali kita dikecewakan oleh politisi yang mati-matian kita dukung sebelum terpilih? Sudah berapa kali saya dikecewakan oleh pelatih Manchester United yang mengklaim akan mengembalikan kejayaan Setan Merah?
Akhirnya, saya pun jadi merasa relate dengan kutipan Ali bin Abi yang berbunyi, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup. Dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia.”
Untuk mengakhiri tulisan ini, saya mau kasih disclaimer dulu ya. Saya bukan kader partai politik manapun, saya juga bukan timses politisi manapun, dan saya pun bukan buzzer. Saya hanyalah warga Kota Bandung dan Jawa Barat biasa saja.
Selanjutnya, saya pun ingin mengucapkan selamat atas terpilihnya Gubernur Jawa Barat Periode 2025-2030, Kang Dedy Mulyadi dan Kang Erwan Setiawan. Semoga bisa membawa Jawa Barat lebih baik lagi. Tapi tetap, saya nggak mau pasang ekspektasi tinggi. Takutnya kecewa.
Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Mengobrak-abrik Orang Miskin ala Dedi Mulyadi, Bikin Pesta Pernikahan pun Tak Boleh