Solo Melesat, tapi Warganya Pucat karena Susah Cari Kerja

Solo Melesat, tapi Warganya Pucat karena Susah Cari Kerja

Solo Melesat, tapi Warganya Pucat karena Susah Cari Kerja (Shutterstock.com)

Pasti kalian bertanya-tanya setelah melihat judul. Kok bisa, Solo, yang sedang melesat, punya masalah lapangan pekerjaan? Well, truth hurts.

Menurut laporan berita Solopos tanggal 22 Oktober 2023, situasi pekerjaan bagi lulusan baru di Solo menunjukkan tantangan yang cukup besar. Rata-rata lulusan fresh graduate di Solo harus menunggu antara enam hingga lima belas bulan sebelum mendapatkan panggilan untuk tes atau wawancara pekerjaan. Bahkan ada kasus di mana beberapa pelamar kerja terpaksa menolak pekerjaan yang ditawarkan karena gaji yang tidak sesuai dengan harapan mereka. 

Berita ini juga mencuat di media sosial, ketika akun Instagram Event Solo membagikan informasi tersebut. Banyak komentar dari netizen yang mengkritik lulusan baru yang tampaknya lebih fokus pada uang daripada pengalaman. Namun, sebagai lulusan baru yang mencari pekerjaan, masalah ini tidak semata-mata disebabkan oleh orientasi keuangan. Masalah utamanya adalah terkait dengan besaran gaji yang ditawarkan di Solo, yang terkadang bahkan berada di bawah UMR.

Bagi lulusan perguruan tinggi, gaji di bawah UMR tentu saja menjadi masalah. Mereka merasa bahwa penghasilan yang rendah ini tidak sebanding dengan biaya kuliah yang telah keluarkan. Dengan tingginya biaya pendidikan, sebagai lulusan perguruan tinggi tentu berharap mendapatkan kompensasi yang lebih baik dalam dunia kerja. Namun, di Solo, realitasnya bisa sangat berbeda. Terlebih isu hidup di Solo masih rendah, menjadikan perusahaan aji mumpung dengan sebagian kandidat asli Solo karena masih makan dan tinggal bersama keluarga.

Baca halaman selanjutnya: Orang dalam adalah kunci…

Orang dalam adalah kunci

Masalah lain yang dihadapi lulusan baru adalah ketatnya persaingan dalam mencari pekerjaan. Saya dapat merasakannya sendiri ketika mengikuti job fair yang diadakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Solo pada bulan Agustus lalu. Meskipun banyak perusahaan membuka lowongan pekerjaan, jumlah pelamar jauh lebih banyak daripada posisi yang tersedia. 

Kendala utama lainnya adalah bahwa lowongan yang tersedia tidak selalu sesuai dengan jurusan yang ada. Sebagai contoh, seorang teman saya, meskipun lulusan ekonomi, kesulitan mencari pekerjaan karena banyak perusahaan yang lebih membutuhkan lulusan akuntansi daripada lulusan ekonomi pembangunan atau manajemen.

Selain itu, peran orang dalam menjadi faktor penting dalam mencari pekerjaan di Solo. Banyak perusahaan cenderung lebih memilih calon yang memiliki hubungan atau kenalan di dalam perusahaan. Pertanyaan seperti “apakah Kamu memiliki kenalan atau saudara yang bekerja di perusahaan ini?” sering muncul dalam proses seleksi. Jelas, hal ini dapat menguntungkan pelamar yang memiliki orang dalam. 

Bagi mereka yang tidak memiliki koneksi dalam dunia kerja, menjadi lebih sulit untuk bersaing. Untuk itu, pelamar kerja tanpa dukungan orang dalam harus memiliki kualifikasi yang sangat kuat dan pengalaman yang relevan agar dapat bersaing secara efektif.

Ironi Kota Solo

Situasi mencari pekerjaan di Solo menjadi sebuah ironi yang dihadapi oleh lulusan baru. Di sini, harus bersaing dalam pasar kerja yang ketat, dengan gaji yang terkadang di bawah standar, dan menghadapi tantangan yang datang dengan kurangnya koneksi dalam dunia kerja.

Solo memang melesat. Tapi, rasanya aneh jika warganya terlihat pucat karena warganya kesusahan mencari pekerjaan. Oh, the irony.

Penulis: Nurul Fauziah
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Hal yang Hanya Bisa Anda Dapatkan di Kota Solo

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version