Padahal Tentrem Mall Semarang punya potensi, lho, tapi kenapa selalu saja sepi pengunjung, ya?
Berekreasi di pusat perbelanjaan lazim dilakukan warga Semarang bawah saat akhir pekan atau musim liburan. Tidak seperti Semarang atas, wisata outdoor di pusat kota terbilang langka. Nekat piknik ke wilayah Bawen, Ungaran, atau Bandungan pun jauh jaraknya. Alih-alih berseri, berjibaku dengan risiko macet justru merusak suasana hati.
Maka lumrah bila warga Semarang kota lebih suka mengisi waktu rehat di berbagai mall. Pilihan hiburannya lumayan beragam. Mulai dari playground anak, bioskop, berbelanja, atau sekadar memanjakan lidah dan perut di pujasera.
Di antara sederet mall yang selalu ramai di Semarang, terselip satu mall yang nyaris selalu sepi, Tentrem Mall. Bukan cuma di hari kerja, ketika akhir minggu, jumlah pengunjung tidak sebanding dengan pusat perbelanjaan lain yang bahkan mencari area parkir pun memicu frustasi.
Potensi istimewa tak lantas membuat Tentrem Mall Semarang berdaya menggaet pelanggan
Sejatinya, Tentrem Mall mempunyai rentetan keunggulan yang mungkin tidak dimiliki pusat perbelanjaan lain. Secara letak, posisi Tentrem Mall sangat strategis, yakni hanya berjarak kurang dari 2 kilometer dari Lapangan Pancasila Simpang Lima. Artinya, dalam waktu lima menit berjalan kaki dari pusat Kota Atlas, orang dengan mudah menyambangi mall tersebut.
Selain itu, Tentrem Mall berada tepat di sebelah hotel mewah berbintang lima dengan nama yang sama. Kedua situasi ini serupa dialami Mall Citraland yang berdampingan dengan Hotel Ciputra Semarang. Sayangnya, Mall Citraland yang jauh lebih tua tersebut malah mampu menjadi magnet masyarakat. Padahal gedung Tentrem Mall tampak lebih modern dan megah.
Harusnya dukungan kondisi tersebut sanggup menjadikan Tentrem Mall setali tiga uang dengan Mall Citraland dalam menarik pengunjung. Ditambah lagi, eksekusi gimik Tentrem Mall Semarang saat awal pembukaan sudah spektakuler. Memajang penghuni lautan di atap mall melalui teknologi ceiling videotron sempat menjadikan Tentrem Mall buah bibir warganet. Kala itu, kecanggihan semacam ini masih asing sehingga membuat publik bertanya-tanya tentang keaslian ikan paus dan hiu di langit-langit mall.
Ditambah lagi, penempatan akuarium dengan ikan asli di samping pintu masuk lobi turut menarik hati. Satwa unik yang dipertontonkan tersebut tidak bisa ditemui sehari-hari. Misalnya saja arapaima, labi-labi moncong babi, dan red tail catfish. Tak pelak, tidak sedikit pengunjung mall yang mengambil gambar di depan akuarium raksasa ini. Sialnya, segala diferensiasi itu kurang sukses membawa Tentrem Mall di puncak kejayaan.
Positioning kurang jelas, pengunjung juga bingung mau apa ke sana
Salah satu faktor utama yang memengaruhi kecilnya angka pengunjung di Tentrem Mall Semarang adalah ketidakjelasan positioning. Fakta bahwa mall tersebut merupakan pusat perbelanjaan mewah memang tidak dapat dipungkiri. Namun bisa jadi alasan ini yang membuat orang mundur teratur menyambangi Tentrem Mall.
Ditilik dari tenant yang ada, hampir seluruhnya merupakan merek premium yang mungkin tidak dapat diakses mayoritas orang. Itu saja, jumlah penyewa masih dapat dihitung dengan jari. Masih banyak titik yang belum berpenghuni sehingga memperlihatkan kekosongan yang hakiki.
Arena ice skating di hall utama yang menjadi fokus mall dulu, kini dipindah di sudut gedung dengan luasan yang lebih sempit. Tak ayal, hiburan murah menonton orang bermain seluncur es sekarang tak bisa lagi dinikmati. Sementara jika hal tersebut masih berjalan, orang bisa menyaksikan seraya jajan kudapan dari pujasera.
Namun apa mau dikata, penjual makanan ringan cuma bisa ditemui bilamana periode tertentu. Sedangkan gerai belanja produk pada umumnya nyaris tiada. Praktis, tempat bermain anak ikut sepi karena orang tua mereka berat kaki menyinggahi mall ini. Boleh dibilang, konsumen tidak mendapati tujuan yang jelas menghabiskan waktu akhir pekan di Tentrem Mall.
Meskipun saat ini senantiasa terlihat sepi, Tentrem Mall Semarang jelas menyimpan segudang potensi. Andaikata digarap dengan mumpuni, mall elite ini dipastikan menjadi primadona di Kota Lumpia.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Plasa Simpang Lima Semarang, Mall Tertua di Jawa Tengah yang Kini Mengenaskan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.