Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Tempat Pacaran di Jogja yang Sungguh Nrimo Ing Pandum

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
16 Januari 2021
A A
Tempat Pacaran di Jogja yang Sungguh Nrimo Ing Pandum terminal mojok.co

Tempat Pacaran di Jogja yang Sungguh Nrimo Ing Pandum terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai sobat nrimo ing pandum seperti saya ini amatlah mudah. Tugasnya ya hanya satu, yakni menerima. Apa pun diterima saja. Tiap hari makan nasi kucing dengan gizi yang nggak bisa ditakar, kudu menerima. Melihat ketimpangan di mana-mana, kudu menerima. Pun dengan UMR Jogja yang uwow dan memang kudunya diterima.

Bisa dibilang, saya ini sobat nrimo ing pandum paling luhur, walau nggak kafah-kafah amat. Saya nggak sampai komentar di akun orang dengan kata-kata template, “KTP mana, Buos?” nggak, nggak sampai segitunya. Namun babagan pacaran, bisa dibilang saya ini mengadopsi konsep-konsep sakti dari jargon nrimo ing pandum.

Ya gimana ya, bagi orang berpenghasilan rendah cum pengangguran, mengeluarkan uang itu kudu tepat dan akurat. Gini lho, pemuda Jogja nggak bisa itu nggombali pacarnya seperti di film-film, “Jangankan cinta, dunia dan seisinya saja aku bawakan untuk kamu, Dik!” Blok, goblok, lha wong rumah saja harus gacha di undian Mirota, mosok mau beli dunia dan seisinya dengan UMR bak swadaya. Sing nggenah.

Nah, setelah survei berbagai tempat, ngobrol dengan beberapa narasumber yang lebih nrimo ing pandum, saya punya rekomendasi tempat pacaran di Jogja untuk kalian agar seperti kami. Yang jelas hemat, akurat, dan nggak perlu banyak rewel.

Pertama, pinggiran kota Jogja yang enak untuk berciuman. Ciuman itu sebuah ritual. Sebuah hal paling sentimentil bagi bibir yang biasanya ditugaskan untuk menjaga makanan agar nggak menculat ke luar. Makanya, pemilihan tempat pacaran adalah hal wajib.

Banyak renovasi di pusat kota, pinggiran seakan hanya digunakan untuk pembangunan mal dan hotel saja. Jadi ya nganu, tiap sudut Jogja itu hotel. Secara silogisme ya berarti romantisnya di hotel. Pertanyaannya, emang muda-mudi Jogja gaji UMR kuat nyewa hotel di tanahnya sendiri?

Sudah, sudah, pacaran di pinggiran Ring Road saja, sambil melihat sampah visual. Kalau di Ring Road Utara ya bertuliskan, “Hanya 10 menit menuju bandara” atau kalau di Selatan tulisan sampah visualnya jadi, “CLUSTER EXCLUSIVE LANTAI DUA PERTAMA DI BANGUNTAPAN!”

Kedua, Fly Over Janti biar kamu jadi anak indie sesuatu di Jogja. Angin sembribit, klakson bersahutan, bonus-bonus ya dibengoki pak supir truk, “MATANE!” adalah konsekuensi yang-yangan di Fly Over Janti. Selain berbahaya, jika berpacaran di sini tentu kalian bakalan dicap pekok bagi pengguna jalan lain. Setelah itu digelandang oleh Satpol PP.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Namun, maksud saya bukan ingin mengajari hal-hal berbahaya, melainkan melihat Jogja dari realitas indra. Sambil bergandengan dengan yangmu, kalian bisa melihat Jogja dari sisi agak atas. Kota pendidikan dan kebudayaan, ketimbang bangunan yang membumi, sekarang sudah dipenuhi oleh bangunan yang “melangit”.

Bukan nggak mungkin beberapa tahun lagi, karena bandara sudah pindah, bangunan-bangunan baru akan muncul dengan lantai belasan. Setelah berpacaran, dengan backsound klakson truk membawa gabah lewat dan ampas rem Sumber Kencono atau Mira, berbisiklah di telinga yangmu itu, “Biar Jogja saja yang berangsur berubah, kamu jangan.”

Tapi Fly Over Janti itu berbahaya. Arteri utama Jogja dan Solo. Tapi tenang, saya masih punya rekomendasi yang lainnya.

Ketiga, halte Trans Jogja. Nggak ada alasan apa-apa selain tiap sudut halte Trans Jogja itu romantis. Welah, saya seriusan. Mari kita romantisasi sebuah halte.

Begini, kenapa harus berpacaran di halte? Macam orang kurang gawean saja. Halte Trans Jogja dipilih sebagai tempat pacaran lantaran nunggu Trans Jogja itu rame, lama, dan penuh. Apalagi di jam sibuk. Sak pol e kemeng e.

Saking lamanya nunggu bus datang di jam sibuk, barangkali kalian nggak hanya bisa pacaran saja. Kalian bisa merancang start-up bersama pacar, ngobrolin nabi-nabi, konsolidasi demonstrasi, sampai memberlangsungkan pernikahan. Baru setelah itu, Trans Jogja mentas juga di halte tercinta.

Jogja itu bagai mini ibu kota. Bener juga, sih, Jogja pernah jadi ibu kota, tapi itu sudah puluhan tahun yang lalu. Efeknya baru terasa sekarang. Utara macet, Kotagede banjir, Selatan dipenuhi perumahan. Daya ledak manusia yang tinggal sudah seperti Akademi Fantasi Indosiar saja, alias menuju puncak, gemilang cahaya. Yang menuju puncak bukan karier, tapi populasi.

Kemacetan lantas menjadi ketidakwajaran yang diwajarkan. Bukan nggak mungkin laju Trans Jogja berhenti di tengah jalan. Terhimpit bersama ribuan motor, mengendap dengan puluhan hitung mundur lampu merah, dan menyublim dengan rasa lelah manusia-manusianya. Sudah, sambil nunggu bus datang, pacaran saja.

Keempat, Bandara NYIA. Nggak perlu saya gambarkan lebih dalam lagi betapa gegap gempitanya bara romantis senyawa-senyawa yang ditimbulkan NYIA atau Yogyakarta International Airport. Degup jantung yang berpacu dengan dengung mesin pesawat yang datang maupun lepas landas. Keindahan lanskap yang ditampilkan akun romantisasi centang biru. Tiap sentimenter landasan pacu adalah problematika dengan warga yang… yah, anggap saja romantis.

Berpacaranlah di sana dengan emosi, eh, hasrat yang meletup-letup. Apalagi, sebelum melakukan hal sakral tersebut untuk melepas kepergian pacarmu yang akan pergi pakai pesawat.

Dalam perlombaan yang khusyu bersama rindu, coba kasih alasan kenapa berpacaran di tempat ini. Misal begini, “Ada keringat yang menetes untuk mempertahankan rumahnya. Kini ada kita, yang berpacaran guna merayakan sebuah kewajaran untuk selalu nrimo.”

“Kewajaran dalam bentuk apa?” jawab yangmu yang lucu itu.

Jawablah begini, “Pihak atas yang nggak mungkin tergoyahkan.”

Kelima, losmen seharga Rp40 ribu. Hujan menghasilkan genangan, tiap sudut Jogja menghasilkan kenangan, termasuk losmen-losmennya, edan, po! Empat puluh ribu itu sudah dapat handuk kecil, kamar mandi dalam, air mineral gelasan dapat dua, selimut yang nyaman, dan sabun batangan juga dua (kok aku apal?).

Di balkonnya yang pating klotak karena terbuat dari seng dan bisa melihat aktivitas orang lain, betapa syahdunya sambil rokokan. Kemudian memandang jauh sayup-sayup Jogja yang timpang, hembuskan saja asap suka cita sekaligus duka cita. Suka cita karena habis berpacaran dengan yangmu, duka cita karena hanya mampu di losmen seharga Rp40 ribu.

Nek pacarmu mencucu gara-gara masalah tempat pacaran, beri saja pemahaman, “Hotel dibuat untuk wisatawan, Beb. Yank mu ini hanya mampu di losmen ini. Ingat, tiap sudut Jogja adalah romantis.”

Kalau pacarmu masih protes kenapa dibawa ke tempat pacaran yang kurang berbintang, udud lagi, bisik dengan mesra, “Nrimo ing pandum, sayang.”

BACA JUGA 4 Tempat Pacaran di Jogja yang Harus Dihindari dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Januari 2021 oleh

Tags: FlyoverJantiJogja
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Selain Pak Duta, Ini Alasan Sheila On 7 Digandrungi dan Bikin Meleyot Kaum Hawa Mojok.co

Selain Pak Duta, Ini Alasan Sheila On 7 Digandrungi dan Bikin Meleyot Kaum Hawa

28 Mei 2024
Inilah Alasan Kenapa Money Heist Nggak Mungkin Bersetting di Indonesia

Begini kalau Karakter Money Heist Diambil dari Nama Daerah di Jogja

19 Mei 2020
Pakuwon Mall Jogja: Mall Mewah, tapi Parkir Mobil Susah Mojok.co

Pakuwon Mall Jogja: Mall Mewah, tapi Parkir Mobil Susah

4 Juni 2025
Cafe Hidden Gem Jogja Meresahkan Warga Kampung, Jalanan Jadi Padat dan Berisik Mojok.co

Cafe Hidden Gem Jogja Meresahkan Warga Kampung, Jalanan Jadi Padat dan Berisik

20 April 2024
Jalan Amarta Ranjau Darat Seturan Musuh para Ojol di Jogja

Jalan Amarta, Ranjau Darat Seturan Musuh para Ojol di Jogja

13 Maret 2023
catatan perjalanan bandung ke yogyakarta MOJOK.CO

Catatan Perjalanan Naik Motor dari Bandung ke Yogyakarta: Berawal dari Pembangkangan

8 Juli 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

Dilema Warga Gondangrejo: Mengaku Orang Karanganyar, Jauhnya Kebangetan. Mengaku Orang Solo, KTP Nggak Setuju

13 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.