Ditambah lagi, scoring yang dibawakan juga jauh dari kata lebay. Alunan musik yang dipilih, masuk dengan tepat untuk menambah suasana mencekam. Tidak ada unsur keterkejutan yang sengaja dibuat dengan suara yang tiba-tiba muncul dengan nada tinggi dan mengagetkan sebagaimana formula tayangan misteri pada umumnya. Di sini, scoring benar-benar berperan sebagai penguat adegan seperti fungsi yang semestinya. Tampaknya Teluh Darah pecaya benar bahwa teror nyata berasal dari manusia berhati busuk, bukan bunyi-bunyian melengking atau kehadiran dedemit yang bertubi-tubi
Plot twist berlapis
Poin terakhir yang menjadi kekuatan Teluh Darah adalah plot twist yang berlapis. Alih-alih memanjakan penonton dengan adegan mandi darah, daya tarik sesungguhnya dari Teluh Darah adalah lika-liku pengungkapan misteri yang telah lama tertimbun sejak tahun 1998.
Serial horor ini tampaknya menggabungkan unsur klenik, gore, sekaligus misteri ala kasus detektif dengan kategori whodunit. Semua elemen kengerian digarap dengan takaran yang pas. Meski Kimo Stamboel selama ini dikenal suka mengedepankan adegan bersimbah darah, kali ini dia tahu bagaimana harus membatasi dan mengimbangi elemen gore dengan sisi lainnya.
Jujur saja, semua tokoh terlihat mencurigakan dengan masa lalu kelam mereka masing-masing. Tidak ada figur yang benar-benar baik dalam Teluh Darah, kecuali mungkin peran Atik yang sebenarnya tidak terlalu signifikan. Tak ayal, penonton dibuat suuzan setiap episode tentang siapa dalang sesungguhnya dari lingkaran iblis tersebut. Setiap karakter memiliki alasan berbuat keji dan menyimpan dendam.
Tabir misteri seakan sudah terbuka di ujung setiap episode, tetapi anggapan itu lalu dipatahkan di episode berikutnya. Jadi, tidak hanya ada satu atau dua plot twist dalam serial horor ini. Rumus inilah yang menjadikan Teluh Darah berhasil mengikat penggemar mereka untuk selalu terpaku sampai kotak pandora terbuka. Ujungnya, plot twist membagongkan akan menjadi santapan penutup yang meninggalkan after taste tidak nyaman bagi para pengikut serial Teluh Darah.
Jadi serial horor Indonesia terbaik
Teluh Darah mungkin memang belum bisa dibilang sempurna. Benar bahwa performa terbaik mampu ditampilkan oleh Lukman Sardi yang secara natural piawai melakoni peran bapak humoris tetapi menyimpan sisi gelap di lembaran hidupnya. Sayangnya, Mikha Tambayong dan Deva Mahenra yang menjadi peran kunci dalam rangkaian peristiwa berdarah tersebut kurang menunjukkan taring dalam beradu akting di samping fakta bahwa mereka sebenarnya adalah suami istri.
Akan tetapi, di luar itu semua, Teluh Darah memang menjadi serial horor Indonesia terbaik sampai titik ini dengan ramuan teror yang sesuai porsinya. Tidak heran, serial ini sanggup meraih rating IMDb sebesar 8.2/10.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Rekomendasi Film Horor Underrated dengan Tingkat Kengerian Tinggi.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.