Suzuki Skywave 125: Dulu Dibenci, tapi Sekarang Banyak Dicari

Suzuki Skywave 125: Dulu Dibenci, tapi Sekarang Banyak Dicari

Suzuki (Antoniohugo/Shutterstock.com)

Di pasar motor bekas, Suzuki Skywave lagi merangkak naik daun. Motor matic yang dulu dianggap aneh, kurang pas untuk ukuran motor matic karena kegedean, menggunakan shock belakang ganda dan nggak menyisakan kelegaan di leg room menjadikan Skywave jadi bahan cibiran. Apalagi jika dibandingkan Yamaha Mio, atau Honda Vario 110 waktu itu. Jelas nasib yang dialami motor matic ini saat itu cukup ngenes seperti kebanyakan motor keluaran Suzuki lainnya.

Ada yang dijual Rp10 juta

Kini 17 tahun berlalu sejak Suzuki Skywave dipasarkan pertama kali, seperti mantan yang dicintai setelah pergi, begitu juga motor matic ini. Jumlahnya yang nggak sebanyak Vario 110 atau Mio generasi awal, menjadikan harganya mulai naik. Respons pasar berubah. Suzuki Skywave yang dulu dibenci, justru sekarang mulai diminati.

Sebenarnya nggak ada yang terlalu istimewa sama matic lansiran Suzuki ini. Seperti kebanyakan motor saat itu, Suzuki Skywave belum mengenal teknologi injeksi. Pencampuran bahan bakar dilakukan oleh karburator model vakum yang terkenal boros yang juga digunakan lumrahnya motor matic saat itu.

Racikan mesin Suzuki memang selalu bisa dibanggakan. Kapasitas sebiji Skywave lebih tinggi, yakni 125 cc. Dan mesin segini udah termasuk gede pada saat itu—untuk ukuran motor matic.

Sekelebat memang Skywave tampak sederhana. Tapi di pasar motor seken, hampir rerata motor matic ini dihargai di atas lima juta rupiah pada tahun 2007-2008. Sementara untuk tahun yang lebih muda 2009-2011 malah lebih mahal, ada yang sampai lebih dari Rp10 juta.

Baca halaman selanjutnya: Sudah memakai shockbreaker belakang ganda…

Sudah memakai shockbreaker belakang ganda

Dari sisi penyematan fitur teknologi, motor ini nggak jauh sama motor matic dari pabrikan lain. Speedometer masih analog, belum injeksi, pun soal pengereman cuman dibekali disc brake depan serta rem tromol di belakang. Namun ada sedikit pembeda Suzuki Skywave dengan kompetitornya saat itu, yakni penggunaan shockbreaker belakang ganda. Memang dulu dianggap aneh sih, tapi kini malah dipahami sebagai satu hal visioner dari Suzuki.

Ya gimana ya, dulu pabrikan lain cukup memasang shock belakang tunggal untuk tiap motor matic yang ditelurkan. Dan hal ini jadi semacam standar bahwa motor matic lumrahnya ya pakai shock belakang tunggal, leg room lega, serta ramping. Nggak kayak Suzuki Skywave saat itu.

Namun di atas kertas, motor matic yang memakai double shockbreaker belakang lebih enak dikendarai. Handling-nya lebih stabil saat melewati jalan nggak rata sekalipun. Dan tentu saja bisa lebih bakoh untuk mengangkut barang bawaan yang kadang seberat tuntutannya ayangmu itu.

Mungkin dulu desain macam begini dianggap nyeleneh, tapi Suzuki tetap kekeh dan sekarang membuktikan desainnya memang sebuah terobosannya kenyamanan. Buktinya banyak motor matic sekarang yang pakai double shock belakang.

Kenyamanan Suzuki Skywave ditambah dengan penggunaan velg diameter ban 16 inci depan belakang yang lagi-lagi jadi pembeda sama motor matic lain yang biasa memakai ban 14 inci. Dan dari langkah beda ini, tentu saja naikannya makin stabil saat dipakai sendiri atau cenglu sekalipun.

Bodi Suzuki Skywave yang timeless

Mungkin bentuk bodi Suzuki Skywave yang timeless menjadi salah satu alasan kenapa orang mulai suka dan mencari motor ini. Garis bodi tetap tampak sporty walau sudah berumur 17 tahun. Semua serba pas, dari model velg yang nggak mbosenin, headlamp depan menyatu dengan lampu sein membuat terlihat ala-ala fairing MOGE-nya Suzuki. Dan, yang nggak boleh lupa, stoplamp belakang sudah menggunakan model LED.

Bisa dibilang, untuk ukuran motor standar ketika dilihat pakai kacamata sekarang, Suzuki Skywave terlihat keren. Apalagi  jika meninggalkan sisi kompartemen yang memang nggak sefungsional matic-matic bongsor keluaran terbaru.

Dulu, kiprah Skywave memang kurang mendapat atensi berarti dari orang-orang. Desainnya yang dianggap menyalahi pakem, saat yang lain seakan-seakan bilang bahwa motor matic harus ramping dan fungsional, makanya Mio laris banget pas itu. Suzuki Skywave terlalu dini menelurkan desain matic gede.

Alih-alih ramping, bodi yang didesain malah agak berisi dan memanjang kayak motor gambot yang digemari orang-orang saat ini. Tapi kini, setelah ada matic-matic gambot kayak Nmax atau PCX, desain Suzuki Skywave yang berpunuk di leg room, ukuran bodinya gede, wheelbase panjang mulai dianggap kewajaran. Nggak jelek-jelek amat.

Dari sini saya merasa desain motor-motor Suzuki bukan nggak bagus, melainkan keluar di waktu yang salah saja. Iya nggak sih? Apa perasaan saya yang salah?

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Ribut-ribut Honda Atau Yamaha, Padahal yang Terbaik Tetap Suzuki

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version