Saya ingin mengucapkan terima kasih pada Pak Jokowi, atas apa pun yang dia lakukan dalam 10 tahun kepemimpinan dia.
Proyek infrastruktur yang beliau buat, adalah proyek yang bagaimanapun juga patut diapresiasi. Saat masih kuliah, saya mendengar kawan asal Papua yang cerita kini hidupnya jauh lebih mudah. Saya merasakan sendiri hasil proyeknya selama 10 tahun ini. Pada titik tertentu, hidup terasa lebih mudah semenjak beliau memimpin negara ini.
Saya sendiri secara pribadi belajar banyak gara-gara Pak Jokowi. Salah satunya, saya jadi benar-benar mengapresiasi perjuangan Bapak saya dalam menyekolahkan saya. Beliau banting tulang, kerja sana-sini, kurang istirahat, semata agar ketiga anaknya jadi manusia yang punya integritas. Saya tak bisa bilang kami bertiga—anaknya—berintegritas. Tapi, setidaknya, saya belajar dari Bapak saya yang memberi kami pendidikan tinggi, sehingga tidak melanggar aturan-aturan yang ada.
Yang paling saya pelajari dari Pak Jokowi, hingga saya buat tulisan ini adalah saya belajar untuk tidak memaksakan keinginan saya, hingga harus menghancurkan segala yang ada agar keinginan saya terwujud.
Terima kasih IKN
Rumah saya kini terasa agak sempit semenjak anak saya makin besar. Sebenarnya tidak sempit juga, tapi saya berpikir bahwa rumah yang lebih luas akan jauh lebih menyenangkan untuk anak saya. Beberapa kali, saya terpikir untuk oper kredit rumah dan beli rumah yang lebih luas. Kebetulan dekat rumah saya, ada perumahan baru yang lebih tenang, lebih besar, dan tidak di bawah kepemimpinan ketua RT megalomaniak.
Cuma saya berpikir, apakah ini kebutuhan saya, atau ego yang menyamar jadi kebutuhan? Sebab, anak saya bahagia. Istri juga tidak mengeluh. Lagian ekonomi saya belum sebegitu meningkat. Beli rumah justru jadi masalah baru. Niat saya memang ingin hidup lebih baik, tapi kalau maksa, jadinya malah menderita.
Lalu saya melihat Pak Jokowi. Saya melihat bagaimana beliau mengambil keputusan. Baru setelah itu, saya percaya bahwa saya setidaknya untuk 5 tahun ke depan, belum butuh pindah rumah baru. Atau baru pindah jika income saya meningkat 3 kali lipat. Hal-hal esensial harus dipenuhi dulu, baru berpikir hal-hal non esensial.
Maksudnya, saya lebih baik memikirkan biaya pendidikan anak saya. Saya harus bisa menyediakan kebutuhan dasar tanpa kesusahan dulu, baru saya memikirkan untuk rumah yang baik dan sebagainya. Selama ini masih belum beres, ya saya nggak akan memikirkan hal lain.
Ah, terima kasih IKN, saya selamat dari kebijakan impulsif yang saya buat.
Terima kasih, Pak Jokowi
Kebijakan kontroversial yang Pak Jokowi buat bikin saya belajar banyak. Tak mudah memang jadi pemimpin. Harus punya kualitas diri yang baik, moral yang tak mudah goyah, serta tak termakan ego dan keinginan untuk berkuasa. Sumpah, jadi pemimpin itu mengerikan, salah-salah, bisa jadi semua dipermainkan hanya untuk ego pribadi.
Maka dari itu, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk Pak Jokowi. 10 tahun ini tak sia-sia, kepemimpinan beliau penuh dengan hal-hal yang bisa dipelajari. Pelajaran seperti ini, tak bisa kau temukan semudah itu. Karena beliaulah, kita bisa belajar.
Belajar apa memangnya? Hash pokoknya belajar, gitu aja dulu.
Semoga Pak Jokowi menikmati pensiun dengan tenang. Anak sudah bercokol di pemerintahan, jadi beliau tetep punya pengaruh. Tempat pensiunnya juga pastinya nyaman, dan kawan-kawan di pemerintahan masih banyak. Jadi ya, masa pensiun jenengan pasti menyenangkan.
Meski kata orang-orang akhir pemerintahan Pak Jokowi itu suram, saya tak ambil pusing. Sebab, selanjutnya, pasti lebih suram. Dan untuk hal ini, saya lumayan yakin.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Rakyat Sudah Bosan dengan Jokowi si Harapan Palsu, Sudah Bosan dengan Kebijakan Asal Mau Asal Kebut