Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Tayangan Kuliner yang Tak Pernah Ganti Kemasan

Rofii Zuhdi Kurniawan oleh Rofii Zuhdi Kurniawan
18 Juli 2020
A A
Tayangan Kuliner yang Tak Pernah Ganti Kemasan MOJOK.CO

Tayangan Kuliner yang Tak Pernah Ganti Kemasan MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Sungguh sayang, tayangan kuliner di Indonesia belum digali secara lebih mendalam. Padahal, potensinya sangat besar….

Kuliner, selalu menjadi topik yang menyenangkan untuk dikulik. Mulai dari cita rasa, bentuk, hingga cara memasak. Tak pernah ada habisnya. Apalagi, Indonesia terkenal dengan keberagaman kulinernya. Bisa dipastikan bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki kuliner khas.

Berdasarkan penelitian pakar kuliner senio, Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, terdapat sekitar 3.259 kuliner khas di Indonesia. Daftar tersebut bakal bertambah karena masih banyak kuliner yang belum diketahui namanya.

Melihat potensi yang besar, media tentu tidak mau ketinggalan untuk mengkomersialkannya dong. Terhitung sejak 2008, terdapat belasan hingga puluhan tayangan soal penganan di televisi. Para pecinta tayangan kuliner pasti ingat dengan celotehan legendaris “mak nyus” Wisata Kuliner.

Ketika media televisi mulai tergusur oleh YouTube, kuliner masih menjadi magnet tersendiri untuk dikomersialkan. Buktinya ada istilah baru bernama food vlogger yang kontennya ditonton hingga jutaan kali. Siapa yang tak kenal Ria SW, Magdalena, dan Bara Ilham, hingga Nex Carlos. Mereka rajin mengunggah konten-konten mirip dengan Wisata Kuliner pada masa jayanya almarhum Bonda Winarno.

Malangnya, berkah beragamnya kuliner di Indonesia tak dibarengi dengan beragamnya kemasan tayangannya. Pakem dalam tayangan kuliner hampir tidak berubah secara signifikan selama 8 tahun terakhir.

Kritik pernah dilontarkan oleh pengamat kuliner bernama Fadly Rahman lewat artikel berjudul “Di Balik “Kenikmatan” Tayangan Kuliner” pada 2012 lalu. Artikel tersebut berhasil terpilih sebagai salah satu artikel yang masuk dalam buku “Orde Media” terbitan Remotivi (2014). Sayangnya, kritik ini dianggap angin lalu bagi media dan para host tayangan kuliner. Seakan-akan, mereka sudah memiliki pakem yang tak boleh diutak-atik.

Coba sesekali perhatikan alur tayangan kuliner. Monoton. Tayangan kuliner selalu diawali dengan host yang berkunjung ke sebuah tempat makan, lalu membicarakan profil singkat. Dari sini saja sudah terlihat betapa dangkalnya tayangan kuliner.

Baca Juga:

Bondan Winarno dan Nex Carlos, Pengulas Makanan Terbaik di Indonesia

Sambut Comeback Ria SW dari Hiatus: Biar Trending YouTube Nggak Gitu-gitu Aja!

Jarang sekali tayangan kuliner menyuguhkan profil mendalam tentang rumah makan seperti sejarah singkat dan alasan rumah makan itu dianggap spesial (selain karena makanannya). Informasi yang disajikan hanya seputar alamat, menu, dan harga.

Setelah itu, host, beberapa kali akan mengikuti proses memasak disertai sedikit tips cara memasak. Ada juga yang hanya menampilkan proses memasak, tanpa memberitahu tips secara detail.

Sebenarnya pada sesi ini, penayangan sudah cukup baik. Namun, akan lebih baik lagi jika host mengulik tentang cara memasaknya di zaman dulu, di mana bumbu, bahan, dan alat masak belum seinstan hari ini.

Lanjut, pada sesi terakhir, host akan memakan makanan yang sudah disajikan rapi di atas meja. Diawali dengan sedikit intermeso tentang bahan makanan dan harga. Patut disayangkan, pada sesi intermeso tidak pernah dibahas mengenai sejarah terciptanya makanan tersebut.

Selepas intermeso, biasanya host akan memakan makanan yang disajikan dengan mengandalkan karisma lidahnya. Jika Sukarno memiliki karisma pada setiap lontaran kata-kata dan Soeharto punya karisma di balik senyum manisnya, host tayangan kuliner selalu memiliki karisma di lidahnya yang membuat makanan apa pun terasa nikmat.

Hampir semua tayangan kuliner memiliki alur serupa, mulai dari Wisata Kuliner, Bikin Laper, hingga konten food vlogger di YouTube. Toh, kalau pun ada inovasi paling hanya ditambahi adu kuat menghabiskan makanan porsi besar, kecepatan menghabiskan makanan, dan ketahanan level kepedasan.

Padahal, tayangan kuliner bukan hanya perkara cita rasa dan cara memasaknya saja. Lewat sebuah sajian menu, bisa digali tentang budaya, sejarah, dan geografis khas daerah masing-masing.

Tak jarang terciptanya sebuah kuliner diawali dengan sebuah krisis bahan makanan sehingga harus diganti dengan jenis makanan baru, contohnya di Kabupaten Gunungkidul terdapat makanan khas bernama thiwul yang berasal dari ketela. Konon katanya, kuliner tersebut tercipta karena bencana gagal panen padi akibat hama tikus pada 1960-an.

Saya rasa, tayangan kuliner di mana saja punya potensi besar untuk berbagi informasi. Makanan, selalu mengiringi perkembangan zaman. Bahkan, sebuah menu makanan adalah cerminan zaman yang jika digali secara mendalam, akan jadi tayangan kuliner yang dahsyat.

BACA JUGA Gimana sih Rasanya Kuliah dan Lulus dari Jurusan yang Katanya “Madesu”? dan tulisan Rofi’i Zuhdi Kurniawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Juli 2020 oleh

Tags: bondan winarnoMagdaNex Carlosria swtayangan kuliner
Rofii Zuhdi Kurniawan

Rofii Zuhdi Kurniawan

Mahasiswa lajon Jogja-Wonosari saban akhir pekan.

ArtikelTerkait

Bondan Winarno dan Nex Carlos, Pengulas Makanan Terbaik di Indonesia

Bondan Winarno dan Nex Carlos, Pengulas Makanan Terbaik di Indonesia

14 April 2023
3 Alasan Nex Carlos adalah Food Vlogger Terbaik MOJOK

Nex Carlos ‘Pesugihan Online’ Terbaik Mengalahkan Ludah Pocong dan Rebusan Celana Dalam

19 Agustus 2020
Sambut Comeback Ria SW dari Hiatus: Biar Trending YouTube Nggak Gitu-gitu Aja! terminal mojok.co

Sambut Comeback Ria SW dari Hiatus: Biar Trending YouTube Nggak Gitu-gitu Aja!

10 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.