Telkomsel: Provider Mahal, tapi Sinyalnya Masih Ngadat

Telkomsel: Provider Mahal, tapi Sinyalnya Masih Ngadat

Telkomsel: Provider Mahal, tapi Sinyalnya Masih Ngadat (Pixabay.com)

Telkomsel telah jadi andalan masyarakat di seluruh pelosok negeri lebih dari seperempat abad lamanya. Entah tak terhitung berapa jumlah orang yang berlangganan menggunakan provider pelat merah ini. Ya iyalah, orang cuma Telkomsel yang bisa dipakai di daerah-daerah pelosok. Sejak dulu, cuma provider ini yang bisa muncul di daerah-daerah terpencil. Sinyalnya aja yang ada, tapi belum tentu baik. Padahal di sisi lain Telkomsel nggak bisa dibilang andalan masyarakat perkotaan karena harganya yang terlampau tidak ramah di kantong.

Untuk masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kota, nggak ada pilihan lain selain menggunakan provider ini. Sekalipun harganya luar biasa mahal kalau dibandingkan dengan provider lain. Nyebelinnya lagi, harga tiap nomor bisa beda. Entah kenapa buat nomor-nomor lawas yang sering bertransaksi, harga paket yang ditawarkan akan lebih tinggi daripada nomor baru. Apa karena dikira mampu beli makanya dimahalin ya? Kalau dari logika pembeli sih harapannya semakin berlangganan akan semakin murah, buat menghargai loyalitas gitu. Malahan kalau jarang digunakan transaksi, harga paketnya bisa turun. Udah kaya pedagang pasar aja yang nurunin harga biar pembeli mau balik lagi.

Harga yang selangit ini nyatanya masih nggak sesuai dengan kualitas sinyal yang kadang suka putus-putus saat dipakai internetan, terutama di daerah pelosok. Kalau di perkotaan sih masih lancar jaya, paling gangguan kalau lagi hujan atau cuaca buruk aja. Padahal Telkomsel jadi tumpuan hidup warga-warga daerah terpencil untuk berkomunikasi dan berinternet ria. Malang nian nasibnya.

Saya sempat tanya ke seorang teman yang berasal dari Kalimantan. Kebetulan rumahnya jauh dari pusat kota, alhasil cuma Telkomsel yang bisa diandalkan. Jaringannya memang sudah 4G, tapi kadang masih suka putus-putus kalau dipakai internetan. Pun harganya juga cukup mahal kalau dibandingkan dengan provider lain. Kalau ada pilihan lain, saya rasa warga pelosok juga mau ganti provider. Menurut teman saya yang sedang bertugas di pelosok Sulawesi pun nggak jauh beda.

Saya sendiri pernah punya pengalaman kurang menyenangkan terkait sinyal Telkomsel ketika KKN di Pulau Moa. Sebelum berangkat, kami mengganti nomor menggunakan Telkomsel dengan harapan bisa tetap berkabar dengan keluarga dan teman di rumah sekaligus menunjang kelancaran komunikasi antaranggota tim. Maklum lah, cuma Telkomsel yang bisa bertahan di pelosok Nusantara. Nggak ada pilihan lain walaupun harga paketnya lumayan mahal. Waktu sampai di lokasi ternyata sinyalnya sangat ampas. Jangankan mau internetan, kirim SMS aja bisa pending sampai keesokan harinya. Kalau telpon juga percuma habis,  lama di “halo halo” dan “ha he ha he” saking ngadatnya sinyal, belum sempet ngomong udah habis pulsa duluan.

Jadinya komunikasi kami yang dibagi ke dua desa sangat terhambat. Sudahlah jarak desanya lumayan jauh, nggak ada transportasi, mau komunikasi jarak jauh via HP nggak lancar pula. Untuk menyiasati kesalahpahaman, kami harus menyertakan tanggal dan jam di bawah pesan yang kami kirim karena pendingnya sengaret itu. Tulisan providernya sudah bukan lagi Telkomsel, tapi Telkomsel BAKTI. Itupun masih nggak mengakomodasi keperluan komunikasi warga desa.

Kalau di pusat kota yang dekat dengan kantor-kantor pemerintahan sinyalnya lebih baik. Setidaknya kalau kirim SMS bisa lebih cepat sampai. Tapi, tetap nggak bisa dipakai internetan sih. Mungkin kantor pemerintahan di sana punya akses internet khusus untuk memperlancar pekerjaannya. Ujung-ujungnya kami harus beli paket internet satelit Ubiqu yang mahalnya minta ampun. Pun cuma bisa dipakai di tempat-tempat tertentu seperti kantor desa atau puskesmas, nggak bisa dipakai internetan sambil goler-goler di kamar. Hangus sudah paket internet yang kami beli sebelum berangkat, nggak berguna sama sekali.

Saya sendiri cuma pakai Telkomsel saat ada kegiatan lapangan yang mengharuskan tinggal cukup lama di daerah terisolasi. Di rumah cuma bapak saya yang masih setia menggunakan Telkomsel karena sering berkegiatan di lapangan, jadi beliau nyari yang ketersediaan jaringannya luas. Biar nggak telat laporan gitu. Kalau saya sih skip dulu. Mau gimana lagi, harga paketnya nggak ramah di kantong sih. Nggak kuat akutu. 

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memutuskan Langganan Telkomsel selain Tarifnya yang Mahal

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version