Belum habis malunya warga Depok karena kehebohan hoaks babi ngepet yang bertepatan dengan ulang tahun kotanya yang ke-22 beberapa waktu lalu, kali ini saya akan menceritakan salah satu masalah lain yang bisa ditemukan dari jutaan masalah yang ada di kota Depok, yaitu kemacetan. Saya pikir kenapa warga Bedahan, Sawangan bisa tertipu hoaks babi ngepet pada 2021 seperti sekarang ini salah satunya karena ilmu dan peradaban masih terjebak kemacetan di Jalan Raya Muchtar hingga Dewi Sartika.
Jalan yang panjangnya kurang lebih sepuluh kilometer ini dimulai dari Jalan Raya Muchtar dilanjutkan dengan Jalan Raya Sawangan dan diakhiri di Jalan Dewi Sartika. Sepanjang jalan kita akan lebih sering menemukan hanya memiliki satu jalur saja tiap arahnya dan kedua arahnya bisa saya pastikan sedang macet saat ini. Kalau hari libur seperti cuti libur Lebaran kemarin dan kalian terpaksa harus melewatinya dengan kendaraan roda empat, dua hingga tiga jam akan terbuang sia-sia melihat bagian belakang mobil lain, motor yang sembarangan lalu lalang, dan bunyi klakson yang ikut memeriahkan suasana kemacetan.
Jalan ini adalah akses utama mayoritas warga daerah sawangan untuk keluar rumah, baik untuk bekerja, berbelanja, ataupun sekolah semua akan bertemu di jalan raya yang hanya memiliki dua jalur ini. Tidak heran jika pada jam sibuk masyarakat beraktivitas, kamu bisa melihat showroom yang menampilkan mobil berbaris sepanjang jalan ini.
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, ketika jam pulang dan pergi kerja, Jalan Raya Muchtar hingga Dewi Sartika akan macet, tetapi dengan catatan sekarang sekolah masih berlangsung secara online. Bayangkan jika nanti sekolah sudah normal kembali, ribuan murid mulai dari SD hingga SMA atau SMK akan ikut memadati jalan ini. Terlebih sepanjang Jalan Raya Muchtar hingga Jalan Raya Sawangan terdapat banyak bangunan sekolah. Bahkan jika melihat lima sampai sepuluh tahun yang lalu, jalan ini sempat menjadi fasilitas antarsekolah menengah untuk tawuran.
Untuk kalian yang merasa jalan ini kemacetannya saja sudah mengerikan, tunggulah hingga musim hujan datang. Ketika musim hujan, sepanjang Jalan Raya Sawangan kita bisa menemukan beberapa objek wisata. Salah satunya adalah tanjakan di depan Mall DTC yang jalanannya beralih fungsi menjadi air terjun dan daerah sandra yang jalannya ala-ala wisata taman safari dengan banyak jalan tergenangi luapan sungai. Tenang saja hanya ada sampah dan air di sini, tak perlu takut ada kuda nil yang lapar menunggu wortel darimu. Perlu diingat, ketika melewati semua keajaiban alam tersebut, jalan ini tetap dalam keadaan macet.
Peliknya Jalan Raya Muchtar hingga Dewi Sartika tidak melulu bisa menyalahkan warga yang terlanjur punya uang atau gengsi sama tetangga sehingga memiliki kendaraan roda empat. Masalah terletak pada lebar jalan. Sempitnya jalan yang hanya memiliki dua jalur berlawanan arah jadi persoalan. Meskipun Jalan Dewi Sartika menggunakan sistem satu arah dan memiliki empat jalur. Bagian ujung jalannya terdapat palang perlintasan kereta api KRL. Pada jam sibuk akan banyak kereta melintas dan pertemuan dengan Jalan Margonda yang tidak kalah macet. Belum lagi masyarakat tidak sabaran yang malas memutar di Margonda dan memilih melawan arah di Jalan Dewi Sartika. Semua masyarakat yang melintas tentu sepakat Jalan Raya Muchtar dan jalan Raya Sawangan terlalu sempit.
Wacana pelebaran Jalan Raya Muchtar dan Jalan Raya Sawangan tidak pernah berjalan lancar. Mungkin, pemerintah Kota Depok juga sudah paham betul jalanan ini terlalu sempit dan perlu dilebarkan. Saya pun mencoba berbaik sangka DPRD Kota Depok sudah mendengar aspirasi masyarakat soal jalanan yang sempit ini.
Sayangnya, jalan ini termasuk jalan nasional, perbaikan dan pelebarannya merupakan tanggung jawab dari pemerintah pusat. Beberapa tahun lalu salah satu jembatan di Jalan Raya Sawangan amblas, dan perbaikannya baru dimulai beberapa minggu setelahnya. Perbaikan jalan amblas yang urgent saja masih terhambat birokrasi daerah menuju pemerintah pusat, maka berharap terlaksananya pelebaran jalan bagi warga sawangan sama seperti pungguk merindukan bulan
Percayalah, tinggal di Kota Depok seperti tinggal di Bandung ataupun Yogyakarta yang punya seribu cerita. Sayangnya Kota Depok punya cerita yang berbeda dari kota kota lainnya, dan kemacetan adalah salah satunya.
BACA JUGA Kasus Babi Ngepet di Depok Adalah Contoh Sahih Ngerinya Mulut Tetangga